Nurwahidah Bi
Genre: Fantasy
***
Laki-laki berwajah pucat itu terus menatap lilin yang berpendar cantik, dia masih sangat mengingat malam saat pertama kali bertemu dengan seorang gadis. Dia benar-benar tak bisa memalingkan wajah dari gadis muda itu, wajah kecil dan senyum ceri-nya sangat memikat. Rambut yang tergerai manis menambah kedamaian saat dia melihatnya. Walaupun perjumpaan itu tak se-romantis pasangan lainnya, namun itu tetaplah saat ter indah yang tak ingin dilupakannya.
Elisabeth, gadis cantik yang kini terbaring lemah di hadapannya. Sudah seminggu dia tak bergerak, tubuh kecilnya membiru, wajah cantik itu ditumbuhi urat-urat kasar yang menyiratkan betapa tersiksanya dirinya.
"Apa dia belum sadar?" tanya seorang pria sekurus tongkat datang menghampirinya.
"Belum!" jawab pria itu tak bergairah.
"Kenapa kau menyiksanya seperti ini Mark? Tidakkah kau merasa dia sangat tersiksa?" ucap pria kurus itu menyentuh rambut Elisabeth.
"Aku tak ingin kehilangannya, tidak mungkin bisa!" gumamnya lemas menatap Elisabeth yang tak berdaya.
"Tapi lihat dia! Dia seperti mayat hidup," lanjut pria itu seolah mendengarnya.
"Jangan ikut campur Fhilis, ini urusanku!" ujarnya dengan nada mengusir, tanpa berbasa-basi Fhilis meninggalkan Mark yang masih menatap Elisabeth. Mark menggenggam tangan dingin Elisabeth dan mengembalikan ingatannya pada saat itu, saat pertema Elisabeth bertemu dirinya.
---
Pertarungan para Vampir dan Penyihir sudah berlangsung selama beberapa minggu, para penyihir memburu vampir untuk mengambil darah dan taringnya. Manusia dibuat ketar-ketir dengan perkelahian mereka, para vampir menyamar menjadi manusia agar tak tertangkap kaum penyihir.
Di sudut jalan yang sepi, tanah yang basah oleh hujan yang baru reda, membuat gadis itu sangat berhati-hati. Dia baru saja kembali dari rumah pamannya dan memutuskan untuk pulang seorang diri. Suara langkah kaki terus saja mengikutinya, hingga dia terhenti dan berbalik. Ia terkejut saat melihat sosok berjubah hitam yang menghampiri.
"Siapa kau?" tanya gadis itu memeluk tas.
"Darah kotor!" serunya mendekat.
"Apa?" bingungnya tak mengerti.
"Kau, punya sesuatu yang aku inginkan!" lanjut orang itu menarik lengannya.
"Apa maksudmu? Kau penyihir?" ucapnya bertanya-tanya.
"Kau!" ucapnya memegang erat tangan si gadis hingga memerah, tak lupa dia memantrainya hingga gads itu mulai terasa tak bertulang.
"Berhenti!" teriak suara dari balik semak-semak, membuat pria penyihir itu berhenti dan membantingkan tubuh perempuan itu ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)
Short Story(Beberapa judul cerpen sudah terbit, silakan baca yang bertanda bintang ya...) Kumpulan Cerpen karya Nurwahidah Bi. Dalam dunia cerpen Author sudah mulai menulis sejak duduk di bangku kelas 4 sd. Namun, mulai berkembang dan lebih serius menulis cerp...