24

289 48 2
                                    

"Siapa yang melaporkan saya?!"

"Aku."

Abhimanyu kontan menoleh pada Lembayung. Perempuan itu mengambil secarik kertas lusuh dari dalam tas sebelum bangkit dan menghampiri Abhimanyu.

"Bayung?! Kamu yang laporin aku ke polisi? Tapi kenapa?!"

"Atas tuduhan kelalaian dalam berkendara hingga menyebabkan hilangnya nyawa!" tegas Lembayung.

"Lalai?" Abhimanyu membelalak. "Itu murni kecelakaan dan bukan karena aku lalai."

Lembayung masih tak membuat ekspresi apapun di wajahnya. "Ke mana kamu sebelum pulang sama Pandu?"

"Aku pergi sebentar ke restoran lain."

"Pesen makanan apa di sana?"

"Aku cuma pesen air putih."

"Air putih?" Lembayung mengulangnya dengan tegas. "Kamu nggak akan sampai mabuk kalau cuma minum air putih!"

"Mabuk apa? Aku nggak mabuk!"

"Oh iya?" Lembayung bertanya bagai menantang lalu ia tunjukkan kertas lusuh itu di hadapan Abhimanyu. "Kamu pasti tau ini, 'kan? Ini catatan yang Pandu tulis waktu kamu pergi sama dia, dia tulis semua yang dia liat di sini."

Iya, Abhimanyu ingat Pandu memang selalu berkutat dengan buku catatan yang ia bawa kemarin, tetapi tak tahu bahwa anak itu tengah mencatat semua kejadian ke dalamnya.

"Di sini Pandu nulis, aku nyium bau aneh dari Om Abhi, baunya nggak ilang walaupun AC mobil udah nyala. Aku nggak tau kenapa tapi Om Abhi ngomongnya nggak jelas, ngelantur, bahkan Om Abhi sampai nggak ngenalin mobilnya sendiri. Om Abhi juga pegangin kepala terus dan jalannya nggak seimbang."

Abhimanyu sukses dibuat bergeming. Tak ada yang salah dari tulisan Pandu di sana, ia memang merasakan kepalanya amat pusing dan soal salah mengenali mobilnya sendiri itu juga benar, ia ingat dengan kejadian itu, tetapi ia yakin dirinya tidak lah mabuk.

"Kalau bukan karena mabuk terus kenapa?!!" Lembayung meninggikan suara sembari melempar kertas tersebut di hadapan Abhimanyu.

"Kamu bilang mau jauhin minuman, 'kan? Mana?!!" Lembayung berhenti mengambil napas. "Ini sebabnya aku nggak suka kalau kamu minum, kamu nggak bisa kendaliin diri sendiri DAN AKHIRNYA ANAK AKU JADI KORBAN!!!"

Selia beranjak menghampiri Lembayung yang kembali menangis di tengah-tengah kemarahannya. "Bayung, sabar."

"Nggak bisa, Sel! Gara-gara dia, anak gue yang nggak tau apa-apa jadi pergi selama-lamanya!"

"Yung, tenang. Pandu baru aja dimakamin, kasian kalau dia sampe liat ini."

"Bayung, emang aku yang bawa mobilnya tapi itu bener-bener kecelakaan dan bukan karena aku lalai," jelas Abhimanyu. "I swear to God, aku sama sekali nggak minum alkohol semalam."

"Punya bukti?!" pertanyaan singkat Lembayung membuat Abhimanyu menganga. "Punya nggak bukti kalau kamu emang nggak minum?"

"Ini bukan meja sidang di mana aku harus punya bukti, sekarang kamu harus percaya sama omongan aku. Aku nggak lalai—"

"Lalai! Kamu lalai, Abhi!! Pertama, kamu ngendarain mobil sambil mabuk dan kedua, kamu udah ninggalin anak sembilan tahun sendirian di kedai makan. Kamu nggak mikir anak itu masih kecil dan kamu tinggalin gitu aja?!

"Aku kasih Pandu ke kamu itu buat dijagain, bukan ditinggal sendirian kayak gitu apalagi sampai dihilangin nyawanya!!"

"Mbak, udah." Jibran menengahi. "Nggak baik ribut-ribut di depan makam Pandu."

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang