51. Maaf

15.5K 1.2K 66
                                    

Rehan berjalan gontai melewati koridor-koridor kelas. Dia sengaja datang sepagi ini untuk bertemu dengan sepupunya yang tak lain adalah Hesti.

Sedari tadi pria dengan penampilan urakan tersebut menunggu Hesti di depan kelasnya. Namun, gadis yang di tunggunya tak kunjung datang hingga sekarang.

Apakah Hesti tidak sekolah? Bahkan sepuluh menit meninggalkan tempat tersebut, Rehan langsung bertanya dengan teman sekelas Hesti, 'Apakah gadis itu sudah datang atau belum.'

Menyesal. Kata itu sangat pantas untuk Rehan saat ini. Dia sangat menyesal karena sudah membela Chaca hingga membuatnya membenci sepupunya sendiri. Seharusnya dia selalu ada di samping Hesti, menemani gadis tersebut yang sedang terluka atau bersedih. Seharusnya dia ada di samping Hesti saat gadis tersebut kesepian. Namun apa? Bahkan dia selalu mengeluarkan kata-kata pedas untuk Hesti, bahkan tak segan-segan dia bermain fisik dengan sepupunya tersebut. Seharusnya dia bisa menggantikan Abang Hesti yang sedang di luar Negri. Seharusnya dia bisa menjaga Hesti dan membuat gadis tersebut tersenyum. Namun, itu semua hanya sebatas angan-angan. Karena nyatanya, Rehan sudah melanggar semua janjinya dengan Abang Hesti dan janji dengan dirinya sendiri.

Bahkan Rehan sangat membenci dirinya yang sangat mudah dibodohi. Mengapa dia bisa percaya dengan mudah terhadap Chaca?

Rehan benci, sangat benci dengan wanita tersebut. Bahkan disaat kedua orang tua Hesti bercerai, disaat Hesti sakit, disaat Hesti kesepian, disaat Hesti menangis, disaat Hesti terluka, dia tidak ada disamping gadis yang dulu selalu mencari perhatiannya itu. Dia hanya terfokus pada satu orang, yaitu Chaca. Belum genap sebulan Chaca kenal dengan geng Dyrox, bahkan Rehan langsung menyukai wanita tersebut dan meninggalkan Hesti tanpa tau perasaannya bagaimana.

Bodoh! Rehan saat ini hanya ingin minta maaf pada Hesti dan mengulang semuanya dari awal. Rehan ingin meminta satu kesempatan lagi pada sepupunya tersebut, dan dia janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan Hesti. Tapi, apakah Hesti masih ingin memberikan pria brengsek seperti dia ini kesempatan?

Gadis yang dulu sangat berarti di hidupnya setelah ibunya, gadis yang dulu sudah dianggapnya seperti adik kandung sendiri, namun dengan teganya dia malah menyia-nyiakan bahkan membenci gadis seperti Hesti.

Rehan menghembuskan nafas kasar saat Hesti tak kunjung datang hingga sekarang. Bahkan lima menit lagi bel masuk akan berbunyi namun gadis tersebut sepertinya tidak sekolah. Apalagi sedari tadi anggota inti geng Meteor menyindirnya dan hanya dibalas tatapan tajam olehnya. Dia sedang tidak ingin bertengkar dengan anggota inti geng Meteor. Lagipula jika dia meladeni mereka, yang ada malah akan di sindir habis-habisan hingga membuatnya naik darah.

"Nungguin Hesti ya? Kenapa? Udah sadar kalau selama ini salah?"

"Bego di pelihara, kan jadi gini endingnya, nyesel. Haha."

"Dulu yang sering ngejahatin sepupunya sendiri apa kabar?"

"Mental aman?"

"Jalang dibela, sepupu sendiri malah dianggap kayak musuh."

Kurang lebih begitulah sindiran yang dikeluarkan oleh Adit dan Rendi, si mulut lemes. Kedua pria tersebut masih asik menyindir Rehan yang duduk di depan kelas. Sepertinya mereka sangat menikmati wajah memerah Rehan yang menahan amarahnya.

Merasa kesal dengan ucapan kedua pria yang berada di dalam kelas XI MIPA2, Rehan berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan kelas tersebut. Namun langkahnya terhenti saat melihat gadis yang di tunggunya sedari tadi berjalan hendak memasuki kelasnya dengan sebuah earphone yang melilit telinganya.

"Hesti." Panggil Rehan dengan mencekal pergelangan Hesti yang terbalut cardigan berwarna lilac. Mengapa Hesti memakai cardigan? Kemana almamater miliknya? Pikir Rehan.

Dangerous Girl [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang