Previous chapter: Bagai Hidup Dalam Sangkar Emas
Sesampainya di rumah bu Ummi, aku bersikap sealami mungkin. Karena aku sampai di sana sudah sore, semua orang pasti sudah di rumah.
Sejak tiba di sini, kembaran ibuku jadi semakin protektif, takut aku menghilang. Nyaris saja dia menyuruh orang mengambil barangku.
Aku berdalih bahwa hanya aku yang tahu barang-barangku supaya tidak tertukar, ibu masih berusaha menahanku.
"Emang barang apa sih? Kok penting banget? Kalau cuma baju beli lagi aja! Di toko banyak." Begitulah argumen ibu.
Meski perkataan ibu sulit kusanggah, mumpung kami di sini, aku akan mengambil barang-barangku, terutama hasil risetku tentang hutan dimensi pararel yang berharga.
Di saat kedua orang tua tersebut bercakap-cakap dengan bu Ummi, aku mencari pak Asep dan mengajaknya kabur.
"Ayo Pak. Mumpung saya di sini, kita kabur ke hutan."
"Nggak mau ah! Nanti saya dituduh bawa kabur anak orang," tolaknya.
Karena kesempatan ini tipis. Aku tak peduli lagi dengan keputusan pak Asep. Kemudian aku mencari Lutfiah dan hendak menyampaikan beberapa pesan.
Ibu masih saja mengawasiku. Aku berdalih pada ibu bahwa aku mau pamit ke Lutfiah. Ibu masih saja menolak dalihku. "Kan kalian bisa ketemu lagi kapan-kapan." Aku tak mempercayai kata-katanya, jadi aku tetap mencari Lutfiah.
"Lulu, aku pamit, mau pergi."
"Kakak kok ngomongnya kayak orang yang mau pergi jauh?" Lutfiah tidak senang dengan perpisahan ini.
Aku memeluknya dan berbisik padanya.
"Aku mau kabur ke hutan, kalau sampai kamu lulus nggak terjadi apa-apa, itu artinya aku udah gagal mengakhiri kutukan ini. Kalau kamu masih ingin pulang, ajak Karni, pak Asep dan orang sebanyak-banyaknya. Informasi tentang hutan dimensi pararel yang udah kukumpulin kamu udah dapat salinannya 'kan?" Lutfiah mengangguk meresponku.
Aku melepas rangkulanku dan hendak keluar. Namun ada satu hal yang lupa kusampaikan dan berbalik untuk mengatakannya pada Lutfiah.
"Satu hal lagi Lulu. Setelah aku pergi, kasih tahu bu Ummi dan lain-lain kalau Rio selama ini tidur sama mbak Dini. Bukti mungkin bisa tanya ke Hani, ada di ponsel Mbak Dini, pakaian Rio yang ada di Mbak Dini, atau di rumah Mas Hamzah tempat Mbak Dini dan Rio biasa selingkuh." Kusampaikan analisaku pada Lutfiah.
"Soal itu aku udah tahu Kak." Aku terperangah mendengarnya.
"Kamu udah tahu?" Lutfiah mengangguk.
"Aku pernah memergoki mereka. Lalu Kak Rio mengancam akan menelantarkanku kalau aku bicara."
Aku memegang kedua bahu Lutfiah dan memberinya motivasi.
"Jangan takut untuk mengatakannya. Kaburnya aku ke hutan bisa kamu manfaatin untuk membeberkan perselingkuhan ini. Bilang aja ke orang-orang kalau aku kabur karena Rio main perempuan, dengan begitu semua orang bakal fokus ke dia, Rio nggak bakal berani mengganggu kamu."
Kulihat Lutfiah ragu-ragu. Aku tak bisa menunggu lebih lama, jadi aku keluar lewat toko mbak Uus. Saat itu, toko dijaga oleh mbak Dini.
Melihat gelagatku yang mencurigakan, orang ini juga mencoba menahanku, tapi dengan galak, kuancam dia. "Kalau Mbak mencoba menahanku, akan kubeberkan perselingkuhan Mbak sama Rio. Aku punya buktinya."
Mendengar hal itu, wajah mbak Dini langsung pucat. Lalu kuminta kunci motornya, kubawa motor itu keluar rumah. Untunglah aku bisa naik motor.
Tak kupedulikan suara orang-orang di belakang yang heboh dengan kepergianku. Aku tak peduli lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT DI HUTAN PARALEL [TAMAT]
FantasyLani dan pacarnya sedang berjalan-jalan ke hutan guna membuat konten. Seharusnya perjalanan ini aman-aman saja, karena warga sekitar sini juga sudah berulang kali bolak-balik hutan desa dengan berbagai tujuan dan baik-baik saja. Sayangnya, apa yang...