Previous chapter: Sempak Dalam Ember
Setelah dua jam duduk di dalam mobil. Kuda besi ini akhirnya berhenti di suatu tempat. Aku yang tak sabar untuk berjalan akhirnya melangkah keluar.
Aku mengadah melihat bangunan besar itu, seraya berkata. "Kok kamu bawa aku ke sini Ryo?" aku tidak menyangka akan dibawa ke mall oleh Rio.
Rio melihat ke jam tangannya. "Ini baru jam sembilan, pertemuannya nanti jam dua belas, masih ada waktu. Jalan-jalan yuk! Atau mau nonton?" Rio menawariku pilihan.
Aku memilih untuk menonton film yang ada, pilihan kubebaskan pada Rio. Akhirnya kami menonton film action.
"Kamu nggak kerja?" tanyaku saat kami hendak masuk ke bioskop.
"Spesial, hari ini libur." Rio tersenyum, lalu menggandeng tanganku masuk ke dalam. Durasi filmnya 90 menit.
Usai menonton, Rio membelikanku sepatu, tas, baju melayu modern dan kerudung.
Awalnya aku menolak barang-barang ini. Rio merasa tidak masalah membelikanku. Aku sempat beradu argumen dengannya, bahwa status kita belum jelas. Namun, setelah Rio mengatakan ini untuk persiapan bertemu pamannya nanti, akhirnya aku setuju.
Seumur-umur baru kali ini aku dibelikan barang-barang mahal oleh lelaki. Membuatku tak suka. Bagaimana nanti caraku menolaknya?
Usai belanja, Rio membawaku ke salon untuk didandani.
Ketika semua persiapan itu selesai, waktu menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh. Perutku sudah lapar. Tadi aku hanya makan popcorn dan minum teh lemon.
Aku melangkah keluar dari bilik salon menuju Rio yang sedang menungguku di ruangan lain. Kulihat pria itu sedang main game.
"Rio, gimana penampilanku?"
Rio mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Lalu wajahnya terpaku melihatku. Terkejut, mulutnya bergerak ingin mengatakan sesuatu, tapi tak tahu harus berkata apa?
"Kenapa? Aku aneh ya? Aku udah bilang ke orangnya supaya make up-nya jangan tebel-tebel."
"Aku kena serangan jantung ringan, mungkin itu sebabnya aku melihat bidadari." Akhirnya Rio bisa ngomong.
Dalam hati aku mengatainya gombal. Tak mengerti dengan reaksinya yang lebay.
"Ya udah yuk berangkat. Aku udah laper nih." Aku tak menanggapi komentar dari Rio.
Mengenakan kerudung dan memakai baju kurung membuatku agak kesulitan bergerak. Pakaian ini membuatku harus bergerak seanggun mungkin sambil dituntun Rio.
Begitu kami keluar, Rio langsung membukakan pintu mobil untukku. Sikapnya berubah. Lalu saat nyetir, dia bersenandung dengan gembira.
"Kamu lagi seneng banget ya?"
"Yang namanya orang mau makan seneng lah," ucap Rio sambil menatapku, sehingga aku tegur supaya fokus ke jalan.
Dalam hati aku tertawa melihat sikapnya. Sebisa mungkin aku mengendalikan ego dan pikiranku supaya tidak narsis.
Terakhir kali orang-orang terpesona padaku adalah saat wisuda. Banyak orang yang meminta berfoto bersamaku. Mulai dari orang yang aku kenal, hingga yang tidak aku kenal. Masa-masa yang indah.
Kemudian mobil berhenti di depan restoran mewah. Aku merasa bingung, mengapa berhenti di sini?
"Rio?"
"Ya Sayang."
Idih! "Kenapa kita ke sini? Bukannya kita mau ke rumah makan Padang?" tanyaku saat kami berjalan dari parkiran ke resto.
![](https://img.wattpad.com/cover/308908050-288-k532652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT DI HUTAN PARALEL [TAMAT]
FantasyLani dan pacarnya sedang berjalan-jalan ke hutan guna membuat konten. Seharusnya perjalanan ini aman-aman saja, karena warga sekitar sini juga sudah berulang kali bolak-balik hutan desa dengan berbagai tujuan dan baik-baik saja. Sayangnya, apa yang...