Penjara

5.4K 283 89
                                    

Tap....tap...tap....

Langkah kaki beralaskan sepatu terdengar menggema di lorong penjara yang sepi.Porsche satu-satunya penghuni disana tengah dalam posisi menenangkan diri,duduk bersila dengan mata terpejam mengacuhkannya dan tetap dengan kegiatannya.
Paling juga itu adalah si Tawan brengsek yang tidak ada bosannya mengolok dirinya dan merasa sudah menang darinya perihal kepercayaan Kinn.

Huh persetan dengan kata percaya,ia sudah muak.Jadi saat langkah kaki itu mulai mendekat bahkan berhenti didepan selnya,ia tetap tak bergeming. Baru saat sang pemilik langkah bersepatu itu memanggil namanya,kelopak mata itu dengan cepat terangkat dan menampakkan iris hitam yang membola tak percaya. Diikuti gerakan berdiri yang tergesa,namun ia tak langsung berbalik menghadapi pengunjungnya kali ini.Seseorang yang sebenarnya sangat ia harapkan kedatangannya sejak ia berada disini.

Ia mengambil nafas dalam,dan seketika aroma pengap disertai aroma besi berkarat merangsek dalam indra penciumannya. Menghembuskannya dengan perlahan setelah menata ekspresi diwajahnya ia baru berbalik.

Sosok Kinn berdiri dengan tegap dengan kedua tangan berada dalam saku celananya,  menatap Porsche tanpa ekspresi berarti. Dia adalah Kinn yang pertama kali ia temui,dingin dan terlihat tak berbelas kasih.

"Bagaimana keadaanmu?" suara yang keluar bernada datar,seakan ia tak sungguh menayakan keadaannya hanya sekedar basa-basi untuk memulai perbincangan.

Jika Kinn terlihat dari luar berekspresi datar dan tak memiliki emosi,lain halnya dengan Porsche. Seluruh emosi yang ia punya seakan berkumpul menjadi satu saat ini,lega,bahagia,kecewa,marah,sedih. Hingga dadanya terasa sesak karena terlalu penuh dengan berbagai emosi. 

'Bagaimana bisa semua ini kurasakan hanya karena melihat sosoknya berdiri didepanku' batin Porsche tak mengerti. 

Tapi,rasa sakit karena kekecewaan dan amarah lebih mendominasinya saat ini.Jadi...

"Selamat malam tuan Kinn,apa yang anda lakukan disini?" Porsche menundukkan kepalanya ditambah dengan senyuman tipis formalitas.

Alis Kinn sedikit mengkerut melihat tindakan Porsche,ia pikir pemuda itu akan mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukan untuknya kemudian menjelaskan segalanya untuk ia bisa keluar dari tempat ini,untuk membuatnya kembali percaya. Tapi,Porsche terlihat sangat tenang jauh dari bayangan Kinn. 

"Jika kau lupa ini adalah tempatku, milikku. Jadi aku akan pergi kemanapun dirumahku bukankah itu hakku" Porsche meresponnya dengan mengangguk kecil. "Jadi apakah ada yang belum kau jelaskan padaku tentang pengkhianatan ini Porsche?" Kinn menatap tajam Porsche berusaha mengintimidasi,namun ia lupa pria yang coba ia intimidasi adalah pria yang sama yang menolak menjadi bodyguardnya dan lebih memilih untuk menjadi makanan ikan dilaut meski todongan pistol mengarah lurus padanya.

"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Lagipula akan sangat percuma menjelaskan yang sebenarnya,jika didalam otak anda sudah tertanam ketidakpercayaan pada orang lain,bukan begitu tuan Kinn?" Porsche benar-benar menahan segalanya untuk dapat tetap tenang.

"Itu karena tindakanmu sangat mencurigakan dan semua bukti mengarah padamu,dan juga -" Kinn menjeda kalimatnya . "Kau beberapa kali terlihat berbincang akrab dengan Vegas yang jelas-jelas dia dari keluarga minor.Bahkan beberapa saat sebelum kau tertangkap basah memasang alat penyadap dikamar Tawan,kau terlihat berduaan dengan Vegas di kolam renang,bukan begitu?" setiap kata yang keluar dari bibir Kinn penuh penekanan,menandakan ia juga tengah menahan amarahnya saat ini untuk tetap tenang.

Porsche terdiam sesaat sebelum kemudian tertawa sinis. "Bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu,entah dia dari keluarga utama atau minor jika mereka berbicara baik-baik padaku,maka aku akan memperlakukan mereka dengan baik pula. Itu adalah urusan keluarga kalian bukan- "

KinnPorscheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang