"Siapa?" Walau Lembayung sudah tahu siapa nama yang akan keluar dari bibir Jibran, ia tetap bertanya.
Jikalau Jibran menyebutkan nama Erlang, maka Lembayung tak akan gentar sebab ia sudah mempersiapkan pembelaan untuk Erlang atas tuduhan palsu yang akan dilayangkan.
"Dia adalah Kirana."
Akibat terkejut bukan main, Lembayung langsung melotot. Ia lantas beralih pada Kirana yang tengah membulatkan bola matanya pula, gadis itu menggeleng-geleng pada Lembayung bagai menepis tuduhan itu. Erlang dan Selia yang duduk di sebelahnya tak berbicara apapun selain menatap Jibran dan Kirana bergantian penuh kebingungan.
Dengan percaya diri, Jibran berjalan menuju meja dan mengambil plastik ziplock berisi flashdisk lalu menyerahkannya untuk ditunjukkan isinya kepada para Hakim.
"Yang Mulia, di flashdisk itu ada dua video rekaman CCTV. Yang pertama adalah di restoran, tempat di mana Abhimanyu telah dituduh minum alkohol." Jibran menjelaskan. "Di sana ada pelayan pria yang hendak membawa pesanan Abhimanyu, tapi dihentikan oleh seorang perempuan. Anda juga bisa melihat perempuan itu mengganti teko yang berisi air mineral dengan teko baru yang jelas berisi alkohol, lalu dia memberikan sejumlah uang pada si pelayan."
"Dan saksi yang saya bawa ini adalah pelayan tersebut," lanjutnya lantas menoleh pada pemuda yang sudah berdiri di sebelah kursi Abhimanyu. "Mas, tolong jawab dengan jujur, apa perempuan yang duduk di sana itu adalah perempuan yang sudah menukar teko di restoran saat itu?"
Pemuda itu mengangguk. "Iya. Mbak itu nyamperin saya lalu menukar teko air mineral dengan teko lain yang saya sendiri nggak tau apa isinya. Dia minta saya untuk tutup mulut dengan cara ngasih saya uang yang banyak."
Kesaksian itu semakin membuat Lembayung mematung. Masih terkejut bahwa tuduhan yang semula Abhimanyu layangkan pada Erlang, kini justru terarah pada Kirana yang sama sekali tak pernah ia duga.
"Saudara Abhimanyu, apa anda tidak mengetahui sedikit pun bahwa air putih yang anda minum adalah alkohol?" Hakim Ketua bertanya.
"Tidak, Yang Mulia. Saya memang gemar minum alkohol, tapi saya hanya minum satu jenis alkohol saja. Saya merasa bahwa alkohol yang saya minum malam itu adalah jenis alkohol berbeda yang belum pernah saya minum, maka dari itu saya tidak menyadarinya," jelas Abhimanyu hati-hati.
Hakim Ketua mengangguk paham lantas berkata, "Baik. Pengacara Jibran, silahkan lanjutkan."
"Sekarang Yang Mulia bisa membuka rekaman kedua adalah di depan kedai ayam, tempat di mana Pandu makan malam dan mobil Abhimanyu diparkirkan. Di sana Kirana juga mencoba untuk mengutak-atik mesin serta bagian bawah mobil Abhimanyu," ujar Jibran.
Kedaan ruang sidang senyap bukan main saat layar besar di sebelah meja Hakim memperlihatkan video rekaman pada sebuah laptop yang dibantu oleh in focus, semua insan di dalam sana seakan menahan napas menyaksikan persidangan yang mulai panas dengan munculnya bukti baru.
Hakim Ketua menggulirkan matanya pada Kirana seolah mencocokkan rupanya dengan perempuan yang ada di dalam video. "Saudari Kirana, berdasarkan bukti dan saksi yang telah dihadirkan, tolong maju ke depan untuk menggantikan posisi saudara Abhimanyu sebagai tersangka."
Kirana kembali membelalak. Kepalanya beralih menunduk sembari jemarinya sibuk meremat sisi roknya, tetapi tubuh mungilnya itu tetap bergerak memenuhi panggilan Hakim. Belasan pasang mata mengikuti langkah Kirana yang begitu takut-takut.
Lembayung melihatnya tak percaya. Gadis yang ia kira baik dan lugu, sebenarnya adalah dalang dari jebakan ini dan penyebab Pandu meninggal dunia.
"Saudari Kirana," panggil Jibran kala Kirana sudah duduk di kursi. "Sekarang anda tidak bisa lagi mengelak, tolong jelaskan kenapa anda menukar teko dan mengutak-atik mobil Abhimanyu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through with U | Bluesy ✓
General FictionGuratan takdir membuat Lembayung mengalami keterpurukan. Dikucilkan masyarakat, diasingkan keluarga, serta hilang kepercayaan pada orang-orang. Di samping itu, Abhimanyu mati-matian membawa Lembayung keluar dari situasi tersebut. Orang-orang juga be...