🌹 4

192K 3.8K 72
                                    

Happy Reading!

Mawar membuka mata dan langsung terkejut saat mendapati dirinya terbaring di kamar yang tidak ia kenali.

Ceklek

"Kamu sudah bangun?" Revan masuk dengan segelas susu di tangannya membuat Mawar spontan memeluk tubuhnya.

"Tuan_"

"Susshh! Jangan memanggil ku tuan!"ucap Revan lalu menutup pintu kemudian segera beranjak mendekati wanita yang dinyatakan tengah mengandung bayinya itu.

Mawar menatap sekeliling. "Kita ada di mana, tuan?"tanya Mawar membuat Revan menggeram marah.

"Sudah kubilang jangan panggil aku tuan. Apa kamu tuli?"bentak Revan membuat Mawar menciut ketakutan.

"Maaf tu__eh" Mawar segera menutup mulutnya. Ia hampir keceplosan memanggil tuan lagi.

Revan menghela napas. "Mulai sekarang panggil aku sayang!"titah Revan membuat Mawar mengernyit bingung.

"Sayang? Tapi kan tuan majikan saya." ucap Mawar membuat Revan langsung menyentuh perut rata mawar.

"Di dalam sini. Ada bayi ku. Kamu sedang mengandung, Mawar." ucap Revan memberitahu membuat Mawar melotot kaget.

"Apa? Tapi tuan, saya__ bagaimana dengan nyonya? Tidak tuan, saya tidak boleh hamil. Ini__"

"Suushh! Diam!"bentak Revan membuat Mawar langsung diam. "Aku akan bertanggung jawab dan lupakan tentang Meysa karena wanita itu akan segera diceraikan." ucap Revan membuat tubuh Mawar mematung.

"Jangan tuan, tidak boleh begitu. Kasian nyonya. Saya_ saya bisa kok merawat anak ini sendiri. Tuan tidak perlu bertanggung jawab."tolak Mawar cepat. Ia tidak ingin disebut pelakor.

Revan menatap Mawar tajam. "Di sini aku yang mengambil keputusan, bukan kamu. Besok kita akan menikah dan tidak ada yang namanya penolakan." ucap Revan lalu memberikan susu yang tadi ia bawa.

"Minum itu!"titah Revan membuat Mawar pperlahan meminum susu yang diberikan oleh tuan Revan.

"Habiskan!" bentak Revan saat Mawar berhenti minum.

"Iya, tuan."ucap Mawar lalu segera menghabiskan susu itu.

"Bagus,"Revan mengambil gelas itu kembali lalu duduk dihadapan Mawar.
"Dengar Mawar! Orang tuaku pikir kita sudah menikah. Jadi bersikaplah seolah kamu adalah istriku. Mengerti?"tanya Revan datar membuat Mawar mengangguk pelan.

"Pintar."ucap Revan sembari menepuk pelan kepala Mawar. "Sekarang istirahatlah! Jaga anak kita dengan baik karena aku akan membunuhmu jika janin itu cedera sedikit saja." ucap Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar kembali mengangguk. Jujur saja saat ini Mawar sangat ketakutan. Dan memang ia selalu ketakutan jika berhadapan dengan tuan Revan.

Setelah mengatakan kehamilan Mawar dan sedikit mengancamnya, Revan bergegas keluar dari kamar itu. Sekarang dia hanya perlu mengurus Meysa, istri tukang selingkuh. Saat ini wanita itu pasti sedang sibuk bermain dengan seorang pria.

"Kirim surat cerai dan tawarkan beberapa aset sebagai hadiah perpisahan."

"Tapi bagaimana jika nyonya Meysa menolak untuk bercerai, tuan?"

"Singkirkan seperti biasa!"

"Baik, tuan."

Revan segera mematikan telponnya lalu melangkah menuju meja makan.

"Kamu sudah berikan susunya pada menantu mama?"tanya Widya membuat Revan mengangguk. Berkat Mawar, akhirnya ia bisa kembali bersama dengan keluarganya.

Sebenarnya Revan sangat ingin menemui orang tuanya namun kepergiannya saat itu yang lebih memilih Meysa membuatnya malu untuk pulang. Tapi sekarang, orang tuanya sendiri yang memintanya untuk pulang. Dan itu karena Mawar. Terlebih sekarang dia mendapat dua berkah, berkumpul bersama keluarganya kembali serta mendapat seorang anak.

Keuntungan terbesarnya adalah saat itu orang tuanya sama sekali tidak tahu siapa wanita yang ia nikahi. Dan Revan bisa tebak bahwa orang tuanya juga tidak mencoba untuk mencari tahu.

"Revan, maaf jika mama mengatakan ini, tapi__ apa kamu tidak memperhatikan istrimu. Mama senang karena ia adalah orang yang sederhana tapi memakai pakaian lusuh tidaklah baik. Bagaimana jika orang lain melihatnya."ucap Widya menyampaikan pemikirannya saat pertama kali melihat pakaian yang dikenakan oleh menantunya.

Revan langsung menghela napas. Pakaian yang dikenakan Mawar tadi memang sangat lusuh bahkan warna aslinya sudah memudar. "Mawar memang sangat sederhana, mah. Tapi justru itu yang membuat Revan tertarik." ucap Revan membuat Widya tersenyum.

"Mawar memang sangat cantik tanpa make up. Wajahnya benar-benar seindah bunga mawar." puji Widya membuat Revan tersenyum tipis. Dia juga menyadari itu. Jika Meysa cantik wanita modern maka Mawar adalah jelmaan cantik natural yang wajahnya begitu meneduhkan.

"Mama benar."ucap Revan membuat Widya tertawa.

"Sekarang pergilah ke kamar dan temani istrimu istirahat. Sesekali tanyakan apa ada yang ingin ia makan. Karena mama lihat Mawar adalah tipe yang tidak mau merepotkan orang lain." ucap Widya membuat Revan mengangguk. Sepertinya mamanya benar, dia harus menemani Mawar sekaligus melakukan kegiatan menyenangkan.

Bersambung

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang