🌹24

71K 2.9K 114
                                    

Happy Reading!

Revan melangkah lesu memasuki kamarnya. Kamar yang sudah satu minggu ini terasa sangat dingin karena wanita yang selama ini menghangatkan ranjangnya lebih memilih tidur di kamar tamu.

"Hahhh" Revan menghela napas kasar lalu melangkah memasuki kamar mandi. Mungkin malam ini ia harus kembali berendam dengan air dingin.

Revan berusaha memejamkan matanya saat hawa dingin menyapa kulitnya begitu ia masuk ke dalam bathtub. Ini akan lebih sempurna jika Mawar ikut berendam bersamanya. Bathub besar ini pasti akan sangat mampu untuk menampung mereka berdua.

"Sial"Maki Revan lalu milirik senjatanya yang sudah berdiri menantang. Padahal ia tak melakukan apapun yang membuat benda bajingan yang sialnya sangat ia butuhkan itu bangun. Revan hanya memikirkan Mawar.

"Mawar benar-benar bisa membuatku gila" gumam Revan kesal lalu mulai menyentuh benda perkasanya itu dan bergerak cepat menuntaskan nafsunya.

Selesai dengan segala hal menyebalkan yang menyangkut senjatannya itu. Akhirnya Revan bisa keluar dari kamar mandi setelah bermain solo selama hampir dua jam. Iya, dua jam. Benda sial itu terus bangun hanya karena otaknya tidak sengaja membayangkan wajah Mawar. Benar-benar sangat menyebalkan.

Revan melangkah mengambil baju tidur lalu memakainya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah berbaring di ranjang dan tidur namun sialnya pikirannya terus tertuju ke sang istri, Mawar.

"Mawar juga pasti sulit tidur." Gumam Revan percaya diri. Sama seperti dirinya yang terbiasa memeluk Mawar saat tidur, wanita itu juga pasti sama. Mawar pasti tidak terbiasa tidur tanpa pelukan dari dirinya.

"Aku tidak mau anakku sakit jika ibunya kurang tidur." ucap Revan dengan senyum tipis lalu melangkah keluar dari kamar.

Ceklek ceklek

'Sial. Dikunci.' Batin Revan kesal. Ia mencoba mengintip ke dalam tapi tidak bisa.

'Berani sekali Mawar mengunci pintunya' Geram Revan lalu melangkah pergi dari sana.

Brakk

Revan menutup pintu ruang kerjanya kasar lalu segera duduk di kursinya. Dari pada memikirkan Mawar lebih baik ia menyelesaikan pekerjaannya.

Pagi harinya, di kamar tamu terlihat seorang wanita telah bangun dan duduk di sisi tempat tidur.

"Selamat pagi, sayang." Sapa Mawar pada janin yang ada di perutnya. Beberapa hari ini ia merasa sangat segar dan begitu bersemangat setelah bangun tidur. Mungkin karena ia tidur dengan nyenyak tanpa gangguan dari siapapun.

Mawar berdiri dengan senyum manis di bibirnya lalu melangkah membuka pintu yang terhubung dengan taman bunga milik mama mertuanya.

"Hmmm_wanginya." Gumam Mawar lalu memetik salah satu bunga kemudian menyelipkannya ke telinga.

"Duhh cantiknya mantu, mama." Ucap mama Widya yang datang dengan nampan berisi makanan di atasnya.

Mawar menoleh dan tersenyum lebar. "Selamat pagi, mah." Sapa Mawar membuat Widya mengangguk.

"Selamat pagi, sayang. Duduklah! Makan sarapanmu." Ucap mama Widya sembari meletakkan sarapan untuk menantunya di atas meja.

Mawar duduk dan menatap sarapannya. "Terima kasih." Ucap Mawar membuat Widya tersenyum.

"Sama-sama, sayang." ucap Widya sembari melirik taman bunganya. "Kau menyukai tempat ini?"

Mawar mengangguk membuat Widya mengelus kepala Mawar lalu beralih ke perut menantunya itu.

"Bagaimana keadaan cucu nenek hari ini?" tanya Widya membuat Mawar mengangguk pelan.

"Baik nenek." Jawab Mawar membuat Widya tersenyum.

"Baiklah, mama akan ke dalam. Panggil mama jika kamu membutuhkan sesuatu." ucap Widya kemudian berlalu dari sana.

Di ruang makan, Widya sedang mati-matian menahan tawanya. Bagaimana tidak? Melihat putranya yang datang dengan kantung mata yang begitu besar dan juga tubuh yang lemas, bisa dipastikan anak itu tidak bisa tidur.

"Merindukan istrimu?" tanya Widya setengah mengejek membuat Revan mendelik pada wanita yang telah melahirkan dirinya itu.

"Haha_ rasakan! Itulah akibatnya jika kau masih ingin bersenang-senang disaat istri sedang hamil." ucap Widya lalu mengisi piringnya dan makan dengan tenang.

Bram yang melihat kelakuan sang istri hanya bisa menghela napas pasrah. Bukan hanya Revan, tapi dirinya juga diabaikan oleh istri sendiri. Karena kejadian yang mengingtkan masa lalu, ia jadi harus menerima hukuman kembali.

"Setelah ini pergilah ke kamarmu dan istirahat." ucap Bram kepada putranya begitu istrinya pergi.

Revan mengangguk. Memang ia tidak akan ke kantor. Lagipula semua pekerjaan sudah ia selesaikan.

Selesai sarapan, Revan bergegas kembali ke kamarnya namun sebelum itu ia menyempatkan diri untuk pergi ke kamar tamu.

Ceklek

Tidak dikunci.

Revan melangkah masuk dengan pelan lalu menutup pintu. Perlahan tapi pasti, ia melangkah mendekati sang istri yang sedang duduk membelakanginya.

Revan mengernyit saat Mawar tidak bereaksi apapun. Namun sedetik kemudian_

"Huekk_huekk"

'Sial' Batin Revan kesal.

-Bersambung-

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang