Sailing to the End of the Rainbow ⭐

16 2 0
                                    

Lulu mulai lelah menatap pintu yang tak berdecit sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lulu mulai lelah menatap pintu yang tak berdecit sedikit pun. Di luar dingin, hujan lebat membasahi dedaunan dan rumput-rumput kesukaan Lulu. Angin juga semakin menambah keinginan Lulu untuk bisa masuk ke dalam rumah.

Sesekali dia berteriak, memanggil keluarganya yang ada di dalam. Namun, tak ada sambutan yang membuat Lulu bisa masuk ke dalam.
Pintu terkunci rapat, tirai di jendela tampak menutupi pinggiran jendela dengan sangat rapi. Dari dalam juga hening.

Lulu si kucing sulit percaya kalau pintu itu sama sekali tak mau terbuka untuknya. Entah apa yang sedang terjadi?

Dengan berat hati, di saat hujan mulai sedikit mereda. Lulu pergi meninggalkan teras, berjalan di atas trotoar.
Berharap bisa bertemu ujung pelangi, seperti kata Satya.

Satya adalah saudara Lulu yang paling bijaksana. Manusia terbaik yang pernah Lulu jumpai.

***

Lulu kembali melewati jalan di depan taman, di sudut taman ada gorong-gorong kecil, tempat pertemuannya dengan Satya beberapa bulan lalu. Saat itu Satya membawanya pulang ke rumah.

Lulu kembali bingung dengan keadaan sepi di rumahnya. Tadi pagi memang ada mobil berwarna putih dengan arsiran merah melaju cepat melewati tempat biasanya Lulu nongkrong.
Anehnya, saat pulang, dia malah mendapati rumahnya kosong tak berpenghuni. Kan aneh?

***

Lulu diam, mencoba berpikir. Kemudian teringat sesuatu.

Satya kan pernah berkata bahwa dia akan ada di ujung pelang jika suatu saat nanti Lulu kehilangan Satya.

Lulu mengangguk, dengan penuh percaya diri, Lulu berusaha menelusuri jejak Satya sehabis hujan. Berharap berhasil menemukan ujung pelangi.

Lulu lelah, semenjak tinggal di rumah Satya bobot tubuhnya bertambah. Jadi, Lulu mudah kelelahan, bulu putih keabu-abuannya pun juga tampak semakin sehat. Lulu suka itu, hanya saja perutnya terlalu besar untuk melangkah lagi.

Sekarang Lulu berdiri di pinggiran saluran air depan kompleks rumahnya. Tempat dia berdiri ini sebenarnya hanya berjarak beberapa meter dari rumah. Lulu terhenti karena dari langit, pasukan air masih berdatangan.

Tak lama kemudian, Lulu pun bertemu Pak Anjing dan anaknya. Pak Anjing yang kasihan melihat Lulu tampak lembab, mengajak Lulu untuk berteduh dulu. Mereka pun kemudian berteduh di bawah pohon beringin.

***


Pak Anjing bercerita kepada Lulu, kalau tadi pagi dia melihat Satya berada di mobil berwarna putih. Mobil itu mengeluarkan suara yang sangat menggelikan.

Lulu heran, kenapa Satya harus naik mobil putih? Sedangkan naik sepeda saja dia tidak bisa.

Pak Anjing juga tidak paham dan menyarankan untuk naik perahu buatannya, lalu menyusul Satya saja.

Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang