🌹 3

208K 3.6K 77
                                    

Happy Reading!

"Di mana suamiku?"tanya Meysa saat ia tak melihat sang suami ketika ia akan berangkat ke puncak.

"Tuan sudah berangkat tadi pagi, nyonya. Katanya ada rapat penting."ucap Mawar yang kini sedang sibuk memasukkan semua barang yang diperlukan nyonya nya selama di puncak ke dalam mobil.

Meysa berdecak. Revan memang bukan tipe suami perhatian tapi untungnya dia punya uang yang banyak.

"Baiklah. Aku pergi. Jaga rumah dan yang paling penting kamu harus mengawasi suamiku. Segera telpon aku jika dia terlihat mencurigakan." pesan Meysa. Jujur saja ia tidak percaya jika suaminya setia mengingat pernikahan hambar yang mereka lewati. Namun meski curiga ia tidak dapat menemukan satu buktipun kalau suaminya berkhianat.

Mawar mengangguk gugup."Baik nyonya."

Setelah nyonya nya pergi, Mawar segera memasuki rumah dan mulai bekerja membersihkan seluruh ruangan. Kalau ia tidak membutuhkan uang untuk biaya berobat adiknya, mungkin sekarang Mawar sudah mengundurkan diri. Tapi mau bagaimana? Ia butuh pekerjaan untuk menghasilkan uang. Harga dirinyapun rasanya tidak begitu berarti dibanding nyawa adiknya yang kini sedang terancam di rumah sakit.

Sekedar informasi, Mawar berusia delapan belas tahun, beda lima belas tahun dari tuan Revan yang kini berusia tiga puluh tiga tahun. Pertama kali menerima tawaran kerja di rumah ini, sejujurnya Mawar sudah merasa aneh. Di rumah sebesar ini mereka hanya mempekerjakan dirinya saja sedang beberapa pekerja lain seperti tukang kebun atau supir hanya dipanggil ketika perlu. Berbeda dengan dirinya yang diharuskan untuk menginap.

Mawar juga tidak melihat satupun foto pernikahan tuannya, sepertinya mereka menikah tanpa restu dari orang tua tuan Revan karena Mawar tidak pernah melihat mereka datang. Berbeda dengan ibu nyonya Mesya yang hampir setiap akhir pekan berkunjung.

"Kenapa aku peduli. Itu adalah urusan tuan dan nyonya."gumam Mawar lalu fokus mencuci piring hingga ia merasa perutnya mual.

Mawar berlari ke kamar mandi yang ada di dapur lalu berjongkok untuk memuntahkan isi perutnya.

Huekk huekk

Mawar meremas perutnya yang terasa nyeri lalu mencuci mulut saat rasa mual di perutnya berkurang.

Huekk

Mawar menutup mulutnya saat rasa mual kembali datang.
Namun saat ia ingin kembali muntah, bell tiba-tiba saja berbunyi membuat tubuh Mawar menegang.

Mawar berdiri sambil memegang dinding karena tubuhnya yang lemas. "Siapa ya? Apa tuan Revan?"gumam Mawar. Tapi tidak mungkin tuan Revan mengetuk pintu dan rumah ini juga hampir tidak pernah kedatangan tamu.

Namun karena bell terus berbunyi, Mawar memutuskan untuk memeriksanya. Ia membutuhkan banyak waktu untuk mencapai pintu karena tubuhnya yang masih lemas.

ceklek

Mawar memutar kunci dan membuka pintu hingga nampaklah seorang wanita dan pria paruh baya. Dari pakaian nya Mawar tahu mereka adalah orang kaya.

'Mungkin mencari tuan Revan.' batin Mawar lalu tersenyum kepada kedua tamunya.

"Silahkan masuk!"ajak Mawar ramah, membuat kedua tamunya melangkah masuk.

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang