KAU

548 49 20
                                    

Porsche uring-uringan diatas tempat tidur. Kamarnya sudah tidak jauh berbeda dengan kandang babi,hanya yang membedakan tidak ada lumpur dan kotoran berserakan dikamarnya. Omelan ibunya hingga dering ponselnya ia abaikan. Ada sesuatu yang lebih penting yang ia pikirkan. Sesuatu yang membuatnya bertingkah layaknya bocah lima tahun yang sedang mengalami tantrum karena keinginannya tidak terpenuhi.

"Arghhh !!! Bagaimana aku meluapkan rasa penasaran ini!!" Porsche berseru frustasi.

Pikirannya kembali pada kejadian satu minggu yang lalu,dengan situasi yang sama persis. Dia yang siang itu tengah uring-uringan karena merasa bosan. Tak ada yang dia kerjakan,sebenarnya jika dia mau,dia bisa mulai mengerjakan skripsinya atau membantu ayahnya mengecek laba atau saham perusahaan atau jika dia memang sebosan itu,menemani ibunya memasak atau berkebun bisa menjadi solusi terakhir.

Tapi tidak,semua itu tidak menarik baginya. Ia menginginkan sesuatu yang menantang yang benar-benar bisa menghilangkan rasa bosannya. Melakukan 'Bungee Jumping' dari lantai kamarnya yang berjarak sepuluh meter sampai lantai dasar?itu tidak menantang. Mengotak atik rangkaian lego milik adiknya?dia pernah melakukannya dan resikonya terlalu besar,tak ada uang saku dan pembekuan kartu kredit dan debit miliknya selama seminggu –karena adik kecilnya sangat pintar dalam mengadu- yang membuatnya harus memalak teman-temannya hanya untuk sekedar jajan.

Ia sudah bosan menatap ponselnya,scroll media sosialnya yang kebanyakan komentar pujian terhadap foto-foto dirinya yang dia unggah. Padahal dirinya yang biasanya  selalu dengan senang hati membalas komentar-komentar itu dan membalas dengan ucapan terima kasih karena telah mendukungnya selama ini.

Ya,Porsche selain sebagai mahasiswa aktif tahun terakhir,dia juga adalah seorang model remaja yang cukup terkenal. Paras yang tampan,kulit tan eksotis,badan berotot yang sesuai porsinya dan juga anak dari seorang pengusaha terkenal. Paket komplit bukan?

Sudah tiga puluh menit ia abaikan ponselnya,meskipun berkali-kali terdengar dering panggilan entah dari siapa karena Porsche malas mengeceknya.

Mendadak pintu kamarnya terbuka dengan keras,sosok sang ibu muncul dengan perempatan imajiner di keningnya. Menatap kesal pada si sulung yang hanya bergelung di kamar seharian. Ibunya memungut sebuah bantal yang tergeletak begitu saja di depan pintu,kemudian melemparnya sekuat tenaga ke arah Porsche.

Gotcha !

Lemparan itu tepat mengenai wajah sang putra. Tentu saja ia sudah memperhitungkan,bahwa sebuah bantal berisi bulu angsa takkan melukai wajah putranya,yang merupakan aset berharga. Namun tetap saja tindakannya berefek buruk,terutama untuk gendang telinganya.

"IIBBUU !!! " Lengkingan Porsche menggema diseluruh penjuru kamar.

Nyonya Kittisawat bertolak pinggang, "Berhenti berteriak Porsche! kau ini sungguh keterlaluan. Berapa kali ibu bilang untuk keluar dari kamarmu dan lakukan apapun kegiatan selain berguling dan melempar seluruh barang yang ada dikamarmu seharian!" Nyonya Kittisawat menghela nafas sejenak untuk kembali berbicara dengan Porsche,kali ini lebih pelan dan halus, "Kau sungguh ahli dalam hal mengeluarkan monster dalam diri ibumu yang lemah lembut ini."

Porsche mencibir.

"Ah,diluar ada Tem dan juga Jom,mereka bilang kau tidak mengangkat teleponmu sejak tadi. Mereka khawatir kemudian kemari untuk melihat keadaanmu." Terang Nyonya Kittisawat.

"Aku malas bu,bilang saja aku tidur."

Sontak perkataan Porsche barusan mendapatkan tatapan penuh ancaman dari ibunya.

"Bagaimana bisa kau mengatakannya setelah mereka kemari karena mengkhawatirkan dirimu,dan juga bagaimana mereka akan percaya perkataan ibu kalau teriakanmu sudah menggema seantero rumah tadi."

KinnPorscheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang