Previous chapter: Keluarga Survivor
Aku sudah berkenalan dengan seluruh penghuni rumah yang mirip kos-kosan ini. Rencanaku selanjutnya adalah menggali informasi dari tiap orang.
"Ibu sama Lutfiah mau berangkat dulu ke sekolah, Mbak Lani sama Karni santai aja di rumah, fokus aja untuk beristirahat." Begitulah kata-kata Bu Ummi sebelum pamit pergi.
Rupanya Bu Ummi berprofesi sebagai guru SMA, sedangkan Lutfiah merupakan murid kelas satu SMA dari sekolah yang sama. Lalu Mbak Uus adalah penjahit di rumah. Bagian depan rumah di sisi barat dengan rolling door, merupakan tempat ia menjahit. Dia juga memperkerjakan Mbak Dini sebagai pegawai. Sedangkan Pak Ono ongkang-ongkang kaki menjaga rumah.
Informasi ini kudapat saat membantu Nisya saat membantunya mencuci piring. Anak ini menyenangkan untuk diajak mengobrol dan mudah akrab, agak suka menggosip.
"Kalau Pak Asep ngapain sepeninggal Bu Ummi?" tanyaku pada Nisya.
"Tadinya dia mau ngurus tanah di samping rumah, mau berkebun katanya sebagai ucapan terimakasih ke Ummi karena udah biayain pengobatannya dan udah menampung dia. Tapi dilarang sama Ummi, tunggu sembuh dulu lukanya. Alhasil dia nggak ngapa-ngapain, cuma nemenin Pak Ono aja main catur. Hubungan mereka lucu Kak. Jadi Pak Ono menganggap Pak Asep ini saingan cintanya dalam mendekati Mbak Dini. Padahal Pak Asep udah bilang kalau di dunia asalnya dia punya istri."
Aku merasa antara senang karena pak Asep baik-baik saja dan merasa terbebani mendengar penuturan Nisya. Gara-gara Rizky, kini seorang istri kehilangan suaminya.
"Memang Pak Asep nggak pingin pulang? Nggak kangen istrinya?"
"Ya kangen Kak, tapi karena tubuhnya luka, jadi Pak Asep mau menunggu sembuh dulu sebelum pulang."
Mendengar cerita Nisya, aku merasa Pak Asep bisa menjadi teman berpetualangku dengan Karni.
"Ngomong-ngomong hebat juga ya Ibumu, bisa bangun rumah ini untuk membantu survivor yang lain demi bisa mencaritahu keberadaan anaknya," komentarku pada Nisya.
"Ooh sebetulnya yang bangun rumah ini bukan Ummi sepenuhnya Kak, rumah ini yang bangun Omku, Om Jeffry, adeknya Ummi. Jadi setelah tahu abang hilang, Om langsung datang ke sini. Terus nyuruh orang buat nyari Abang dan kawannya ke hutan, tapi hasilnya nihil. Mau nyari ke sisi lain nggak berani. Cuma, abis itu Om ngasih kabar ke kita, kalau ada misscall masuk dari Abang. Kita seneng dong. Untuk memudahkan mencari informasi, akhirnya Om nyuruh Ummi buat bikin rumah di sini dan menampung tamu yang datang dari hutan buat nyari dan nyebar informasi soal Abang. Makanya Ummi setuju pindah ke sini."
Cerita Nisya cukup memberi penjelasan padaku mengapa Bu Ummi yang tiga tahun lalu hidup susah dapat membangun rumah yang besar dan lapang, bisa menggaji satpam lagi. Namun, satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan baru lagi.
"Aku agak bingung sama cerita Om kamu Nis. Kok bisa Om kamu dapat misscall dari Abangmu? Setahuku kalau orang udah tersesat ke dunia lain, bakalannya susah banget menghubungi keluarganya, malah bisa dibilang nggak bisa. Karni yang tersesat sekeluarga aja nggak pernah berhasil kontak sama keluarganya yang terpisah." Aku mengungkapkan rasa heranku pada Nisya berdasarkan pengalamanku.
"Iya kah? Tapi Om bilang dia dapat misscall dari Abang, malah ada bukti misscal di hapenya."
Aku tertegun mendengar komentar Nisya. "Mungkin aku aja yang belum tahu cara kerja hutan dimensi pararelnya." Meski aku merasa ganjil, kukatakan hal itu pada Nisya untuk menutupi keganjilan yang kurasakan karena kuakui, aku memang belum begitu mengerti cara kerja hutan ini.
"Kalau Kakak gimana ceritanya? Kok bisa sampai tersesat?" Kini gantian Nisya yang bertanya padaku.
Kemudian kuceritakan kisahku pada Nisya, mulai dari aku masuk hutan untuk membuat konten bersama Fattah, diserang monster dan terpisah dari Fattah, tertahan di universe hutan tipu, menjalani petualangan ini setelah berbagai persiapan, hingga akhirnya aku bertemu Karni dan singgah di universe ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT DI HUTAN PARALEL [TAMAT]
FantasyLani dan pacarnya sedang berjalan-jalan ke hutan guna membuat konten. Seharusnya perjalanan ini aman-aman saja, karena warga sekitar sini juga sudah berulang kali bolak-balik hutan desa dengan berbagai tujuan dan baik-baik saja. Sayangnya, apa yang...