54. Cutter

9.5K 764 38
                                    

Hesti berjalan melewati koridor-koridor kelas dengan sebotol minuman aqua ditangannya. Setelah tadi dia mengatakan pada Queen akan menemui sahabatnya tersebut di taman belakang sekolah sebab dia ingin membicarakan sesuatu. Karena jika di kelas, dia tidak bisa berbicara pada Queen tentang hal serius. Sebab murid-murid di kelasnya pada kepo dan berisik. Apalagi Rendi dan Adit, kedua pria anggota Geng Meteor tersebut sangat berisik dan kepo dengan apa yang dibicarakan Hesti pada Queen.

Gadis dengan cardigan berwarna lilac tersebut bersenandung kecil dan memutar-mutar botol aqua yang sudah tersisa setengah tersebut. Sesekali dia tersenyum membalas sapaan murid-murid SMA Merpati. Sekarang dia berjanji akan memperbaiki nama baiknya agar disukai banyak orang, dan tidak di cemoohkan lagi, apalagi ditatap dengan rendahan.

"Mau kemana lo? Ikut dongg. Gue kan baik mau ngawal lo sampe tujuan." Ucap seorang pria yang dengan tiba-tiba memberhentikan langkah Hesti.

Gadis tersebut lalu memutar bola matanya malas sambil membuka tutup botol aqua yang sedari tadi dipegangnya, dan mulai ditegaknya hingga sisa sedikit. Kembali menutup botol aqua tadi, Hesti lalu mengipas wajahnya dengan tangan sebelah kirinya yang tidak memegang botol.

"Panas banget sih! Lo datang gue tiba-tiba panas. Jangan-jangan lo bawa jin ya? Sana jauh-jauh dari gue. Mana lo bau asem lagi, bau keringet tau ga?!" Balas Hesti dengan mundur selangkah menjauhi pria yang berdiri dihadapannya.

Pria dengan rambut acak-acakan dan baju yang sudah tidak rapih tersebut mengangkat tangannya dan mulai mencium aroma tubuhnya, ingin memastikan apa yang dikatakan gadis didepannya  tersebut benar atau tidak.

Dia lalu menggelengkan kepalanya dan menatap jahil gadis dengan cardigan berwarna lilac yang sedang menutup hidungnya menggunakan jari telunjuk dan jempol kirinya.

"Gak bau kok, apa lo mau nge-bau-in gue? Sini-sini!"

Mendengar ucapan pria yang ada dihadapannya, Hesti dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berlari menjauhi pria dengan seragam acak-acakan tersebut.

"Rendi jorok!" Teriak Hesti dengan masih berlari menuju ke arah taman belakang sekolah dan berharap Rendi tidak mengejarnya.

Hesti berhenti berlari saat sudah sampai ditaman, gadis tersebut merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena ia lari tadi.

Sedikit menetralkan nafasnya, gadis tersebut mulai berjalan dengan santai memasuki area taman. Namun, bukannya melihat sang sahabat, Hesti malah melihat seorang siswi yang sedang menangis duduk dibangku yang disediakan taman tersebut.

"Hey!" Panggil Hesti dengan berjalan pelan-pelan kearah siswi tersebut. Sebenarnya dia takut jika saja itu bukan manusia. Bagaimana jika itu hantu penunggu taman ini? Apalagi tadi Hesti memanggil, siswi tersebut tidak menjawab. Dia malah terus menangis hingga membuat Hesti merinding.

"Lo kenapa?" Tanya Hesti setelah sampai dihadapan siswi tersebut.

Dengan gerakan pelan, siswi yang menangis tadi mengangkat kepalanya dan menatap gadis yang ada dihadapannya dengan wajah terkejut, namun sedetik kemudian, wajah tersebut berubah menjadi memerah dengan mata yang berkilat marah.

Bukan hanya siswi tersebut, Hesti juga terkejut melihat siswi yang menangis dihadapannya. Gadis dengan botol aqua yang masih dipegangnya tersebut mundur selangkah dan menatap siswi yang ada dihadapannya dengan mata yang tidak berkedip sama sekali.

"Ngapain lo kesini anjing?! Ngapain lo nanyain penyebab gue nangis?! Ngapain lo sok peduli sama gue?! Semuanya karena lo! Semuanya hancur karena lo pembawa sial! Lo menghancurkan kehidupan gue! Lo gak pernah ngerasain jadi gue, dan dengan mudahnya lo malah merusak semuanya! Coba aja lo jadi gue, apa lo masih mau bertahan hidup?!" Teriak siswi dengan mata sembab dan rambut yang acakan tersebut pada Hesti.

Hesti terkejut saat mendengar teriakan perempuan dihadapannya. Namun, sebisa mungkin dia menetralkan ekspresinya agar tetap santai dan biasa saja.

"Semuanya bukan karena gue Cha, semuanya ulah lo sendiri. Coba dari awal lo gak melakukan ini semua, pasti endingnya gak akan seperti ini kan? Gue gak akan jahat sama lo, kalau lo sendiri gak jahat sama gue. Memang gue gak merasakan jadi diri lo. Tapi, sesulit apapun hidup gue, gue gak akan mungkin melakukan seperti yang lo lakukan. Bukan cuma hidup gue doang yang rusak, tapi gue juga dapat dosa kalau melakukan seperti yang lo lakukan. Lagi pula, banyak orang yang masih bisa hidup tanpa melakukan hal seperti yang lo lakukan bukan? Banyak caranya, mereka menggunakan otak mereka untuk bertahan hidup. Makanya lo dikasih otak sama tuhan." Ucap Hesti dengan nada terkesan santai, tanpa emosi sedikit pun.

"Dan lo nanya kenapa gue nanyain lo nangis? Ya karena gue penasaran aja siapa yang nangis ditempat begian. Lagi pula gue gak peduli sama lo. Kalau gue tau itu lo, gak mungkin gue mau nanyain hal begituan sama lo. Gue kesini juga bukan karena lo, tapi karena gue ada janji sama sahabat gue." Lanjutnya dengan berdiri disamping pohon yang berada tak jauh dari bangku tempat Chaca duduk.

Siswi yang menangis tadi, atau lebih tepatnya Chaca,  berdiri dari duduknya dan berjalan dengan perlahan kearah Hesti yang sibuk dengan kuku-kukunya.

"Gue benci sama lo Hesti! Lo pembawa sial!"

Plak!

Satu tamparan mendarat dipipi sebelah kanan Hesti. Hesti yang masih terkejut memegangi pipinya yang terasa kebas. Mengapa wanita didepannya ini menamparnya? Bukankah ini semua bukan salahnya? Apakah Chaca sudah kehabisan akal? Atau memang dia gila?

Tak sampai disitu, Chaca langsung merampas botol yang ada ditangan Hesti dan menyiram airnya dari atas kepala Hesti. Walaupun airnya sisa sedikit, namun mampu membuat Hesti basah terkena air siraman tersebut.

Hesti yang masih mencerna keadaan hanya bisa terdiam dan menatap tidak percaya kearah Chaca. Baru kali ini dia melihat Chaca bermain fisik. Tapi apa sebabnya? Apakah wanita ini benar-benar mengira Hesti dalang dari video tersebut? Jika begitu, mana buktinya? Atau Chaca tersinggung dengan ucapannya? Tapi, bukankah yang diucapkannya itu benar?

Chaca lalu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah cutter berwarna merah dari saku kemejanya tersebut hingga membuat Hesti tersadar dan berjalan mundur secara perlahan menghindari Chaca yang sudah mulai gila.

Hesti menggigit bibirnya saat Chaca malah maju mengikuti langkah kaki Hesti dengan tersenyum bak seorang psikopat sambil memegang sebuah cutter ditangannya.

"Lo mati sebuah kebahagiaan buat gue!" Ucap Chaca dengan tertawa diakhir kalimatnya saat melihat Hesti yang tidak bisa mundur lagi karena punggung Hesti menabrak pohon besar.

"Lo gak bisa kemana-mana lagi kan? Kayaknya emang udah waktunya lo ketemu sama tuhan."

Hesti menggelengkan kepalanya dengan air mata yang sudah mengalir dikedua pipinya. Saat ini harapannya ada yang datang dan menolongnya dengan segera. Hesti belum ingin mati saat ini. "Cha, gue mohon gak usah gila. Lo mau apa? Lo mau Rehan kan? Ambil aja, gak apa-apa. Tapi jangan sakiti dia. Lo mau geng Dyrox? Silahkan kembali ke mereka gak apa-apa. Tapi jangan bikin mereka kecewa lagi. Gue mohon Cha jangan gila. Nanti yang ada lo malah menyesal dengan apa yang lo lakukan. Istighfar Cha!" Ucap Hesti dengan bibir yang bergetar.

"Gue gak butuh mereka lagi! Gue maunya lo mati!" Balas Chaca dengan mengangkat cutter tersebut dan mengarahkannya pada Hesti yang sudah terduduk ditanah.

Tuk!

"Awshh!"

***

Tbc





Hai guys! Gimana kabarnya? Gimana sama part yang ini? Gantung yaa??

Guys, jadi aku niatnya pengen bikin grup DG di WA. Ada yang mau ikutan gak? Kalau ada yang mau ikutan, kalian DM aja yaa di IG aku. Jangan lupa follow juga. Soalnya kalau kalian comment disini, aku jarang baca, karena notifnya banyak banget....

Makasih buat pembaca setia akuu<3

Love you banyak-banyak<3

Jangan lupa tinggalkan jejak><

Spam next yukk<3

Thanks for reading<3

Follow ig @ridaoktavia21





Salam

Rida2106

Dangerous Girl [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang