21

285 52 6
                                    

Satu minggu telah berlalu, Abhimanyu sedang mengambil masa istirahat usai memenuhi jam terbangnya. Berbanding terbalik dengan Lembayung yang sibuk mondar-mandir Pengadilan, Kantor polisi, dan Rumah.

Hari ini Pandu meminta Abhimanyu untuk membawanya pergi menonton bioskop sebab film Spiderman yang terbaru telah dirilis. Kalau dibilang, ini mungkin bisa jadi hari bahagia Pandu lantaran anak belia itu mendapat kanvas melukis baru dari Lembayung, memiliki banyak waktu bersama Abhimanyu, menonton film yang telah ia nanti-nantikan, serta akan makan ayam kesukaannya sebagai menu terakhir yang ia makan hari ini.

Anak belia itu keluar dari bioskop dengan semringah dan antusiasnya bagai tak hilang meski telah rampung menonton film. Mereka akan pergi menuju kedai ayam langganan, setelah sampai Abhimanyu langsung mendudukannya pada salah satu meja dan mulai memesan tetapi alis Abhimanyu tiba-tiba bertaut kala mendapat panggilan masuk dari Erlang. Matanya berotasi malas sebelum menjawabnya.

"Mau apa lo?"

"Nggak usah emosi dulu kali. Gue cuma mau ngomong hal penting sama lo."

"Ya udah, cepet ngomong."

"Gue nggak bisa ngomong di telepon, kita ketemu aja."

Abhimanyu mengembuskan napasnya muak. "Di telepon aja, gue males berhadapan sama lo."

Terdengar Erlang tertawa remeh dari sebrang sana. "Bilang aja lo takut ketemu gue."

"Gue nggak pernah takut sama lo," geram Abhimanyu. "Sekarang lo ada di mana? Biar gue yang ke sana."

"Fine, gue ada di restoran deket mall yang baru aja lo kunjungin."

Abhimanyu menutup sambungan telepon sepihak lantas menoleh pada Pandu yang sibuk menulis di atas buku catatan yang ia bawa. "Pandu."

"Iya, Om Abhi?" tanyanya seraya mengangkat kepala.

"Om Abhi tinggal sebentar, ya? Soalnya ada urusan yang harus Om Abhi selesaiin."

Kepala Pandu terangguk-angguk. "Iya. Om Abhi selesaiin aja dulu urusannya, biar aku tunggu di sini."

"Tapi kamu jangan ke mana-mana. Jangan pergi sampai Om Abhi balik ke sini, kalau ada gerak-gerik orang yang mencurigakan langsung teriak aja, oke?"

"Oke!" ucap Pandu mantap mengacungkan ibu jarinya.

"Anak pinter." Abhimanyu mengusak surai Pandu sebelum berbalik arah meninggalkan anak itu.

Pandu masih belum melepas pandangannya pada punggung Abhimanyu yang kian menjauh, tetapi akhirnya ia melirik pada rangkaian kejadian hari ini yang ia tulis pada buku catatan untuk dikenang. Ia beralih menulis kembali untuk menambahkan cerita baru, yakni tatkala Abhimanyu beranjak pergi meninggalkannya sebab ada urusan.

Abhimanyu memilih berjalan kaki menuju restoran yang Erlang maksud lantaran jaraknya sangat dekat. Abhimanyu benar-benar tak habis pikir, untuk apa pula Erlang mengikutinya hingga tahu ia baru saja keluar dari mall yang dimaksud.

Begitu sampai, Abhimanyu memindai sekitar dan menemukan Erlang duduk di bagian luar restoran. Kedua kaki yang mengenakan jins biru dan sneaker hitam putih itu berjalan tergesa-gesa menghampiri Erlang.

"Duduk," ucap Erlang usai melihat Abhimanyu. Lelaki itu segera menurutinya. "Mau pesen apa?"

"Langsung ngomong aja," balasnya ketus.

Erlang beralih menyeringai lantas menegakkan punggung dan berpangku tangan di atas meja. "Seberani itu?"

Abhimanyu mengernyit heran.

"Seberani itu lo mau nikahin Bayung tanpa restu dari orang tua?"

"Lo tau dari mana?"

"Menurut lo? Ya, dari Bayung sendiri, lah."

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang