Previous chapter: Bertemu Survivor Lain
Aku tak dapat membayangkan betapa sulitnya hidup sendirian tanpa sarana yang memadai. Sepertinya terlalu berbahaya membiarkan Karni tinggal sendirian lebih lama.
"Karni, kamu mau nggak menjelajahi hutan ini sama aku?" tawarku padanya.
"Wah baru aja tadi saya mau nanyain itu Kak!" ucapnya ceria, seketika wajahnya menjadi cerah.
"Tapi aku takut masih ada zombie di luar sana," katanya dengan cemas.
"Kukira kecil kemungkinannya ada zombie. Kalau ada zombie, kita tinggal kabur ke hutan aja," ucapku dengan entengnya.
Namun setelah mengatakan hal itu, aku mulai memikirkan kemungkinan terburuknya.
Memang pada daftar penunggu atau penguasa hutan yang Rizky berikan padaku, ada zombie sebagai salah satu penunggu hutan. Jika seandainya wabah zombie menyebar, lalu beberapa zombie menyebar secara acak ke beberapa dimensi, maka hutan ini sudah tak aman lagi.
"Kak, Kakak kenapa? Kok diem?" tanya Karni heran.
"Nggak pa pa. Ngomong-ngomong Karni, di tempatmu, wabah zombie udah separah apa? Udah nyebar sampai ke tempatmu belum?" Aku mencoba memastikan kemungkinannya.
"Aku belum ketemu zombienya langsung sih Kak, tapi video zombienya udah kesebar di grup. Ngeri banget kak."
Aku dapat menangkap sorot rasa takut pada matanya, tapi aku perlu memastikan keabsahan informasi ini.
"Jadi, zombienya beneran ada atau enggak?" tanyaku hati-hati, sebisa mungkin terdengar tidak meledek.
"Ada Kak! Waktu itu Ibu sama Ayah pergi ke pasar, naik honda. Belum lama pergi belanja. Tiba-tiba tetanggaku nyuruh kita buat berkemas-kemas. Panik banget orang sekitar. Aku sama Abang dan Tanteku bingung, karena Ayah sama Ibu masih belum pulang."
Di sini aku paham, pasar yang dimaksud adalah pasar depan rumahku. Namun saat kutanya Karni, apakah dia mengenali toko milik orang tuaku, dia menggeleng.
Kemudian Karni melanjutkan ceritanya. "Pas nyampe rumah. Muka Ayah sama Ibu pucat. Kita semua langsung disuruh kemas-kemas.
Tadinya aku sama Abang mau dititipin ke mobil tetangga, sedangkan Ayah, Ibu, sama Tante naik honda. Tapi karena udah nggak sempat lagi, dan terlalu beresiko melewati zombie naik honda, akhirnya Ayah ngajak kita masuk hutan.""Kenapa Ayahmu memutuskan masuk hutan? Memang Ayahnya Karni udah sering keluar masuk hutan?"
"Iya, Ayah udah sering keluar masuk hutan. Selain itu, Tulang (paman) juga sebelum meninggal waktu pandemi, pernah tersesat, untungnya bisa balik lagi-"
"Eh! Pamanmu pernah tersesat di hutan?" potongku terkejut.
Reaksi Karni sedikit kaget mendengar rasa antusiasku, lalu atas permintaanku, Karni menceritakan kisah tersebut sepengetahuan dia.
"Iya, jadi Tulang aku pernah tersesat ke dimensi lain. Ketemu makhluk yang aneh-aneh. Untungnya Tulang ketemu orang yang bantuin Tulang pulang."
Aku mencoba mencerna cerita ini. Namun kebingungan dengan detil ceritanya yang membingungkan. "Jadi, Pamanmu ketemu laki-laki, terus laki-laki ini yang nunjukkin jalan pulang?"
"Iya, katanya Abang gitu sih, aku terlalu takut buat denger ceritanya langsung. Soalnya serem, hehehe."
Aku hanya bisa menghela nafas, merasa sedikit kecewa mendengar penjelasan Karni. Kebenaran informasi ini masih belum jelas, terdengar seperti dongeng. Aku yakin lelaki yang dimaksud adalah si Burhan.
"Itu kejadiannya, waktu Tulang Karni tersesat kapan?"
"Sebelum pandemi Kak."
Dari jawaban Karni, sepertinya peristiwa tersebut belum lama terjadi, baru beberapa tahun. Namun kali ini, narasumber informasi benar-benar sudah meninggal. Oh adakah survivor yang berhasil pulang dan masih hidup?
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT DI HUTAN PARALEL [TAMAT]
FantasyLani dan pacarnya sedang berjalan-jalan ke hutan guna membuat konten. Seharusnya perjalanan ini aman-aman saja, karena warga sekitar sini juga sudah berulang kali bolak-balik hutan desa dengan berbagai tujuan dan baik-baik saja. Sayangnya, apa yang...