Hitam dan Putih ⭐

39 4 0
                                    

Judul: Hitam dan PutihGenre: Dongeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul: Hitam dan Putih
Genre: Dongeng

Semua warna sedang berkumpul di pelataran mimpi. Semuanya sedang sibuk memuji diri sendiri, tentang siapa warna tercantik di muka bumi.

Si Merah memulai kebanggannya sambil berkata, "Aku ada di setiap nadi makhluk-makhluk berdarah merah. Aku lambang keberanian!"
Kuning menyambar, "Jika tak ada warna kuning, kau tidak akan bisa memakan buah yang matang."

"Ah, tidak seberapa itu! Aku adalah wajah teduh bumi. Warna hijauku pertanda bumi sehat dan aku sangat menyegarkan."

Semua pun berteriak, sahut-sahutan membanggakan kelebihan masing-masing.

Putih yang sedari tadi duduk, hanya tersenyum melihat para warna. Ia merasa perdebatan ini tidak perlu. Seperti biasa, Putih selalu tenang.

Si hitam dari kejauhan berlari kencang.
"Maaf aku terlambat!" serunya.

"Terlambat lagi? Dasar anak nakal!" Nila dan Jingga berseru kesal.

"Apa yang sedang kalian ributkan?" Hitam bertanya.

"Hmm, tentang siapa warna tercantik di bumi...," jawab putih yang sedari tadi diam.

"Oh, tentu saja, itu aku!" Hitam segera membanggakan dirinya.

"Anak nakal sepertimu, tidak cantik!" seru Merah angkuh.

"Jangan begitu, Merah! Hitam adalah warna, dia sama seperti kita." Biru menengahi.

"Hahaha, aku juga tidak ingin bersama kalian wahai warna yang sombong. Aku lebih memilih bersama si Putih yang pendiam!" Hitam menggandeng Putih. Putih pun meliriknya tajam.

"Cobalah berteman dengan mereka, Hitam," ucap Putih.

"Hah, kau ini sama saja." Hitam mengumpati Putih. Si Biru pun kesal dan menarik Putih ke sisinya.

"Hey, lihat! Hujan ternyata sudah reda!" Kuning berteriak.

"Kami akan segera turun!" ucap Merah sombong.

"Lihat, kau itu tidak ada apa-apanya dibandingkan pelangi seperti kami!" Ungu menertawai Hitam.

"Memang tidak berguna!" celetuk Kuning.

"Siapa bilang Hitam tidak berguna?" Putih tampak marah.

"Dia memang tidak berguna. Lihat? Apa yang bisa dilakukan anak nakal itu! Selalu terlambat, dan sering menghilang," jawab Hijau.

"Aku selalu bersama Hitam, saat malam tiba. Dia menutupi langit biru dengan hitamnya yang indah. Membuat warna-warna seperti aku, kuning dan semuanya berkerlap-kerlip di langit." Putih tampak jengkel.

"Hanya itu saja? Kami pun melakukannya!" Merah masih tidak terima.

"Coba tanya Biru, apakah dia akan tetap biru saat langit didatangi awan gelap?"

"Tidak. Aku akan tertutupi oleh warnamu dan hitam," jawab Biru menggeleng.

"Lihat, aku dan Hitam mungkin tidak bertugas sebagai pelangi, seperti kalian. Tapi, aku dan hitam lah yang membuat awan hingga hujan turun dan petir atau pelangi bisa muncul." Putih menerangkan, seolah kehilangan kesabarannya.

"Aku setuju!" Biru tersenyum.

Para warna saling menatap ragu. Hitam si anak nakal tak benar-benar gelap dan suram. Ada hal yang bermanfaat terselip dalam dirinya. Sedangkan, si Putih yang menurut para warna sangat baik, bisa juga bersikap tegas dan keras hanya untuk membela warna lain.

"Aku tidak yakin." Ungu tiba-tiba bersuara keras.

"Tidak yakin apa?" Hitam berteriak.

"Kau selalu terlambat!" lanjut Ungu. "Dan itu menyebalkan!"

"Itu karena aku tertidur saat menjaga langit malam!" jawab Hitam kesal.

"Hah, kita pergi saja duluan! Sepertinya tidak akan ada pelangi hari ini," ungkap Putih mengajak biru.

"Aku ikut!" Kuning dan Jingga mengejar Putih dan Biru. Meninggalkan para warna yang terus berdebat.

Langit cerah itu sangat panas dengan sinaran terik sang mentari. Langit biru halus, dengan beberapa gumpalan putih awan bertebaran di sudut pandangan manusia.

Mengawali hari yang indah, setelah hujan mengguyur siang itu, kemudian langit lengang tanpa pelangi membentang.

Hmm, para warna sedang merajuk, makanya tak ada pelangi.

***

Gtlo-08-April-2020

Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang