Memori Sang Ka(y)u

111 12 9
                                    

Memori Sang Ka(y)u

Nurwahidah Bi.

#Challenge #TimKamis

***

Dari kejauhan, pintu itu tampak tak kokoh. Papan di sekitarnya pun seperti ingin tiduran di rerumputan. Sesekali angin yang menyentuhnya, menciptakan bunyi seram.

Gagang pintunya kini kupegang. Aroma besi berkarat mulai menggelitik hidung, bulu halus dalam hidung nampaknya kewalahan dengan bau besi bercampur bau aneh dari balik sela papan yang koyak.

Perlahan gagang pintu kudorong ke dalam. Pintu berwarna hijau lumut ini, mengeluarkan suara menjerit, sepertinya tak berharap bila kubuka lebih lebar. Tapi, rasa penasaranku tak termaafkan lagi. Ingin rasanya masuk ke dalam dan melihat tempat ini lagi.

Lantai berlapis tanah kehitaman menyambut, serat-serat tipis dari sang penyewa rumah menempel di langit-langit ruangan. Kulebarkan pandangan, lalu menyingkap sarang laba-laba dengan tangan kiri, berharap dapat sedikit menghirup napas dari sesaknya ruang tak berlampu ini.

"Masih sama." Aku menatap cahaya redup dari sang rembulan yang menyapa di sela-sela ventilasi.

Ponselku kini mengeluarkan sinar putih yang tak begitu terang, sorot flashlight terarahkan pada lemari tua di sudut ruang sebesar 3x4 meter ini.

"Sepertinya dia memang tak pernah datang lagi?" gumamku berjalan perlahan.

Tenggg...

Tak sengaja aku menendang sesuatu. Sebuah kaleng susu terbalik duduk manis di lantai, penuh debu dan kotor. Kaleng susu yang sama, seperti waktu itu. waktu saat aku membuat sebuah surat masa depan di tempat ini.

Ini kedatanganku yang pertama setelah 10 tahun yang lalu. Rasanya tempat ini memang berubah. Tak ada kertas poster yang menghias di sepanjang dinding kayu ini. Tampak sama namun berbeda. Mungkin karena 'dia' yang tak pernah datang.

Lemari tua berwarna abu-abu monyet, mengalihkan pandanganku. Pintunya kini sudah kubuka. Di bagian bawah lemari, penutup besi yang sama berkaratnya menatapku ragu. Atau aku yang menatapnya ragu.

Takkk!

Pintu besi bagian bawah kini terbuka, kotak kayu berukir namaku dan namanya terbaring di sini selama 10 tahun. Beruntung aku datang lebih awal, dua hari lagi tempat ini akan digusur. Jika tidak, aku takkan bertemu dengannya lagi.

****

Selengkapnya di
Episode Perjumpaan Hati

Penulis: Nurwahidah Bi
ISBN: 978-602-443-263-8
Penerbit: Guepedia Publisher
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 128 halaman
Harga: Rp 60.000

 
Sinopsis:

Berisi kumpulan 25 cerita, tentang proses pertemuan maupun perpisahan dalam sebuah hubungan. Setiap bab pendek, membahas tentang keluarga, cinta dan persahabatan, semua memiliki alur dan episode tersendiri dalam kehidupan para tokoh.

Dibuka oleh Kaldun yang sedang membuat Babe dan Emak kebingungan. Cerpen Bintang Langit Selatan menjadi tempat bagi Jun untuk mengutarakan isi hatinya secara puitis. Dilanjutkan dengan kisah Adit dalam memertemukan Rana dengan seseorang.

Cerpen Episode Perjumpaan Hati terpilih menjadi judul buku ini. Lira menyesali keputusannya memilih sang suami, karena orang lain yang harus dikorbankan. Juga kenangan pahit seperti apa yang bangkit saat Callisa melewati sebuah tempat dalam What this Place?

Bertemu lah dengan kisah manis lainnya, ada remahan cerita yang memiliki alur serta gaya yang ringan. Setiap hidup memiliki Episode Perjumpaan Hati, takkan ada perpisahan tanpa adanya perjumpaan, Semua Butuh Proses.

Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang