Happy Reading!
Pagi ini Revan bangun saat matahari sudah begitu tinggi.
"Ck! Mawar." Decak Revan setengah merengek saat tak menemukan istrinya saat bangun tidur.
Ceklek
"Mas sudah bangun?" tanya Mawar begitu masuk.
Revan menatap penampilan istrinya yang terlihat sangat rapi dan cantik. Dress hamil berwarna putih dengan perhiasan berbentuk bunga mawar.
"Mau ke mana?" tanya Revan waspada membuat Mawar tersenyum manis yang membuat Revan semakin bingung.
"Aku tidak akan pergi ke mana pun hari ini." jawab Mawar lembut lalu bergerak memasuki kamar mandi.
Revan yang penasaran pun mengikuti istrinya memasuki kamar mandi.
"Air hangatnya sudah siap, sebaiknya sekarang mas mandi dan aku akan menyiapkan setelan kantor yang akan Mas pakai." ucap Mawar lalu berjalan keluar dari kamar mandi.
'Aneh sekali' batin Revan lalu bergegas mandi. Untung saja tidak ada rapat penting hari ini jadi tidak masalah jika ia terlambat pergi ke kantor.
Selesai mandi, Revan kembali dibuat terkejut. Kasur yang sudah rapi dan ada setelan kantor berwarna hitam, dasi, saput tangan dan kaos kaki di atas tempat tidur.
"Jika mas tidak menyukainya aku akan menukarnya dengan yang lain."
Revan menoleh kaget. Ia tidak menyadari bahwa Mawar masih ada di kamar.
"Tidak. Aku akan memakai ini saja." ucap Revan membuat Mawar tersenyum lembut lalu segera mendekat.
"Apa tidur mas nyenyak tadi malam?" tanya Mawar sembari meletakkan sepasang sepatu yang tadi ia ambil di lemari ke hadapan suaminya
Revan mendengus. "Sangat nyenyak sampai aku terlambat pergi ke kantor." ucap Revan. Lagipula jika wanita itu bangun lebih awal bukannya membangunkannya malah membiarkannya tidur hingga siang.
Mawar tersenyum manis. "Tapi aku sudah bertanya dengan sekretaris, mas. Dan katanya tidak ada rapat penting pagi ini." ucap Mawar membuat Revan melotot kaget. Mawar bicara dengan sekretarisnya?
"Dari mana kau tahu nomer telpon Haris?" tanya Revan cepat dengan tatapan tajam.
Mawar diam sesaat lalu menatap suaminya. "Aku meminta tolong papa untuk menanyakannya." Cicit Mawar pelan membuat Revan menghela napas kasar.
"Sebenarnya apa tujuanmu melakukan ini, Mawar? Kau terlihat mencurigakan." Tuduh Revan membuat Mawar menunduk.
"Tatap aku!" titah Revan membuat Mawar mendongak.
"Apa rencanamu, katakan! Dan di mana daster lusuh yang biasa kau pakai saat di kamar?." tanya Revan membuat Mawar diam.
Revan semakin menatap curiga. Pagi ini Mawar sudah terlalu banyak mengejutkan dirinya. Memakai pakaian bagus dan merias diri, menyiapkan air hangat untuknya mandi, menyiapkan keperluannya untuk pergi ke kantor, dan yang paling mengagetkan wanita itu ternyata menelpon sekretarisnya untuk menanyakam jadwal nya hari ini.
"Maaf_." Cicit Mawar pelan. Tadinya ia pikir dengan melakukan semua itu maka mereka akan terlihat seperti suami istri yang sesungguhnya tapi sepertinya tuan Revan tidak menyukai semua itu.
"Hahh_ sudahlah." Ucap Revan akhirnya. Entah mengapa Revan kesal karena Mawar meminta maaf padahal ia tidak marah. Hanya saja mungkin merasa sedikit aneh atas apa yang wanita itu lakukan hari ini.
Mawar menatap punggung tuan Revan yang mulai berpakaian. Kenapa tiba-tiba hatinya merasa sesak. Pria dengan punggung tegap itu rasanya tidak pantas menjadi miliknya.
"hhh" Mawar menahan air matanya yang ingin tumpah lalu bergegas memasuki kamar mandi.
"Hikss" Mawar mulai menangis setelah berhasil mengunci pintu kamar mandi.
'Bagaimana aku bisa begitu lancang menyukai tuan Revan'
"Hikss_hiksss"
'Dan bodohnya aku juga berpikir bahwa tuan Revan menyukaiku dan mulai melakukan hal-hal bodoh seperti tadi'
"Hikss_hiksss"
Mawar menangis terisak. Hatinya terasa sangat sakit. Begitu sesak rasanya hingga Mawar merasa kesulitan hanya untuk bernapas.
"Mawar, apa yang kau lakukan? Cepat keluar!"
Mawar segera menahan isakannya.
"Ck! Apa kau mual lagi?"
Tok tok
"Mawar!!"
"Aku sudah terlambat, akan pergi sekarang."
Mawar kembali menangis saat yakin bahwa tuan Revan telah pergi. Rasa cinta yang baru ia sadari ini harusnya tidak pernah ada.
Revan melangkah cepat menuju pintu.
"Revan, mau ke mana? Sarapan dulu!" teriak Widya dari arah ruang makan.
"Ck! Revan sudah terlambat, mah." decak Revan kesal.
"Sarapan dulu, pagi ini Mawar yang menyiapkan semua makanan." ucap mama Widya yang langsung bergerak menyeret tangan putranya ke meja makan.
"Oh ya, di mana Mawar?" tanya mama Widya bingung. Pasalnya tadi pagi sang menantu terlihat sangat bersemangat saat memasak.
"Kamar mandi."Sahut Revan acuh membuat Mama Widya berdecak namun pandangannya beralih ke leher sang putra di mana dasi terikat rapi di sana.
"Mama menyukai ikatan dasimu hari ini." puji mama Widya membuat Revan mengernyit.
"Aku mengikat dasiku seperti biasa." ucap Revan lalu bergegas mengisi piringnya.
"Benarkah?" tanya mama Widya kaget lalu menghela napas. "Padahal tadi pagi, Mawar datang ke kamar dan meminta mama mengajarinya cara mengikat dasi. Katanya ia ingin memasangkan dasi padamu."
"Uhuk" Revan terbatuk kaget lalu melotot. Mawar melakukan itu?
Seolah mengerti mama Widya langsung mengangguk. "Mawar juga meminta papamu mencari tahu kegiatanmu hari ini. Katanya jika tidak ada hal penting, ia ingin kau istirahat lebih lama."
Revan terdiam sedang mama Widya langsung berdecak kagum. "Bukankah itu artinya, Mawar____"
Revan menatap mamanya dengan pandangan bertanya. "Apa mah? Cepat katakan!"
"Ck! Kau ini. Kenapa hal seperti ini saja kau tidak peka. Menurut mama, Mawar sedang berusaha menjalankan tugasnya sebagai seorang istri." ucap mama Widya membuat Revan diam mencerna apa yang terjadi.
"Apa Mawar juga berpakaian lebih baik dari biasanya?" tanya mama Widya membuat Revan mengangguk.
"Sudah mama duga." ucap mama Widya dengan senyum merekah. "Mama rasa, Mawar sepertinya sedang jatuh cinta"
Deg
"Jatuh cinta? Dengan siapa? Berani sekali wanita itu jatuh cinta setelah punya sua__"
Bukk
"Revan!!" Tegur mama Widya kesal setelah melempar anaknya itu dengan sendok.
Revan melotot kaget lalu berdiri dan segera berlari menuju kamarnya.
'Apa Mawar telah jatuh cinta? Padanya?'
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Tuan Revan
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Sinopsis : Mawar seorang gadis berusia 18 tahun yang masuk sebagai pelayan dan berubah menjadi istri tuannya.