Flashback on
Sana yang saat itu duduk di bangku
kelas dua SMA tampak memangku tangannya setengah bosan sembari menatap guru yang tengah berceloteh di depan sana. Meski terlihat tidak tertarik dengan kegiatan pembelajaran, nyatanya daya serap Sana masih bekerja dengan begitu baik. Setidaknya jika guru tiba-tiba bertanya, Sana pasti akan bisa menjawab dengan tepat."Kak Sana?"
Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sisi samping Sana. Sadar dengan panggilan itu, Sana pun menoleh untuk menatap seseorang yang baru saja memanggilnya.
"Apa?" tanya Sana tanpa suara.
"Minggu depan bakalan diadakan ujian tengah semester. Kamu udah belajar belum? Aku belum ngapa-ngapain. Aku udah stres duluan."
Sana tersenyum simpul mendengar lenguhan sosok di sampingnya. Reaksi malas saat ujian sudah ada di depan mata selalu menjadi salah satu momok paling mengerikan untuk beberapa murid kebanyakan. Tetapi hal itu tidak dirasakan oleh Sana. Sana malah lebih senang saat-saat di mana masa ujian sedang berlangsung. Karena menurut Sana mengerjakan soal lebih mengasyikkan dibanding mendengar penjelasan guru yang terkadang membuatnya mengantuk.
"Aku juga belum. Ya mungkin nanti bakal dipelajari lagi. Kamu belum belajar aja udah frustrasi. Bagaimana kalau sudah?" Sana menggeleng-gelengkan kepalanya setengah terkekeh.
"Sana! Jihyo! Apa yang sedang kalian
obrolkan di sana?!"Sana dan Jihyo sontak terdiam saat suara guru yang sedari tadi berceloteh di depa tiba-tiba menegur mereka. Sontak saja hal itu membuat suasana di kelas seketika menjadi sepi senyap.
"Salah satu dari kalian kerjakan lima contoh soal yang ada di papan tulis. Cepat!"
Sana menggigit bibir bawahnya sembari menatap soal-soal yang ada di sana. Lalu ia menoleh sejenak ke arah Jihyo dan ia hanya menemukan ekspresi memelas dari wajah perempuan itu. Sana menarik napas dan menghembuskannya pelan. Ia mengangguk dan tersenyum mencoba menenangkan Jihyo bahwa dirinya yang akan maju ke depan mewakili mereka.
Sana mulai berdiri dari kursi dan berjalan ke depan. Ia mengambil spidol dan mulai mengamati soal-soal di sana. Setelah sekitar sepuluh detik Sana membaca keseluruhan soal-soal tersebut, ia pun dengan segera mengerjakannya. Semua murid di dalam kelas tampak terdiam. Begitu juga dengan guru yang tampak mengamati Sana. Jihyo tersenyum bangga menatap sepupunya itu dengan begitu mudah bisa menyelesaikan soal-soal tersebut. Hanya dalam waktu tujuh menit Sana bisa mengerjakan lima soal matematika dipapan tulis. Sana meletakkan kembali spidol dan membalikkan tubuh menghadap guru setelah soal itu selesai ia kerjakan.
"Apa saya sudah boleh kembali duduk, Pak?" tanya Sana sopan.
Guru berkumis lebat itu berdehem gugup dan mengangguk kikuk. Sana menundukkan kepalanya sopan dan kembali ke tempat duduknya.
"Kak Sana hebat!" Jihyo langsung berceloteh saat Sana sudah sampai di bangkunya.
Mendengar sambutan Jihyo membuat Sana hanya bisa tersenyum simpul.
"Hebat apaan? Lain kali kamu yang harus ngerjain soal. Gantian. Oke?"
Jihyo mengangguk dan tersenyum. Sementara itu, Sana merogoh saku seragam miliknya dan segera mengeluarkan ponsel yang baru saja bergetar. Jihyo melirik Sana yang tampak melihat layar ponsel.
"Siapa?" tanya Jihyo ingin tahu.
Alih-alih menjawab pertanyaan Jihyo, Sana malah hanya tersenyum sembari menatap layar ponselnya. Kerutan di dahi Jihyo pun semakin tampak melihat ekspresi yang ditunjukkan Sana sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢
RomanceCantik, pintar, kaya, dan seksi. Empat hal yang diimpikan oleh para perempuan dan semua itu berada dalam diri seorang Minatozaki Sana. Sayangnya keempat hal tersebut tidak membuat seorang Chou Tzuyu serta merta bertekuk lutut di hadapannya. Karena...