15

328 61 20
                                    

Sedaritadi netra Abhimanyu terus melihat pada anak-anak berseragam merah putih yang berlarian menghampiri orang tua mereka masing-masing. Sunggingan senyum pun ia tunjukkan kala samar-samar mendengar mereka berhasil menyelesaikan ujian akhir semester lebih dulu sebelum bel berbunyi.

"Om Abhi!!" Satu suara mengalihkan pandangannya, senyum di wajahnya lantas semakin lebar melihat anak berseragam serupa tengah berlari menghampiri.

Tubuhnya yang bersandar pada badan mobil sontak menjauh dan sedikit turun kala menyambut pelukan sang anak belia. Abhimanyu tertawa kecil mengusak belakang kepala Pandu. "Seneng banget nih kayaknya."

Pandu melepas pelukannya. "Pasti dong, Om! Aku 'kan udah selesai ujian."

"Susah nggak ujiannya?"

"Enggak. Malemnya 'kan aku udah belajar sama ibu sama Om Abhi, jadi aku inget semuanya."

Ini memang sudah menjadi kebiasaan, eksistensi dari anak belia yang menjadi orang nomor dua yang ia sayangi setelah Lembayung itu selalu membuat senyum semringah Abhimanyu tak dapat luntur dengan mudah. Tetapi orang ini sudah jelas menjadi orang nomor satu pembuat senyum Abhimanyu itu mendadak luntur, ialah Erlang.

Pria itu tiba-tiba datang menyapa Pandu yang langsung disambut riang oleh anak itu. Tangannya menggelantung erat pada leher sang ayah seraya melontarkan kalimat rindu, membuat Abhimanyu sedikit iri.

"Liat, Ayah bawa sesuatu buat kamu," ucap Erlang.

"Apa?!" Pandu terlihat sangat bersemangat.

"Taraaa!" Tangan Erlang yang memegang bungkus plastik berisi mobil mainan remot kontrol di belakang punggung itu ia alihkan ke hadapan Pandu.

Pandu jelas semakin tersenyum lebar melihat mainan yang ia dambakan kini berada di dekapannya. Ujian telah selesai, dirinya yang dijemput oleh Abhimanyu, serta Erlang yang datang membawa mainan membuat perasaan senang di dalam hati Pandu hendak meledak.

Erlang tersenyum hangat melihat wajah putranya yang dipenuhi kebahagiaan itu, ia lantas mengusap surai Pandu lembut. "Itu hadiah karena kamu udah belajar giat."

"Makasih ya, Ayah!"

"Sama-sama, sayang," balas Erlang. "Ya udah, Ayah pergi dulu, ya."

"Yaah ... kok langsung pergi?" tanya Pandu memelas.

"Ayah masih ada kerjaan tapi lain waktu kita main dari pagi sampai malem, gimana?"

Pandu mengangguk-angguk semangat. "Mau! Janji ya, Yah?"

"Janji," ucap Erlang penuh sayang.

Erlang kemudian menegakkan tubuh seraya melirik pada Abhimanyu yang masih setia memperhatikan Pandu. "Gue duluan."

Tentu saja Abhimanyu tak akan menjawabnya seperti yang sudah-sudah, ia memilih abai, malas sekali jika harus berbicara dengan pria yang menjadi musuhnya selama ini. Setelah melambai pada Pandu dan meninggalkan keduanya, Pandu mengangkat mobil mainan itu pada Abhimanyu.

"Om Abhi, liat, bagus banget, 'kan?"

Abhimanyu tersenyum tak ikhlas lantas senyumnya kembali pudar, bola matanya tertuju pada kertas kecil pada badan mobil. Ia menunduk sedikit, alisnya bertaut kala berulang kali membaca angka yang tertera di sana.

1.000.000,00,-

Abhimanyu menoleh ke belakang melihat Erlang tengah memakai helm sebelum pergi.

"Om Abhi ngeliatin apa?" tanya Pandu.

Abhimanyu sontak keluar dari pikirannya yang sibuk bertanya-tanya, ia mengerjap-ngerjap kemudian menggeleng. "Bukan apa-apa, kok. Mobilnya bagus, kamu suka?"

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang