Sana menatap Tzuyu disela langkah kakinya yang sedang berjalan menuju lelaki itu. Sana menelengkan kepala dan tampak berpikir. Apa Tzuyu sedang melamun?
"Tzuyu," panggil Sana. Panggilan itu sukses menyadarkan lelaki itu.
"Oh, kamu sudah selesai?"
"Iya, semuanya udah beres."
"Pulang?"
Sana mengangguk, namun sebelum Tzuyu membalikkan badan siap untuk berjalan, perempuan itu tiba-tiba menarik lengan baju Tzuyu.
"Kenapa?" tanya Tzuyu.
"Aku nggak pulang ke rumah."
Ucapan Sana kali ini berhasil membuat fokus Tzuyu benar-benar kembali.
"Kenapa nggak pulang ke rumah?" tanya Tzuyu.
"Di rumah masih ada Jihyo. Aku udah nggak tahan liat mukanya lagi. Aku nyerah."
Ah, Tzuyu baru ingat tentang seseorang bernama Jihyo. Jadi, perempuan itu masih ada di sana?
"Segitunya sampai nggak mau ketemu
dia?" tanya Tzuyu."Iya segitunya. Kenapa? Kamu pikir aku pasti chlidish banget ya?"
"Eh? Nggak, Kamunya aja yang curigaan."
"Terserah, pokoknya anterin."
"Iya pasti aku anter. Kasih tau aja alamatnya di mana. Eh tunggu, ini jadinya kamu mau ke mana kalau nggak ke rumah?"
"Ke apartemen. Aku punya apartemen."
"Oke, nggak masalah. Yuk jalan."
Tzuyu dan Sana kembali berjalan. Tapi Sana mengernyitkan dahi melihat posisi mereka saat ini.
"Tzuyu."
Tzuyu menghela napas panjang saat Sana kembali memanggilnya. Sejujurnya, bersama Sana saat ini masih sedikit membuat Tzuyu kurang nyaman. Apalagi tidak sampai beberapa menit yang lalu Tzuyu baru menyadari perasaannya terhadap perempuan itu.
"Apa lagi?" tanya lelaki itu.
"Yang jalan di depan kan harusnya aku, kamu lupa ya sama peraturannya? Aku di depan, kamu di belakang. Jarak tiga langkah."
Tzuyu menganga mendengarnya. Ternyata masih seperti itu? Tzuyu kira hubungannya dengan Sana mulai membaik. Ternyata tidak.
"Oke. Silakan jalan duluan," ucap Tzuyu mempersilahkan Sana.
"Nah, gitu dong. Nggak boleh lupa daratan ya gara-gara aku mulai pake aku-kamu."
Dari belakang Tzuyu menggertakkan giginya, wanita ini benar-benar perwujudan nenek lampir yang sebenarnya.
"Oh iya, sebelum nganterin aku pulang. Mampir beli makan dulu ya. Buat kita berdua." Sana kembali bersuara.
"Aku nggak perlu beli makan. Nanti bisa di rumah. Kamu aja."
Sana berhenti melangkah. Ditatapnya Tzuyu yang berdiri di belakangnya.
"Kamu butuh makan. Percaya sama aku. Nggak lama kok, makannya dibawa aja, kita makan di apartemenku."
Tzuyu langsung memasang wajah kaget. Kenapa dia harus makan di apartemen Sana? Jangan bilang wanita ini secara langsung mengundangnya masuk ke dalam ruang pribadinya? Apa Sana juga mulai suka padanya?
Suka apanya!
Tzuyu kini sudah berada di dalam apartemen Sana. Mereka juga sudah makan malam beberapa saat yang lalu. Wajah Tzuyu sudah pucat pasi sedari tadi saat pertama kali memasuki ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢
RomanceCantik, pintar, kaya, dan seksi. Empat hal yang diimpikan oleh para perempuan dan semua itu berada dalam diri seorang Minatozaki Sana. Sayangnya keempat hal tersebut tidak membuat seorang Chou Tzuyu serta merta bertekuk lutut di hadapannya. Karena...