15

1K 79 14
                                    

Sana melirik jam dinding di sela kegiatan menontonnya.

"Kok Tzuyu lama banget sih?" Batinnya.

Baru saja Sana ingin kembali menelpon lelaki itu, suara bel pun berbunyi. Sana langsung membukakan pintu dan Tzuyu langsung menjatuhkan tas besar berisikan pakaiannya tepat di depan pintu yang terbuka.

"Wah, banyak juga ya," ucap Sana.

"Baru nyadar? Nih makanan." Tzuyu menyodorkan makan siang mereka berdua.

"Aku bawa tas ini ke dalam dulu. Mau ditaroh di kamar atau ruang tengah?"

"Kamar aja." Sana langsung menerima sekantong berisikan kotak makan yang diulurkan Tzuyu padanya.

Langsung saja Tzuyu berjalan masuk dengan membawa tas tersebut diikuti Sana yang sudah lebih dulu meletakkan makanan tersebut di meja ruang tengah. Tzuyu langsung merebahkan tubuhnya sejenak di kasur setelah meletakkan tas besar itu di sudut kamar.

"Nggak apa-apa kali ya numpang tidur sebentar." batin Tzuyu.

Sementara itu, Sana tersenyum geli melihat Tzuyu yang kelelahan. Ya, dia bisa maklum, pasti tasnya memang seberat itu.

"Capek banget ya?" Sana duduk tepat disamping Tzuyu yang sedang berbaring di atas ranjangnya.

"Nggak juga, ini istirahat bentar aja kok," sahut Tzuyu.

Sana mengelus lembut kepala lelaki itu.

"Makan siangnya gimana?" tanya Sana.

Bukannya langsung menjawab, Tzuyu malah bergerak dan menidurkan kepalanya di pangkuan Sana.

"Bentar, nggak lama kok."

Sana menundukkan kepalanya dan mencium pipi Tzuyu lembut.

"Makasih ya."

Tzuyu membuka matanya saat Sana mencium pipinya. Dia jadi teringat sesuatu.

"Aku mau minta maaf." Tiba-tiba Tzuyu bersuara.

"Minta maaf untuk apa?"

"Tadi waktu di rumah kamu aku minum teh dari Jihyo."

Mendengar penuturan Tzuyu, lantas
membuat Sana langsung tertawa. Dia memang selalu mewanti-wanti Tzuyu untuk jauh-jauh dari Jihyo. Tapi dia tidak pernah mengira jika Tzuyu akan meminta maaf hanya karena meminum teh dari perempuan itu.

"Kamu lebay ah, masa minum teh aja bisa bikin aku marah. Ya nggak segitunya lah."

"Beneran nggak marah?"

"Iya beneran." Sana mengangguk mantap.

"Oke, saatnya makan. Yuk." Tzuyu akhirnya beranjak dari posisinya,

sedangkan Sana langsung berjalan lebih dulu. Sesampainya di dapur, Sana langsung memindahkan isi dua kotak makan itu ke dalam piring.

"Tzu, sesak. Aku nggak bisa napas." Sana berbicara pada Tzuyu yang sedang memeluknya erat dari belakang.

"Ini aku nggak kelar-kelar mindahin makanan ke piring gara-gara kamu nempel terus."

Bukannya melepaskan pelukannya, Tzuyu makin mengeratkan dekapannya. Sana bingung harus bagaimana lagi menghadapi lelaki itu.

"Gini kali ya pacaran sama berondong," celetuk Sana.

"Cuma satu tahun juga, nggak ada bedanya," celetuk Tzuyu yang masih sempat membalas ucapan Sana.

"Dahyun juga lebih muda kan? Jangan pilih kasih," lanjut Tzuyu bersuara.

Sana melirik Tzuyu yang masih memeluknya. Jangan bilang kalau lelaki itu ngambek?

𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang