Nurwahidah Bi
Genre: Islamic Friendship (???)
***
Sepuluh bulan lalu aku lulus dari sma, karena uang adalah barang yang langka di rumah kami, jadi memutuskan untuk tidak kuliah adalah cara yang tepat. Bagiku uang itu seperti debu, yang hanya mampir saja di lantai rumah. Yang masuk saat ada angin dan hilang ketika disapu, uang yang didapatkan hari ini, akan pergi hari ini juga.
Keuangan kami tidak terlalu bagus, yah ... sebut saja begitu. Usiaku yang menginjak 19 tahun hanya bisa dipakai untuk membantu ibu sebagai buruh cuci.
***
Hari ini aku pergi menemui seorang teman, Sabrina namanya. Dia setahun lebih tua, tapi kami sangat akrab. Aku datang bertemu untuk menceritakan semua keluh kesah padanya, apa yang kurasakan ini tak bisa lagi ditanggung sendirian saja.
"Kamu harus menginap di sini ya!" tawar Sabrina memaksa, aku hanya setuju saja dengan permintaannya.
***
Saat malam tiba, untuk pertama kalinya aku melihat rambutnya. Sabrina adalah sosok panutanku, meskipun tidak berhijab sejak kecil. Dia sangat menyukai pakaian yang sopan, itulah yang membuatnya berhijab setahun setelah dia menstruasi. Berbeda denganku, baru setahun ini belajar berhijab. Hijabku pun belum syar'i bahkan pakaian belum sempurna. Tapi, aku belajar dari Sabrina bahwa semua yang hidup atau mati butuh proses.
Sebenarnya keuangan keluarga hanya cukup untuk makan, kami membeli pakaian setahun sekali saja, itu pun jika uang pendapatan orang tuaku lebih dari cukup. Hal ini yang menjadi beban dan cobaan terbesar dalam hijrahku, membuat hijab dan baju sebagai barang yang terlanjur mewah yang sedang aku mimpikan.
Berbeda dengan Sabrina, dia berasal dari keluarga yang islami, yang juga mendapatkan titipan rezeki yang banyak dari Allah. Tapi, mereka tak royal. Meskipun ayahnya hanya seorang pegawai swasta, tapi mereka tetap berkecukupan.
***
Pagi ini, aku dan Sabrina tidak salat subuh. Maklum perempuan-perempuan ini sedang mendapatkan cuti, yang membuat sepanjang subuh kami habiskan dengan curhat-curhatan saja.
"Aku nggak tahu lagi harus bilang apa ke Bapak, Sab! Bapak itu, seolah-olah menolak aku berhijab! Aku tidak tahu apa jalan pikirannya," ceritaku sedih.
"Kamu yang sabar, coba saja kalau kamu kerja. Kamu nggak akan minta uang buat beli pakaian panjang dan jilbab kan!"
"Terus aku harus kerja apa? Aku tidak punya skill, aku tidak bisa apa-apa Sab!" jawabku tak percaya diri.
"Masa sih kamu tidak bisa apa-apa? Kamu kan biasa bantu ibu kamu!"
"Jadi buruh cuci maksud kamu?" pertanyaanku membuatnya mengangguk, "Tidak, aku tidak mau!" tegasku.
****
Selengkapnya di
Episode Perjumpaan HatiPenulis: Nurwahidah Bi
ISBN: 978-602-443-263-8
Penerbit: Guepedia Publisher
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 128 halaman
Harga: Rp 60.000Sinopsis:
Berisi kumpulan 25 cerita, tentang proses pertemuan maupun perpisahan dalam sebuah hubungan. Setiap bab pendek, membahas tentang keluarga, cinta dan persahabatan, semua memiliki alur dan episode tersendiri dalam kehidupan para tokoh.
Dibuka oleh Kaldun yang sedang membuat Babe dan Emak kebingungan. Cerpen Bintang Langit Selatan menjadi tempat bagi Jun untuk mengutarakan isi hatinya secara puitis. Dilanjutkan dengan kisah Adit dalam memertemukan Rana dengan seseorang.
Cerpen Episode Perjumpaan Hati terpilih menjadi judul buku ini. Lira menyesali keputusannya memilih sang suami, karena orang lain yang harus dikorbankan. Juga kenangan pahit seperti apa yang bangkit saat Callisa melewati sebuah tempat dalam What this Place?
Bertemu lah dengan kisah manis lainnya, ada remahan cerita yang memiliki alur serta gaya yang ringan. Setiap hidup memiliki Episode Perjumpaan Hati, takkan ada perpisahan tanpa adanya perjumpaan, Semua Butuh Proses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)
Historia Corta(Beberapa judul cerpen sudah terbit, silakan baca yang bertanda bintang ya...) Kumpulan Cerpen karya Nurwahidah Bi. Dalam dunia cerpen Author sudah mulai menulis sejak duduk di bangku kelas 4 sd. Namun, mulai berkembang dan lebih serius menulis cerp...