11

667 63 12
                                    

Tzuyu melirik Sana yang tampak tertidur di kursi mobil yang ada di sampingnya. Untunglah orang ini tertidur. Sekali lagi ia meliriknya dan memastikan kalau perempuan itu benar-benar tidur, sebenarnya Tzuyu juga tidak terlalu yakin karena wajah perempuan itu sedang menghadap jendela.

"Kamu sudah tidur?" tanya Tzuyu dan tak ada respons dari pertanyaannya itu.

"Kayaknya benar-benar udah tidur,"
simpul Tzuyu.

Tzuyu kembali fokus pada kegiatan menyetirnya. Setidaknya untuk saat ini Sana tidur dan tak lagi memaksanya untuk mengakui ucapannya yang begitu memalukan beberapa saat yang lalu.

"Kamu pasti nggak percaya kalau dari semua orang yang pernah aku temui selama ini, cuma kamu doang yang paling memiliki kepribadian yang jelek banget. Aku nggak bohong."

Tzuyu terdiam sebentar dan melirik Sana sekali lagi. Sudah lama sekali rasanya Tzuyu ingin mengatakan hal ini pada Sana. Tapi dia tidak berani mengatakannya secara langsung.

"Kamu itu pemarah. Sering bikin kesal. Paling nggak mau menerima pendapat orang lain dan juga suka seenaknya sendiri."

Terkadang Tzuyu benar-benar tidak habis pikir kalau seseorang akan memiliki sifat jelek sebanyak itu.

"Setiap hari ketemu dengan kamu pasti aku ikut-ikutan teriak. Padahal dulunya aku orangnya nggak begitu. Kamu tuh cuma terbantu dengan wajah cantik kamu aja. Yah pokoknya kamu benar-benar nggak memenuhi syarat untuk menjadi pendampingku. Sangat tidak memenuhi syarat."

Tzuyu menarik napasnya dalam-dalam. Ternyata berbicara seperti ini bisa sedikit membuatnya lega.

"Aku selalu bilang ke orang tuaku kalau tipe idealku adalah sosok yang lembut, penyabar dan baik hati. Tapi sekarang aku malah terjebak dengan orang seperti kamu."

Dahi Tzuyu berkerut memikirkannya. Kenapa ayahnya bisa berpikiran untuk menjodohkannya dengan orang seperti Sana? Apa gembar-gembor tipe ideal yang selama ini Tzuyu publikasikan tidak sampai ke sanubari sang ayah?

"Tapi Sana, anehnya aku malah merasa betah di dekat kamu. Setidaknya aku tahu kalau apa yang selama ini kamu perlihatkan adalah memang sifat asli kamu. Kamu nggak sedang pura-pura selama ini. Kalau kamu marah, kamu bakal neriakin aku. Kalau kamu kesal, kamu bakal mukulin aku. Dan kalau kamu sedih, kamu bakal nangis di depanku."

Tzuyu kembali melirik Sana. Kembali
memastikan kalau Sana masih belum terbangun.

"Dan juga, Sana, kamu itu...."

"Duh, gue benar-benar baru tahu kalau lo tuh cerewet juga ya ternyata?"

Tzuyu menoleh ke arah Sana dan langsung terkejut saat perempuan itu tiba-tiba bicara. Tzuyu  mendadak menginjak rem saat itu juga. Ia menatap Sana yang entah kenapa tiba-tiba menyahuti ucapannya.

"Kamu nggak tidur?!" teriak Tzuyu frustrasi.

Sana menoleh, dengan wajah datarnya perempuan itu menggeleng.

"Memangnya kenapa? Ada yang salah?" tanya Sana.

Tzuyu  memejamkan matanya menahan malu. Jadi dari tadi saat ia bicara Sana mendengar semuanya? Tzuyu buru-buru menyembunyikan wajahnya di atas lipatan tangannya yang sedang berada di atas setir.

𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang