52. Putus!

16.8K 1.3K 165
                                    

Chaca duduk di bangkunya yang terletak paling belakang. Jika biasanya dia duduk paling depan, kali ini berbeda. Murid-murid yang ada di kelasnya malah mengusirnya dan menyuruhnya jauh-jauh dari mereka. Alhasil wanita yang baru saja terbongkar aibnya tersebut duduk dibangku barisan paling akhir.

Dalam hati, wanita tersebut terus saja mengumpati nama Queen, Hesti, bahkan teman-teman kelasnya yang sedang menyindir dan menggosipinya dengan suara yang sengaja dibesarkan agar terdengar oleh telinga Chaca.

Enggan membalas sindiran mereka, Chaca malah pura-pura sibuk dengan ponselnya dan mengetatkan rahangnya menahan emosi.

"Ehh, itu Rehan." Ucap salah satu teman kelas Chaca dengan menatap ke arah pintu masuk kelas yang nampak pria dengan wajah datarnya.

Chaca tersenyum saat mata Rehan menatap ke arahnya. Namun, bukannya balas tersenyum, Rehan malah menatapnya datar dan sinis.

Chaca menghela nafasnya melihat respon kekasihnya. Apakah masih bisa disebut kekasih? Entahlah, sangat rumit jika masih bisa disebut seperti itu.

Senyum yang tadi luntur kini kembali merekah saat melihat Rehan yang berjalan ke arahnya. Sekarang yang ada dipikiran Chaca adalah Rehan akan duduk disampingnya seperti kemarin. Ia yakin, Rehan tidak akan bisa marah atau bahkan membencinya.

Namun, dalam sekejab pemikirannya tersebut pupus saat ternyata Rehan hanya melewatinya dan duduk di bangku yang berada disebrang bangku miliknya. Apakah Rehan kali ini benar-benar marah padanya? Apakah Rehan sudah membencinya?

Chaca mengepalkan tangannya saat dua nama muncul dikepalanya. Hesti dan Queen. Dua nama yang pasti menjadi dalang dari kejadian ini. Ingat saat Chaca ingin membunuh Queen di rooftop dan malah dia yang terkena imbasnya? Saat itu Chaca mulai yakin semua ini berhubungan dengan Queen.

"Dasar jalang!" Desis Chaca dengan memegang tangannya yang masih keseleo akibat tendangan Queen saat di rooftop sekolah pagi tadi.

Chaca memijat sebentar tangannya agar tidak ada yang curiga, wanita tersebut lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri Rehan yang sedang memainkan ponselnya dengan earphone di kedua telinganya.

"Rey?" Panggil Chaca dengan menatap lekat wajah Rehan. Apakah Rehan benar-benar mendengar musik atau hanya ingin menyuruh Chaca menjauh? Pemikiran tersebut yang keluar pertama kali diotak Chaca saat Rehan tak kunjung menjawab panggilannya.

Biasanya, Dulu Rehan selalu mengobrol tentang apapun pada Chaca, baik yang penting atau tidak penting. Biasanya, saat Chaca mendekati Rehan dan Rehan sedang sibuk sekalipun, dia pasti akan ada waktu mengobrol dengan Chaca. Biasanya, sekecil apapun Chaca memanggil Rehan, pria tersebut pasti langsung menengok dan tersenyum kearahnya. Namun, itu hanya biasanya. Kebiasaan lama yang mungkin sekarang sudah tidak berlaku lagi.

Apakah seperti ini perasaan Hesti saat itu? Ada namun tidak dianggap.

"Rehan?!" Panggil Chaca sekali lagi dengan menepuk pundak Rehan.

Rehan mengangkat kepalanya dari ponsel saat merasakan tepukan dibahunya. Pria dengan earphone yang terpasang ditelinga tersebut menatap dingin ke arah Chaca dan mengangkat alisnya tanda bertanya 'apa?'

"Kamu marah sama aku?" Tanya Chaca dengan wajah polos dan mata berkaca-kaca.

Rehan berdecak kesal saat menatap wajah Chaca. Untuk sekarang dia tidak akan luluh dengan wanita ini. Dia yakin itu. Dia sangat kecewa dengan wanita yang ada dihadapannya saat ini.

Setelah semuanya terbongkar, dan wanita ini masih memasang wajah seperti itu dihadapannya? Dan dengan bodohnya malah Chaca bertanya seperti itu? Heyy! Pacar mana yang tidak marah saat tau gadisnya malah selingkuh darinya?

Dangerous Girl [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang