Pendosa

1K 72 10
                                    

Kinn dan Porsche dua pemuda yang lahir, tinggal dan besar bersama disebuah desa kecil yang sangat jauh dari hiruk pikuk ibukota. Desa yang hanya berpenduduk 75 jiwa dengan 40 kepala keluarga itu menjadikan peternakan serta pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Warga yang sedikit membuat mereka saling mengenal satu sama lain dan hidup berdampingan secara damai,baik untuk kalangan orang tua ataupun para remaja.

Porsche,anak yatim piatu sejak umur 15 tahun yang ditinggal mati oleh ayahnya terlebih dahulu kemudian menyusul ibunya 2 tahun kemudian dikarenakan sakit. Memiliki peternakan kecil hasil peninggalan orang tuanya,yang terus dikelolanya sebagai penyambung hidup. Sedangkan Kinn hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang tidak mau menikah lagi meski sudah 20 tahun ditinggal mati sang istri. Keluarga Kinn juga memiliki peternakan serta lahan pertanian yang tak begitu besar,namun mampu untuk menghidupi keluarganya.

Kinn dan Porsche bersahabat sejak kecil meski sifat mereka bertolak belakang. Porsche ,pemuda berkulit tan itu memiliki sifat ceria tipikal penggembira di tongkrongan.Berkebalikan dengan Kinn seorang yang dingin dan hanya akan bicara jika itu diperlukan. Banyak dari teman-teman mereka yang mempertanyakan kenapa mereka bisa cocok dengan sifat yang sangat berbeda seperti itu. Dan selalu dibalas gelengan tidak tahu oleh yang bersangkutan.

Seperti biasa,pagi ini Porsche mendatangi rumah Kinn untuk mengajaknya membawa susu perah hasil dari peternakannya ke tengkulak. Ya para penduduk desa membawa hasil pertanian atau peternakan mereka ke tengkulak karena itulah cara yang paling mudah,karena jika harus membawa hasil panen mereka ke kota itu akan memakan waktu yang sangat lama,kurang lebih 6 jam untuk perjalanan pulang pergi. Karena ditahun 1980 seperti sekarang transportasi sulit. Hanya ada 1 mobil milik desa yang digunakan untuk kebutuhan mendesak ataupun pergi kekota.

"Pagi paman " sapa Porsche saat melihat Korn,ayah Kinn sedang menikmati sarapan paginya didapur sekaligus ruang makan mereka.

"Ah kau sudah datang,ayo sarapan sekalian " ajak Korn.

Porsche yang sudah sangat terbiasa dengan rumah Kinn,karena sejak kecil ia sudah sering keluar masuk rumah ini,segera duduk didepan Korn dan mengambil dua lembar roti kemudian mengolesinya dengan mentega dan melahapnya begitu saja.

"Kau mau susu atau kopi?" tanya Korn yang sedang menyeduh kopi.

"Tidak perlu paman,aku akan membuatnya sendiri nanti selesai sarapan"

Korn hanya tersenyum mendengarnya,Porsche sudah seperti anak kedua baginya. Melihatnya tumbuh besar bersama anaknya,ditambah Porsche yang yatim piatu membuatnya sungguh memperlakukannya sebagai anaknya sendiri.

"Aku akan kekamar Kinn dulu,dia tidak akan bangun jika belum menerima pukulan sayang dariku " dan Porsche beranjak menuju kamar Kinn dilantai dua.

Tanpa mengetuk pintu Porsche langsung saja menerobos masuk dan menemukan gumpalan tertutup selimut diatas ranjang. Porsche mendekat dan langsung saja menampar bagian atas gumpalan selimut dengan keras.

"Porsche ! " tegur sebuah suara diikuti dengan tersingkapnya selimut dan wajah Kinn muncul dengan rengutan didahi. "Bisakah kau ganti cara membangunkanku,bisa-bisa aku menjadi bodoh jika setiap hari menerima pukulan dikepala " dan dengan malas Kinn mengubah posisinya menjadi bersandar dikepala ranjang.

"Karena kau takkan bangun jika dengan cara biasa " kata Porsche sembari menggigit selembar roti yang belum sempat ia habiskan dibawah tadi.

Kinn menarik lengan Porsche untuk mendekat dan menggigit lembaran roti yang sama. Saling bertatapan,tanpa kata keduanya saling menggigit roti dikedua sisi masing-masing hingga akhirnya selembar roti itu telah habis menyisakan bibir keduanya yang saling melumat menggantikan posisi roti yang sebelumnya.

KinnPorscheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang