Sana merasakan ada samar-samar bunyi gaduh menembus indera pendengarannya. Matanya yang sedang terpejam pun pulai mengerjap-ngerjap saat suara itu makin mengusik tidur nyenyaknya. Sana beranjak bangun sembari mengacak-acak rambutnya. Matanya menyipit menatap jam yang terpajang di dinding kamar.
"Masih jam lima pagi kok. Tapi kenapa udah berisik?" sungut Sana kesal.
Dengan malas ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari atas kasur. Ketika melangkahkan kakinya keluar dari kamar, Sana berjalan mendekati tangga yang menjadi penghubung lantai kamarnya dengan lantai bawah. Raut wajah Sana seketika berubah menjadi kian kesal saat melihat Tzuyu ada di sana bersama dengan tiga orang pengurus rumah. Sana menarik napas lelah. Kenapa lagi sih orang itu?!
"Ini kenapa berisik banget sih?! Tidur gue jadi terganggu karena kalian!" teriak Sana dari lantai atas.
Lain halnya dengan Tzuyu yang sudah tampak rapi dan hanya menatap Sana tanpa rasa bersalah, ketiga pengurus rumah yang ada di sana sontak menunduk minta maaf atas terganggunya tidur sang majikan.
"Tzuyu, lo kenapa pagi-pagi udah bikin onar di rumah gue?!" bentak Sana kesal.
Rasanya baru semalam lelaki itu pulang, kenapa sudah kembali menampakkan wajah begini padanya?
"Aku meminta pelayan untuk membangunkan kamu. Tapi nggak satupun dari mereka yang berani masuk ke kamar kamu. Jadi kupikir biar aku aja yang bangunin kamu, tapi mereka malah menghalangi aku."
Sana mendengus tak peduli dengan penjelasan Tzuyu.
"Itu udah perintah gue! Gue yang suruh mereka biar nggak pernah ngusik gue yang lagi tidur." Ucapan Sana berhasil membuat dahi Tzuyu mengernyit.
"Walaupun begitu setidaknya kamu harus bangun tepat waktu. Kamu harus berangkat ke kantor kan?"
"Memangnya gue peduli? Nggak ada juga yang bakal marahin gue kalau gue telat bahkan nggak datang sama sekali!"
Tzuyu menatap Sana sembari menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir dengan kemalasan wanita ini. Tzuyu pikir cewek manja dari keluarga kaya itu hanya ada di film-film, ternyata benar-benar ada di kehidupan nyata seperti Sana ini.
Dengan cepat Tzuyu menaiki tangga
berjalan menghampiri Sana. Ketiga pelayan di sana pun sudah menghilang entah ke mana.Sana masih berdiri di posisi semula. Perempuan itu tampak tidak gentar melihat Tzuyu yang berjalan semakin dekat. Apa Tzuyu akan mengajaknya berkelahi sekarang? Oke! Siapa takut!
"Kenapa? Lo mau ngajak berantem? Jangan mandang gue remeh ya, begini-begini gue ahli martial arts," ancam Sana.
Tzuyu berhenti tepat di hadapan Sana yang sudah berancang-ancang untuk berkelahi.
Melihat Tzuyu malah diam dan tak memulai perkelahian dengannya, Sana pun mengerjap-ngerjapkan matanya bingung. Untuk beberapa alasan, entah kenapa Sana merasa menjadi satu-satunya orang yang sedang bersikap bodoh saat ini. Sadar akan hal itu, Sana kembali berdiri bersedekap dan membalas tatapan Tzuyu.
"L-lo mau apa?" tanya Sana dengan nada yang terdengar ragu-ragu.
"Sebaiknya kamu cepat mandi, bersiap dan pergi sarapan. Aku akan tunggu di depan. Seperti kemarin aku sendiri yang bakal antar kamu ke kantor," ucap Tzuyu dengan nada tenang.
Sana menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Oh jadi orang ini mau melanjutkan sikap menyebalkannya yang kemarin?
"Sudah pernah gue bilang sebelumnya kan? Jangan memerintah gue seenak jidat lo. Lo itu kerja sebagai dokter keluarga gue. Gue atasan lo dan lo bawahan gue. Gue nggak peduli lo mau jadi calon suami gue atau nggak. Gue nggak peduli," peringat Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢
RomanceCantik, pintar, kaya, dan seksi. Empat hal yang diimpikan oleh para perempuan dan semua itu berada dalam diri seorang Minatozaki Sana. Sayangnya keempat hal tersebut tidak membuat seorang Chou Tzuyu serta merta bertekuk lutut di hadapannya. Karena...