Akankah ... (part 2 End)

571 40 8
                                        

. . .

Kinn, Atau sebenarnya kau pun merasakan hal yang sama padaku?


"Mr.Kinn."

Dan panggilan itu mengembalikan kenormalan otak Kinn yang sempat konslet sejenak tadi.

"Sudah hijau." Porsche menunjuk lampu lalu lintas yang telah berubah warna

Kinn segera kembali fokus ke arah jalan. Dan berusaha melupakan pikiran ngawurnya tadi.

"Anda belum menjawab pertanyaan saya Mr.Kinn." kejar Porsche seakan jika pertanyaan tadi tidak dijawab ia tidak akan bisa tidur malam ini.

Kinn tersenyum sebelum berkata, "Iya,kurang lebih sama. Kenapa ada kebetulan yang semacam ini."

"Bagaimana jika ada yang mengambil gambar kita juga saat ini kemudian menyebarkan rumor yang sama,bahwa kita memiliki hubungan romantis. Pasti sekolah akan sangat gempar,bukan begitu-"

"Jangan bicara omong kosong! Itu tidak akan terjadi." Potong Kinn dengan nada ketus.

Bukan bermaksud bersikap kasar pada Porsche,hanya saja. Ia sungguh tidak ingin membayangkannya. Meski ia bisa memberikan pernyataan yang sama seperti kasusnya dengan Angel apabila benar hal itu terjadi. Namun ia membohongi hati kecilnya,dan ia tidak yakin apakah ia mampu melakukannya dengan benar seperti yang lalu.

Porsche membeku untuk sesaat,karena belum pernah sekalipun Kinn menganggapinya dengan nada ketus seperti tadi. "Ah,iya tentu saja." Ucap Porsche lirih.

Suasana menjadi hening dan canggung untuk beberapa saat sebelum Porsche memecah kesunyian.

"Anda bisa menurunkan saya di bengkel setelah perempatan disana Mr.Kinn,mobil saya berada disana." ujar Porsche.

Kinn menimpali, "Apakah mobilmu sudah selesai diperbaiki?bagaimana jika belum?".

Porsche menggeleng, "Seharusnya sudah selesai,itu bukanlah perbaikan yang berat."

Kinn tak lagi menjawab,dalam hati ia bertanya apakah ini karena ucapannya yang dingin tadi? Atau ada hal lainnya. Ia tetap menyimpan pertanyaan itu dalam hatinya. Hingga ia benar-benar menurunkan Porsche di bengkel yang dimaksud. "Kau mau membawa payung? Diluar masih hujan deras."

"Terima kasih atas perhatiannya Mr.Kinn,tapi tidak perlu aku tidak akan sakit hanya karena berlari sepanjang lima meter dibawah hujan." Porsche melepas sabuk pengaman di tubuhnya dan sebelum keluar ia kembali mengucapkan terima kasih pada Kinn.

Dan Kinn hanya bisa melihatnya yang keluar dari dalam mobilnya kemudian berlari masuk kedalam bengkel. Selama perjalanan menuju rumah,Kinn tak pernah berhenti menyesali perkataan dinginnya tadi. Cemas jika Porsche sakit hati karenanya kemudian tidak mau lagi dekat-dekat dengannya lagi. Tapi,bukankah itu bagus. Jika Porsche menjauhinya secara sengaja maka perasaannya takkan berkembang lebih besar lagi dari ini.

Sementara itu sosok yang dicemaskan oleh Kinn tengah mematung di dalam bengkel. Membuat sang pemilik bengkel menghentikan pekerjaannya kemudian menghampiri Porsche.

"Oh Porsche kau datang? Apa ada masalah dengan mobilmu?" sapa pria paruh baya sembari membersihkan telapak tangannya yang kotor pada celemek yang dipakainya.

"Tidak ada paman mobilku baik-baik saja,hanya ... bolehkah aku menunggu sopirku datang menjemput disini?" tanya Porsche kemudian mengeluarkan ponselnya.

"Tentu saja,memang kau baru saja darimana?" tanya pak pemilik.

"Dari sekolah." Jawab Porsche singkat,karena setelahnya ia sudah berbicara di telepon dengan sopirnya.

KinnPorscheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang