14

1K 72 33
                                    

"Oh, jadi, begitu ceritanya," gumam Tzuyu

Sana yang tengah bersandar di bahu Tzuyu langsung mendelik tak terima. Usai sesi make out yang cukup panas beberapa saat yang lalu, kini mereka masih duduk di atas sofa dan kembali menonton program tv. Baru saja Sana menceritakan semua masalahnya dengan Jihyo dan Dahyun pada Tzuyu karena lelaki itu bertanya. Tapi setelah mulutnya berbusa menceritakan semuanya, Tzuyu hanya merespons dengan kalimat yang sangat tidak diharapkan.

"Kok gitu responsnya? Komennya dong, aku ini sudah di fitnah waktu sekolah."

"Tapi kan kamu sekarang udah penuh
semangat begini. Karir kamu sukses. Masa depan kamu udah cerah pokoknya."

"Ah udah lah, nggak asik ngomong sama kamu." Sana langsung berdiri dari sofa.

"Eh, mau ke mana?

"Mau tidur dikamar. Kamu pulang gih."

"Serius kamu ngambek? Sini duduk lagi." Tzuyu kembali menarik tangan Sana dan mendudukkannya lagi. Tidak lupa dirangkulnya bahu wanita itu erat.

"Sebenarnya dari cerita kamu itu ada satu yang mengganjal." Tzuyu berucap.

Sana melirik wajah Tzuyu.

"Apa?" tanya perempuan itu.

"Kenapa cuma Jihyo yang kamu jauhi, tapi sama Dahyun masih lengket kayak perangko."

"Mungkin karena aku lebih sayang sama Dahyun dari pada Jihyo?" Sana menjawab sambil menatap Tzuyu.

"Kamu sayang sama Dahyun?" Kening Tzuyu mulai berkerut tanda tidak suka.

"Ya aku tuh sempet mikir sih, terlepas dari niat Dahyun pertama kali ngedeketin aku yang nggak baik. Tapi nyatanya selama pacaran dulu, Dahyun memang baik banget. Dia bahkan nggak pernah minta apa pun sama aku. Malah dia banyak yang ngasih sesuatu ke aku."

Sana menatap wajah Tzuyu sebentar. Wajah lelaki itu benar-benar sudah butek seperti air comberan.

"Ekspresi kamu kenapa? Kok kayak nggak suka? Lanjut nggak nih ceritanya?"

"Ya udah, lanjut aja. Aku masih bisa dengerin."

"Oke, aku lanjut ya. Tapi meski dia baik, aku tetap nggak bisa ngelupain perbuatannya yang bohongin aku selama pacaran. Dan di sana aku sadar, mungkin Dahyun udah nggak punya niat lagi ngelanjutin taruhannya, tapi nggak menutup kemungkinan kan bakal ada orang lain yang juga punya pikiran kayak gitu juga? Jadi aku biarin Dahyun ada di dekatku agar aku nggak pernah lupa kalau jangan terlalu mudah percaya sama orang lain. Dahyun itu udah kayak benteng buat aku. Dia yang bikin aku inget supaya nggak lengah lagi."

Tzuyu mengangguk paham. Keruh pada wajahnya sudah sedikit mereda.

"Dan untuk Jihyo, dia itu pengecut. Dia bahkan nggak menjelaskan apa pun tentang kejadian itu. Dan sekarang apa yang dia lakukan? Tiba-tiba muncul dan berlagak kayak nggak pernah terjadi apa-apa. Tiba-tiba Sana jadi emosi sendiri memikirkannya.

Bisa dibilang sikap antipatinya saat ini sedikit disebabkan oleh pengalaman saat ia remaja. Saat Jihyo dan Dahyun yang sangat ia percayai, ternyata memiliki maksud terselubung saat mendekatinya.

"Dan kamu juga, apa-apaan waktu itu malah ngebela Jihyo di depan aku? Mana saat itu kamu bilang aku nggak punya perasaan dan terlalu membesar-besarkan masalah? Rasanya mau aku jambakin rambut kamu waktu itu. Kalau nggak tahu apa masalahnya, jangan sok tahu!"

Tzuyu ternganga saat dirinya tiba-tiba disemprot Sana.

"Ya kan aku nggak tahu apa-apa." Tzuyu membela diri.

"Kalau nggak tahu itu ya diem aja, jangan banyak omong."

"Abisnya kalau lewat kacamata orang awam kayak aku, pasti pada mikirin yang jadi antagonisnya itu kamu dan Jihyo yang tertindas."

𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang