9

312 72 3
                                    

Lembayung berkali-kali berdecak, berdesis, berdesah gelisah, berkali-kali pula membuka pintu kamar Pandu yang tengah terlelap atau mendekati pintu masuk yang entah apa tujuannya, ia sendiri tak tahu.

Usai Abhimanyu pergi tanpa memberitahu ke mana malam tadi, Lembayung tak dapat berdiam diri dengan tenang. Netranya terus-menerus bergulir dan jatuh pada jam dinding, mengamati tiap pergerakan jarum jam yang terkadang menurutnya begitu lamban atau terlalu cepat hingga kini sudah menunjukkan pukul empat dini hari.

Ia pun menjatuhkan pandangan pada kunci mobil yang tergeletak di atas meja. "Abhi pergi kemana, ya? Malah dia nggak bawa mobil lagi."

Setelah bermonolog demikian, ia tersentak kala pintu digebrak dengan tak sabar. Lembayung berlari membuka pintu kemudian kembali terkejut lantaran tubuh tinggi nan terasa berat bagai menumpukkan seluruh gravitasi langsung terjatuh dalam dekapannya.

"Ab—" Ucapannya terpotong sebab bau tak mengenakkan menyeruak paksa penciumannya. "Abhi, bangun."

Seseorang yang sudah dinantikan kedatangannya dan kini tengah dipanggil-panggil oleh Lembayung tak merespon dengan benar selain bergumam-gumam tak jelas.

"Abhi, udah minum berapa banyak?"

"Eh, Lepasin!" Abhimanyu mendadak berseru seraya mendorong Lembayung. "Enggak usah ... peduliin gue!"

Abhimanyu memandang Lembayung dengan matanya yang seakan sudah berat hendak memejam, jari telunjuknya pun terangkat. "Awas ... nanti kalau ... terlalu peduli bisa ... bisa jatuh cinta lho hahaha."

Lembayung mengernyit tak suka, baik itu oleh keadaan Abhimanyu yang amat kacau hingga tubuhnya terhuyung-huyung tak tentu arah atau baik oleh ucapannya. Perempuan itu bergerak mendekat, mengalungkan tangan Abhimanyu di lehernya.

"Gue bilang ... NGGAK USAH PEDULIIN GUE!!" Abhimanyu menangkis tangannya kasar, membuatnya terhuyung jatuh bersimpuh akibat kehilangan keseimbangan.

Melihat Abhimanyu yang hampir tak sadarkan diri membuat Lembayung merasa iba. "Abhi—"

"Lepas!"

"Abhimanyu, dengerin gue!!"

Abhimanyu tak memberontak lagi usai Lembayung meneriaki. Wajahnya kini ditangkup penuh oleh kedua tangan Lembayung yang menatapnya cemas, sementara Abhimanyu memandangi si perempuan sayup kemudian tanpa aba-aba, dirinya memeluk Lembayung dengan erat.

"Bayung ... aku sayang banget sama kamu. Aku ... nggak mau ninggalin kamu."

Sebagaimana Lembayung tak tau berapa banyak gelas yang telah diteguk oleh Abhimanyu, ia pun tak tahu apakah ucapan yang baru saja terlontar itu sungguh karena Abhimanyu masih memiliki kesadaran atau tidak.

Lantas dengan susah payah Lembayung membuat Abhimanyu berdiri dan terseok-seok membawanya menuju kamar, membaringkannya di atas kasur kemudian melepas kedua sepatu si lelaki sebelum menyelimutinya.

Lembayung kembali mengamati wajah Abhimanyu yang sudah terlelap. Bohong jika Lembayung bilang jantungnya tak berdegup kencang oleh perkataan Abhimanyu beberapa detik lalu, meski kembali ia merasa tak tahu apakah Abhimanyu masih sadar tatkala berkata demikian.

•••

Saat sinar mentari menembus masuk melalui jendela, Lembayung tengah menata semangkuk sup, sepiring apel potong, dan gelas air mineral pada nampan sebelum berjalan menuju kamar Abhimanyu.

Lembayung menatap pintu itu ragu, bisa saja di dalam sana Abhimanyu sudah bangun dan akan mengusirnya. Tangannya beralih mengetuk pintu, masa bodoh jika nantinya akan diusir, yang penting ia ingin mengetahui bagaimana keadaan Abhimanyu usai dilanda efek alkohol.

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang