Epilog

943 61 3
                                    

10 Tahun kemudian.


Tahun demi tahun berjalan sebagaimana mestinya. Suka, duka, dan perkara tak pernah luput dari kehidupan rumah tangga Abhimanyu dan Lembayung, pun pekerjaan masing-masing masih menjadi satu-satunya tumpuan untuk menafkahi kebutuhan hidup. Ucapan si Pandu beberapa tahun silam telah dikabulkan Tuhan, Lembayung menjadi amat bahagia setelah menikahi Abhimanyu dan setiap harinya perempuan itu tak pernah terlewat untuk mengucap syukur sebab hidupnya kini jauh lebih sejahtera.

Dini hari tepat pukul tiga, pria berkaus putih duduk sendirian di ruang tengah sembari melihat-lihat berita terkini melalui artikel ternama. Sudah sejak tadi ia terduduk di sana, berganti-ganti posisi demi mengurangi pegal sebab menunggu seseorang pulang. Lantas kala pintu rumah diketuk, Abhimanyu berjalan gesit membuka pintu dan senyumnya langsung tergambar begitu melihat presensi perempuan yang dicinta.

Kontras dengan Abhimanyu, Lembayung dengan balutan kemeja putih serta rok hitam bahan selutut yang baru pulang dari pengadilan mengembuskan napasnya berat pertanda dirinya hampir tumbang. Abhimanyu mengambil inisiatif untuk membawa tas serta blazer hitam milik Lembayung, sementara sang perempuan berjalan menuju dapur mengambil minum.

Ketika Lembayung telah meneguk hampir segelas air, Abhimanyu memeluknya dari belakang dan seketika membuatnya nyaman. Hanya pelukan sederhana tetapi dibalik itu, Abhimanyu ingin menghalau rasa letih yang dirasakan istrinya.

"Gimana tadi di pengadilan?" Abhimanyu berbicara setengah berbisik tepat di samping telinga Lembayung.

"Hectic banget! Habis membela, aku langsung lanjut ngurus kasus selanjutnya makanya sampe pulang malem gini," jawab Lembayung seraya menyentuh tangan Abhimanyu di depan perutnya. "Maaf, kamu jadi harus begadang. Padahal nggak apa-apa kalau kamu tidur duluan."

"Nggak perlu minta maaf, sayang. Lagian gimana aku bisa tidur kalau kamu lagi sibuk-sibuknya kerja sampe malem gini."


(Di bawah ini hingga batas berikutnya adalah area untuk umur 18+, berhati-hati bagi kamu yang masih di bawah umur. Tolong bijak dalam membaca.)


Lembayung tersenyum kecil ketika Abhimanyu mencium ceruk lehernya usai berucap demikian. Abhimanyu lantas membalikkan tubuh Lembayung agar menghadapnya, menarik pinggang sang perempuan demi mengikis jarak yang membentang. Lembayung menatap kedua manik Abhimanyu lekat, bibirnya pun tersenyum mengikuti senyuman yang Abhimanyu berikan.

"Capek banget keliatannya, biar aku hilangin rasa capeknya," ucap Abhimanyu lalu Lembayung tertawa kecil.

"Gimana caranya?"

Abhimanyu tersenyum jahil alih-alih menjawab pertanyaan tersebut kemudian tangannya mengelus pipi Lembayung, menjalarkan kehangatan melalui setiap inci kulit dan tatapan teduhnya yang menelisik ke dalam mata.

Perlahan tapi pasti beranjak ke belakang pada bagian tengkuk, diusapnya pelan hingga buat tubuh Lembayung seketika menegang. Jantung Lembayung pun bekerja dua kali lipat dari sewajarnya saat manik Abhimanyu beralih turun pada bibirnya, tubuhnya kian memaku tak bergerak bagai dibelenggu, bahkan untuk menelan salivanya sendiri saja terasa sulit.

Seperti dengan apa yang telah Lembayung duga-duga sebelumnya, Abhimanyu memajukan kepala dan menciumnya, menahan bibir di atas miliknya beberapa saat sebelum kepala suaminya kembali menjauh.

Masih dengan senyum jahilnya Abhimanyu berkata, "Kayak gitu caranya."

Lembayung spontan terkikik kecil, suhu panas terasa memenuhi kedua pipi dan perutnya bagai digelitik ratusan kupu-kupu. Keduanya tertawa kecil bersamaan kemudian Lembayung mengangguk bagai beri izin sang suami untuk melanjutkan aksi sebelumnya. Kedua tangan Abhimanyu kembali menarik pinggang Lembayung sementara sang perempuan mengalungkan tangannya pada leher Abhimanyu, menarik satu sama lain untuk kian mendekat di tengah pertukaran afeksi yang kembali terjadi.

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang