"Hahahaha." Ruangan itu dipenuhi oleh suara tawa Sana.
Ia udah menanggalkan gaun mahal di tubuhnya dan kini sudah berganti dengan pakaian yang jauh lebih santai, kaos biru dan training hitam. Jangan lupakan juga setoples keripik kentang yang diletakkan di atas pangkuan dengan dirinya yang sedang duduk santai di sofa menonton program tv sembari mengumbar tawa.
"Bwahahahah! Apaan sih! Garing banget!" Sana kembali tertawa terbahak-bahak.
Matanya bahkan mulai berair akibat kebanyakan tertawa. Perempuan itu benar-benar tak mau repot-repot menjaga wibawanya, terbukti di sana ada dua orang pelayan yang tengah bersih-bersih.
Sampai suatu ketika terdengar suara bel berbunyi.
"Hahahahhh! Ya ampun mana jatoh lagi!"
Bel masih terdengar berbunyi. Sana mulai terganggu dengan suara bel tersebut.
"Siapa sih," gerutu Sana.
Meski begitu perempuan itu memilih mengabaikannya, terbukti dari dirinya yang tampak masih terlihat santai memakan cemilannya. Tapi berhubung si pemencet bel tak juga pantang menyerah, alhasil kesabaran Sana mulai habis.
"Woy! Buka pintu, dong! Pembantu banyak tapi pada budek semua," teriak Sana kesal.
Sontak saja bentakan itu membuat pelayan-pelayan pun mulai berbondong menuju pintu utama. Sana yang melihat itu sontak menggeleng-gelengkan kepala.
"Ini kenapa malah banyak banget yang mau bukain pintu? Itu bukan Presiden! Satu orang aja yang buka, woy!"
Sementara itu di depan pintu rumah Sana, sesosok pria tinggi dengan wajah tampan muncul dari balik pintu. Dengan balutan jas hitam yang begitu cocok dengan tubuhnya, sontak penampakan pria itu membuat salah seorang pelayan yang bertugas membuka pintu tampak terpukau.
"Selamat siang, benar ini kediaman Paman Minato?"
"Maaf tuan Minato sedang pergi ke luar negeri." sahut pelayan itu sopan.
"Kalau putrinya ada? Minatozaki Sana?" tanya lelaki itu lagi.
"Oh, kalau Nona Sana kebetulan ada di rumah, tapi... kalau boleh tahu tuan ini siapa?"
"Saya Chou Tzuyu, dokter baru keluarga ini. Bisa saya bertemu dengan Nona Sana?" tanya Tzuyu tersenyum profesional.
"Oh bisa tuan. Silakan masuk."
Setelah dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu, Tzuyu pikir pelayan yang tadi pamit untuk memanggil Sana akan segera kembali. Tapi sudah lebih setengah jam ia
menunggu, belum juga ada tanda-tanda kalau seseorang akan kembali datang. Tzuyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jadi saat seorang pelayan lain tiba-tiba lewat, Tzuyu pun segera bertanya."Bibi, Nona Sananya ada di mana ya?" tanya Tzuyu.
"Nona Sana kayaknya tadi masih ada di ruang TV. Tuan mau ketemu dengan Nona Sana?"
"Iya. Saya tadi disuruh tunggu. Tapi udah setengah jam Nona Sana masih nggak datang."
Tzuyu mengamati gerak-gerik pelayan di depannya yang mulai tampak kikuk. Pelayan itu juga sepertinya bingung harus melakukan apa.
"Sebelumnya tuan sudah bikin janji belum?"
"Belum sih. Tapi kata Paman Minato saya bisa langsung datang aja."
Lagi, si pelayan tampak serba salah.
"Kedatangan tuan pasti udah dikasih tahu Kepada nona Sana. Tapi kalau ia belum juga muncul, kayaknya beliau memang nggak mau bertemu dengan tuan. Mungkin tuan bisa datang lain kali?"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢
RomanceCantik, pintar, kaya, dan seksi. Empat hal yang diimpikan oleh para perempuan dan semua itu berada dalam diri seorang Minatozaki Sana. Sayangnya keempat hal tersebut tidak membuat seorang Chou Tzuyu serta merta bertekuk lutut di hadapannya. Karena...