🌹 6

173K 3.2K 52
                                    

Happy Reading!

"Akhh akhh tuan pelan akh" Rintih Mawar saat inti tubuhnya digempur dengan gerakan kasar.

Sedang Revan hanya menatap istrinya tenang. Ya. Istri, karena mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Revan sedang menagih haknya sebagai seorang suami.

"Shh Mawar. Kau sangat nikmat." Ucap Revan lalu memegang pinggul istrinya kuat lalu menusuk semakin dalam.

"Arghh ahh" Desah Mawar dengan mata terpejam karena menahan nikmat di tubuhnya. Iya. Mawar akui itu nikmat apalagi milik tuan Revan memang sangat besar dan panjang.

"Berbalik!" Titah Revan lalu tanpa persetujuan Mawar. Tubuhnya sudah ditarik dan didorong memegang kepala ranjang.

"Arghh" Rintih Mawar saat milik tuan Revan kembali memasuki tubuhnya dan langsung bergerak kasar.

Mawar memegang kuat kepala tempat tidur. Ia yakin jika ia lengah sedikit saja maka tubuhnya bisa langsung ambruk menabrak dinding karena kuatnya hujaman yang diberikan tuan Revan pada tubuhnya.

"Akhh tuann_" Mawar merintih saat kini tangannya ditarik lalu dikalungkan di leher tuan Revan.

Revan langsung menusuk kencang. Dengan posisi seperti itu membuat dua gunung kembar milik Mawar yang memang mulai membesar karena kehamilannya terlihat sangat menantang. Kedua benda bulat itu bergerak naik turun seiring hujaman yang Revan berikan.

"Akhh tuann jangann!" Pinta Mawar saat kedua anak kembarnya di remas kuat. Rasanya sangat menyakitkan apalagi tuan Revan tidak hanya meremas tapi juga memukulnya beberapa kali.

Revan menggeram lalu menusuk semakin kencang saat dirasa ia hampir keluar. Sedang tubuh Mawar sudah melemas dan sepenuhnya dipeluk oleh tuan Revan.

"Akhh" Mawar memejamkan matanya merasa tubuhnya kembali hampir meledak dan__

"Arghhhh_"

"Arghhhhhhhh"

Revan dan Mawar mendesah bersamaan beriringan dengan menyatunya dua cairan cinta keduanya di bawah sana.

Setelah beberapa menit. Revan melepas tubuh Mawar yang lemas dari pelukannya lalu menarik miliknya keluar hingga membuat tempat tidur yang mereka gunakan dibanjiri oleh cairan cinta mereka.

"Aku ada rapat dan mungkin tidak akan pulang malam ini." Ucap Revan lalu beranjak menuruni tempat tidur.

Sedang Mawar hanya bisa diam sembari bergerak pelan mencari posisi tidur di tempat yang tidak basah.

Revan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri lalu keluar dengan handuk sebatas paha.

"Mawar." Panggil Revan membuat Mawar membuka matanya. Sebenarnya ia hampir tidur.

Revan menatap istrinya. "Jangan tidur seperti itu! Kau akan menyakiti anakku." Tegur Revan membuat Mawar segera memperbaiki posisi tidurnya yang semula tengkurap menjadi telentang.

"Berarti tuan tidak akan pulang malam ini?" Tanya Mawar membuat Revan mengangguk.

"Kenapa? Apa kau ingin sesuatu? Aku dengar wanita hamil mungkin akan mengidam." tanya Revan membuat Mawar menggeleng. Ia juga tahu tentang ngidam pada ibu hamil tapi entah kenapa selain pusing dan mual, Mawar tidak merasakan hal lainnya layaknya seorang ibu hamil.

"Tidak tuan." Jawab Mawar lemah.

Revan mengambil setelan hitamnya dari dalam lemari lalu memakainya."Jika tidak ada hal penting sebaiknya jangan keluar dari kamar ini." Pesan Revan membuat Mawar mengernyit.

"Kenapa begitu tuan?" Tanya Mawar membuat Revan menghela napas sembari mengikat dasinya.

"Karena kau itu bodoh Mawar, aku tidak mau orang tuaku mencurigai sesuatu." ucap Revan datar membuat Mawar meremas selimut yang ia gunakan.

"Lihat! Aku baru mengatakan hal itu dan kau sudah mau menangis." Omel Revan membuat air mata benar-benar jatuh dari mata Mawar.

"Ck! Aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku mau menikah denganmu." ucap Revan lalu melangkah keluar dari kamar meninggalkan Mawar yang kini sudah terisak menahan tangis.

Revan melangkah memasuki ruang kerjanya lalu duduk di kursinya. Ia menatap sekretarisnya lalu mendengus. "Apa kantor ini sudah berubah menjadi club malam?" Tanya Revan datar membuat Sisca sang sekretaris langsung menatap atasannya dengan bingung.

"Pakaianmu. Kau harusnya menjadi jalang di club malam." ucap Revan membuat Sisca menunduk malu lalu langsung keluar begitu ia meletakkan beberapa dokumen di atas meja.

"Memang hanya Mawar yang menarik meskipun hanya menggenakan daster lusuh." Gumam Revan lalu mulai bekerja.

Sedang di tempat lain. Meysa sedang mengamuk. Ia bahkan sudah hampir menghancurnya setengah isi rumah.

"Kau pikir lima milyar cukup? Aku bisa dapatkan lebih dari itu jika menjadi istri Revan." teriak Mesya lalu menendang sebuah guci mahal hingga pecah.

Brukk

Pengacara Revan hanya memandang calon mantan istri tuannya itu dengan datar. Ia sudah sering menghadapi semua ini.

"Jika sudah selesai, silahkan tandatangani ini!"

Mesya menoleh lalu berteriak. "Aku tidak akan menandatanginya! Kau dengar itu. Aku tidak akan bercerai."

Pengacara Mark mengangguk lalu menekan tombol pada remot tv hingga munculah video tak senonoh yang dilakukan oleh Meysa dan Danu saat berada di puncak.

"Kau tidak punya pilihan lain, Nyonya Meysa. Tandatangani itu dan terima uang 5 Milyar yang ditawarkan tuan Revan atau__"

"Atau apa?" tanya Mesya panik.

Mark tersenyum tipis. "Kau bahkan tidak akan punya muka lagi untuk keluar dari rumah."

Deg

Mesya mengepalkan kedua tangannya marah.

'Untuk sekarang kau menang Revan. Tapi akan aku pastikan jika kau dan jalang kecil itu tidak akan bisa hidup dengan tenang' Batin Mesya licik.

-Bersambung-

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang