21

820 71 18
                                    

Sana turun dari mobil setibanya ia di gedung apartemen. Ia Memutuskan untuk berkendara sambil berputar-putar di jalan raya selama nyaris dua jam sebelum benar-benar menuju apartemen, setidaknya itu membuat Sana percaya kalaupun Tzuyu mencarinya sampai ke sini, paling tidak lelaki itu akan menyerah untuk menunggunya saat menyadari jika Sana tidak ada di unit apartemennya.

Sana memasuki lift dan naik ke lantai di mana unitnya berada. Selama menunggu lift berhenti, ia tidak henti-hentinya mengumpat melihatnya yang seperti terlontang-lantung di jalanan. Mau ke rumah, ada Jihyo di sana. Mau ke apartemen, kemungkinan ada Tzuyu yang menunggunya.

Apa perlu ia membeli satu rumah lagi kalau situasi ini terus berlarut-larut?!

Pintu lift terbuka dan ia segera melangkah keluar. Sana berjalan sangat pelan dan hati-hati. Terlebih sebelum berbelok, ia memutuskan untuk mengintip terlebih dahulu keadaan di depan pintu unitnya. Dan setelah tidak melihat keberadaan Tzuyu di sana, ia langsung menghela napas lega. Sana segera berjalan menuju unitnya. Dimasukkannya pula kode akses masuk yang sempat ia ubah tadi pagi. Pintu apartemen terbuka dan Sana pun segera melangkah masuk. Namun, saat baru akan kembali menutup pintu, sebuah tangan tiba-tiba menahan pintunya. Sana terkejut bukan main. Perempuan itu memekik kaget saat pintu itu kembali didorong dan Tzuyu tiba-tiba menyusup masuk setelahnya.

"Kamu ngapain di sini?!" todong Sana kaget bercampur marah.

Tzuyu tidak banyak bicara. Lelaki itu hanya melirik Sana singkat saat menutup pintu di belakangnya.

"Nggak sia-sia aku nunggu nyaris lebih dua jam di sini. Akhirnya kamu pulang juga," celetuk Tzuyu.

Lelaki itu berjalan masuk lebih dulu. Sana menganga melihat Tzuyu yang berjalan melewatinya begitu saja. Lelaki itu benar-benar seperti sudah menganggap ini sebagai rumahnya sendiri. Dan juga, sebenarnya di mana lelaki itu bersembunyi?
Sana bahkan tidak melihat keberadaannya tadi!

"Berhenti." Sana berkata dengan nada
mengingatkan. Matanya tampak bergetar menahan amarah saat melihat Tzuyu yang seperti tidak mendengarkannya dan malah terus melangkah semakin masuk ke dalam unitnya.

"Tzuyu, aku bilang berhenti. Apa kamu tidak mendengarnya?" ucap Sana sekali lagi.

Namun, melihat ucapannya sama sekali tidak diindahkan oleh Tzuyu, membuat Sana berang. Perempuan itu bergerak menyusul Tzuyu dan dengan cepat menarik tangan lelaki itu.

"Keluar. Aku bilang keluar! Kamu tahu kalau tindakan kamu ini ilegal kan? Kamu nggak bisa masuk ke rumah orang lain seenaknya!"

Sana menyeret Tzuyu untuk segera keluar dari apartemennya. Namun, perbedaan kekuatan terlihat begitu jelas di antara mereka berdua. Alhasil, dengan satu kali sentakan saja, Tzuyu sudah bisa melepaskan diri dari Sana.

"Rumah orang lain apanya? Ini rumah tunanganku," cetus Tzuyu tenang dan kembali berjalan masuk menuju ruang tengah.

Sana berang setengah mati. Apalagi saat melihat Tzuyu dengan santainya menyalakan lampu di ruang tengah seakan ini rumahnya sendiri.

"Tunangan? Siapa yang tunangan kamu? Memangnya kamu pikir, aku masih mau menikah dengan kamu?" ucap Sana.

Langkah Tzuyu terhenti saat mendengar ucapan Sana. Lelaki itu kembali memutar badan untuk menatap Sana yang berdiri di belakangnya.

"Apa ini masih perihal proyek itu? Kalau kamu segitunya nggak setuju, aku bisa lepas proyek itu." Tzuyu berkata dengan tenang.

"Demi Tuhan. Aku bahkan nggak pernah minta untuk dilibatkan dalam proyek itu!"

"Sudahlah Tzu. Lagi pula kita terlalu terburu-buru memutuskan untuk menikah. Kita bahkan baru kenal dalam beberapa bulan," sahut Sana.

"Apa kamu bilang?" tanya Tzuyu. Nada suara lelaki itu tampak merendah.

𝚂𝚗𝚊𝚣𝚣𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang