Nurwahidah Bi
Genre: Romance
***
Aku menunggu selama beberapa menit hingga sosok yang ditunggu datang, dia menyapa dengan gaya bicaranya yang sangat lucu. Kami baru saja memutuskan untuk ta'arufan, kedua orang tua pun sudah cukup dekat. Aku datang untuk mengantar dompet kakaknya yang tertinggal di rumah kemarin saat prosesi lamaran, setelah bertemu dengannya dia memaksa untuk mengantarkan pulang ke rumah, sekalian mau membesuk cincin yang kami pesan 2 hari lalu.
Dalam perjalanan, kami mampir sebentar di restoran langganan untuk mengganjal perut dan menantikan Adzan Ashar bersama. Setelah Salat, seperti biasa aku meminta untuk cepat pulang. Namun, untuk pertama kalinya dia menolak permintaan ini.
"Kamu kenapa sih? Selalu saja pulang ke rumah sebelum jam 5 sore?" ucapnya terdengar kesal.
"Kenapa? Aneh ya? Kalau kakak benar-benar penasaran, Nana mau bilang kok apa alasannya!" ucapku berniat jujur.
"Pasti alasannya, maklum anak perempuan! Iya kan?" selanya.
"Bisa juga sih!" ujarku menunduk, "Itu ... sebenarnya saya punya gejala rabun kak! Rabun senja!"
"Terus apa hubungannya?"
"Sudah beberapa bulan ini papa melarang Nana untuk keluar di waktu sore atau lebih tepatnya pergi keluar rumah setelah pukul lima sore. Papa khawatir kalau tiba-tiba Nana kehilangan penglihatan saat lagi berada di luar rumah," ungkapku melanjutkan.
"Lalu?"
"Iya, Nana pernah salah pakai sandal jepit waktu pulang dari masjid. Lebih parahnya lagi Nana pernah menggandeng tangan tetangga, karena Nana pikir itu papa!" ceritaku panjang lebar. Mendengarnya, kak Ghani hanya diam tak membalas, dia mengantarkanku pulang tanpa bertanya apa-apa lagi. Aku sedikit bingung melihat reaksinya yang tak menunjukkan apapun selain diam.
***
Teet ... Teet ....
Kami semua dikagetkan dengan bunyi klakson mobil berkali-kali, aku keluar untuk melihatnya. Kak Ghani muncul dari dalam mobil membawa sebuket mawar putih. Tak lupa dia menyapa ayahku sebelum mengantarkan ke kampus. Ini sedikit aneh, kak Ghani bukan orang yang romantis. Selama enam bulan mengenalnya, dia tidak pernah membawakan bunga.
Saat di perjalanan, kami berhenti sejenak di tepi jalan, entah untuk apa kak Ghani melakukannya? Tapi sepertinya ada hal penting yang ingin ditanyakan. Tanpa basa-basi kak Ghani menanyakan sudah berapa lama aku mengalami masalah penglihatan, dengan ringan aku menjawab itu terjadi dua tahun yang lalu.
****
(Cerpen ini pernah terbit di tamanfiksi.com)*****
Selengkapnya di
Episode Perjumpaan HatiPenulis: Nurwahidah Bi
ISBN: 978-602-443-263-8
Penerbit: Guepedia Publisher
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 128 halaman
Harga: Rp 60.000Sinopsis:
Berisi kumpulan 25 cerita, tentang proses pertemuan maupun perpisahan dalam sebuah hubungan. Setiap bab pendek, membahas tentang keluarga, cinta dan persahabatan, semua memiliki alur dan episode tersendiri dalam kehidupan para tokoh.
Dibuka oleh Kaldun yang sedang membuat Babe dan Emak kebingungan. Cerpen Bintang Langit Selatan menjadi tempat bagi Jun untuk mengutarakan isi hatinya secara puitis. Dilanjutkan dengan kisah Adit dalam memertemukan Rana dengan seseorang.
Cerpen Episode Perjumpaan Hati terpilih menjadi judul buku ini. Lira menyesali keputusannya memilih sang suami, karena orang lain yang harus dikorbankan. Juga kenangan pahit seperti apa yang bangkit saat Callisa melewati sebuah tempat dalam What this Place?
Bertemu lah dengan kisah manis lainnya, ada remahan cerita yang memiliki alur serta gaya yang ringan. Setiap hidup memiliki Episode Perjumpaan Hati, takkan ada perpisahan tanpa adanya perjumpaan, Semua Butuh Proses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)
Historia Corta(Beberapa judul cerpen sudah terbit, silakan baca yang bertanda bintang ya...) Kumpulan Cerpen karya Nurwahidah Bi. Dalam dunia cerpen Author sudah mulai menulis sejak duduk di bangku kelas 4 sd. Namun, mulai berkembang dan lebih serius menulis cerp...