"Tolong pasien selanjutnya." Perintah Kinn pada asistennya yang dibalas anggukan.
Sembari menunggu pasien selanjutnya memasuki ruangannya, Kinn melakukan sedikit perenggangan pada badannya yang sudah mulai terasa kaku, dari mulai menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan kemudian memutarnya. Dan saat ia merenggangkan kedua tangannya ke atas sembari menutup mata menikmati betapa nikmatnya mendengar suara 'krek' dari kedua sendi di sikunya, mendadak sebuah siulan dengan nada menggoda muncul dari arah pintu masuk.
Kinn otomatis menurunkan kedua tangannya dan mata hitamnya mencari sang pemilik siulan. Dan kemudian ia bersitatap dengan seorang pemuda yang sangat tampan, jika saja dia tidak menunjukkan ekspresi tengilnya saat ini.
Merapikan jas dokternya dan mencoba kembali bersikap profesional, Kinn mempersilahkan pemuda tersebut, yang Kinn yakini sebagai pasien selanjutnya, untuk duduk.
"Wah wah, sepertinya dokter rajin berolahraga hingga memiliki bentuk tubuh yang wow." Komentarnya saat ia melihat bagaimana bentuk torso di balik kaos turtleneck hitam milik Kinn. "Eh, tentu saja seorang dokter harus selalu menjaga badan karena itu termasuk kesehatan, bukan begitu dokter?" lanjut pemuda tampan tapi tengil di depannya.
Kinn sebenarnya ingin langsung mengusir pria tersebut begitu ia mendengar suara siulan menggoda itu, namun ia menahannya demi profesionalitas. Jadi ia hanya merapikan pakaiannya dan merapatkan jas dokter miliknya, berusaha menutupi area dada ke bawah.
"Jadi tuan-" Kinn melihat data yang di berikan oleh asistennya. "-Porsche Kittisawat. Apa yang anda keluhkan?" tanya Kinn dengan senyum formalitas.
Bukannya menjawab pemuda tampan yang bernama Porsche itu malah menyilangkan kakinya kemudian menopang pipi kirinya dengan tangan yang bertumpu pada ujung meja.
"Bisakah kau menebaknya?" tanyanya usil.
Meski begitu sulit mempertahankan senyumnya saat ini Kinn tetap berusaha. "Maaf saya adalah seorang dokter, bukan seorang cenayang bahkan saya pun ragu jika cenayang pun mampu menebak hanya dari melihat."
Porsche masih mempertahankan posisinya kemudian ia mulai menarik mundur separuh tubuhnya hingga bersandar pada badan kursi. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, Porsche mulai kembali bicara. Kinn harus benar-benar menahan emosinya dengan kurangnya sopan santun pasiennya yang ini.
"Belakangan ini aku merasa tidak bersemangat tubuhku terasa lemas tak bertenaga." Ujar Porsche yang membuat Kinn berkata dalam hati 'akhirnya pembicaraan normal'.
"Sesuai pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan sebelumnya, tekanan darah anda normal." Ujar Kinn dengan mata yang melihat catatan pasien di atas mejanya.
"Apakah hanya tekanan darah saja yang menjadi penyebab tubuhku lemah tak berdaya seperti ini?"
Kinn melirik saat Porsche mengatakan 'lemah tak berdaya', alisnya otomatis terangkat.
"Apa anda memiliki riwayat penyakit pencernaan, seperti magh atau asam lambung?" Kinn bertanya sembari jemarinya mengetik sesuatu di layar komputernya.
"Umh...jika magh aku pernah mengalaminya beberapa kali, tapi asam lambung? Entahlah...aku bahkan tidak tahu bagaimana bentuknya." Porsche menyerukkan bahu, tak acuh. "Ah, saat ini aku merasa tak nyaman di perutku."
Kinn memiringkan kepalanya, bingung. "Saat ini?"
Porsche mengangguk. "Rasanya tidak nyaman,seperti ada sesuatu yang terbang dalam perutku apakah ini yang dirasakan orang-orang saat mereka merasa gugup?"
"Kenapa anda mendadak gugup?" Kinn.
"Tentu saja karena bertemu dengan dokter menawan sepertimu, bagaimana bisa aku tidak gugup."

KAMU SEDANG MEMBACA
KinnPorsche
KurzgeschichtenBerisi kumpulan short story 1000-2000 kata dari KinnPorsche ataupun MileApo. Dengan latar belakang yang berbeda-beda.