Nurwahidah Bi
Genre: Family
***
Sosok tua itu terlihat renta, berjalan perlahan bak menghitung langkahnya sendiri. Seorang perempuan muda yang duduk di sebuah kafe menatapnya kasihan, tampak nenek itu melewatinya di sisi luar jendela. Wajah si nenek mengingatkannya pada seseorang yang sangat dicintainya. Ia bergegas keluar dan menghampiri nenek tersebut, membantu nenek berjalan dan membawa tas yang tampak berat.
Perempuan itu memutuskan pulang ke rumahnya, ada rasa aneh mengganjal di hati yang terasa sulit untuk dijabarkan. Dia menyetel tv untuk menghilangkan kepenatan usai bekerja, diperhatikannya tv itu dengan serius. Sesaat kemudian, ia menitikkan air mata saat menonton tayangan tentang seorang anak yang mencari sang ayah. Deringan handphone memnyadarkan dari keterharuan yang dirasakan.
"Kak aku ke rumah kakak ya," ucap suara di balik telepon terdengar menangis.
"Loh kenapa? Suami kamu marahin kamu lagi ya?" Perempuan itu panik, namun hanya ada tangisan sepanjang komunikasi mereka, "Ya sudah kakak tungguin kamu ya ...," lanjutnya menutup telepon.
***
Riana, menunggu adiknya di ruang tamu. Tak lama kemuadian, Tiara adik perempuannya datang dalam kondisi yang terlihat frustasi bersama anak yang baru berusia 9 bulan. Melihat kondisi adiknya yang tak siap bercerita, Riana membiarkan dia tenang dengan meninggalkan Tiara sendiri bersama anaknya di kamar tamu.
Pagi ini Riana bersiap bekerja, ketika turun dari kamar dia telah disuguhkan dengan makanan sederhana di atas meja makan.
"Tiara, kamu yang masak ya?" tanya Riana menghampiri Tiara di dapur.
"Iya ... aku lihat semalam dapur kakak kering sekali. Aku jadi kepikiran kalau semalam kakak itu makan malam atau nggak," jawabnya terlihat baik baik saja, Riana menatapnya dengan saksama.
"Danar tidur?" tanya Riana dengan hadiah anggukan ringan dari Tiara, yang sibuk menaruh sepiring telur dadar di meja. "Ya sudah, karena kamu sudah di sini nanti kamu aja yang belanja buat keperluan kita. Aku harus kerja, ada rapat penting nanti. Tapi malam ini pasti aku bakal makan malam di rumah, jadi kamu yang masak." Ungkap Riana mengambil makanan yang disajikan Tiara.
"Iya kak!! Oh ya belum ada kabar dari Dani ya?"
"Sudah, katanya minggu depan mau balik ke Indonesia!" ujar Riana ringan, sembari memasukkan sesendok nasi ke mulutnya. "Oh ya, nanti sepulang kerja aku mau mampir ke tempat ibu. Kamu mau ke sana nggak?" lanjutnya menatap Tiara. Namun tak ada reaksi yang menandakan bahwa ia tak berniat ikut dengan kakaknya.
***
Pulang kerja Riana mampir ke sebuah tempat, dia melihat sosok perempuan berusia 50 tahunan sedang bercanda gurau dengan kumpulan ibu-ibu seusianya. Bahkan beberapa di antaranya tampak amat tua. Riana pun menghampiri perempuan tua itu dan menyapan ringan.
"Assalamualaikum."
****
Selengkapnya di
Episode Perjumpaan HatiPenulis: Nurwahidah Bi
ISBN: 978-602-443-263-8
Penerbit: Guepedia Publisher
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 128 halaman
Harga: Rp 60.000
Sinopsis:Berisi kumpulan 25 cerita, tentang proses pertemuan maupun perpisahan dalam sebuah hubungan. Setiap bab pendek, membahas tentang keluarga, cinta dan persahabatan, semua memiliki alur dan episode tersendiri dalam kehidupan para tokoh.
Dibuka oleh Kaldun yang sedang membuat Babe dan Emak kebingungan. Cerpen Bintang Langit Selatan menjadi tempat bagi Jun untuk mengutarakan isi hatinya secara puitis. Dilanjutkan dengan kisah Adit dalam memertemukan Rana dengan seseorang.
Cerpen Episode Perjumpaan Hati terpilih menjadi judul buku ini. Lira menyesali keputusannya memilih sang suami, karena orang lain yang harus dikorbankan. Juga kenangan pahit seperti apa yang bangkit saat Callisa melewati sebuah tempat dalam What this Place?
Bertemu lah dengan kisah manis lainnya, ada remahan cerita yang memiliki alur serta gaya yang ringan. Setiap hidup memiliki Episode Perjumpaan Hati, takkan ada perpisahan tanpa adanya perjumpaan, Semua Butuh Proses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)
Cerita Pendek(Beberapa judul cerpen sudah terbit, silakan baca yang bertanda bintang ya...) Kumpulan Cerpen karya Nurwahidah Bi. Dalam dunia cerpen Author sudah mulai menulis sejak duduk di bangku kelas 4 sd. Namun, mulai berkembang dan lebih serius menulis cerp...