🌹 8

132K 3.1K 95
                                    

Happy Reading!

Mawar duduk di kursi sembari menatap tiga wanita yang kini tengah sibuk menata pakaian, tas, sepatu dan perhiasan di dalam ruangan samping kamar mereka. Mawar tidak tahu apa itu, namun yang jelas ruangan itu khusus menampung semua barang-barang pribadi tuan Revan dan kini ruangan itu juga dipenuhi oleh barang-barang wanita.

'Apa tuan Revan membeli semua itu untuk nyonya Meysa?' Batin Mawar. Pasalnya barang-barang seperti itu sangat sering dibeli oleh nyonya Meysa. Dan Mawar tahu harganya pasti sangat mahal.

"Nyonya, bisa istirahat! Kami akan mengaturnya dengan rapi." Ucap salah seorang dari mereka membuat Mawar tersenyum canggung. Ia ingin pergi tapi bagaimana jika salah satu dari mereka malah mengambil barang tuan Revan. Bukankah nanti dirinya yang akan disalahkan. Apalagi semua barang-barang tuan Revan sangat mahal. Mawar bahkan pernah mendengar tuan Revan membeli jam tangan seharga 7 milyar.

"Em_apa kalian ingin minum?" Tawar Mawar. Pasalnya sudah hampir satu jam dan mereka semua belum selesai juga. Lagipula kenapa harus mengatur sesuai warna dan tema. Bukankah bisa langsung susun saja, batin Mawar polos.

"Tidak nyonya. Terima kasih. Pekerjaan kami hampir selesai." tolak mereka ramah lalu bergerak semakin cepat.

Setelah semuanya selesai. Dan ketiga wanita yang Mawar tidak ketahui namanya itu pergi. Tuan Revan tiba-tiba saja masuk.

"Apa kamu menyukainya?" Tanya Revan membuat Mawar mengernyit.

"Kenapa tanya saya, tu__eh mas. Kan harusnya tanya nyonya Meysa." ucap Mawar membuat Revan menghela napas.

"Kenapa tanya wanita itu?" Tanya Revan tak habis pikir.

"Ya karena nyonya Meysa yang menyukai semua ini." Jawab Mawar membuat Revan memijat kepalanya.

"Semua ini saya beli untuk kamu. Jadi berhenti memakai daster lusuh seperti itu!" tunjuk Revan pada daster yang dipakai oleh Mawar.

"Kenapa mas? Ini nyaman kok."ucap Mawar sembari menunjukkan dasternya yang meskipun lusuh tapi sangat nyaman dipakai.

"Ck! Sekarang ganti baju!" Titah Revan tak mau banyak berdebat.

"Loh kenapa mas?" Tanya Mawar membuat Revan rasanya ingin meneriaki istrinya itu.

"Katanya mau jenguk Arga." ucap Revan membuat senyum Mawar merekah.

"A_iya ya mas. Tunggu sebentar ya mas, Mawar ganti baju dulu." Ucap Mawar lalu melangkah menuju kopernya yang ada di sudut kamar.

"Mawar!" Tegur Revan membuat Mawar menoleh.

"Iya mas?" Tanya Mawar bingung.

Revan menunjuk ke arah walk in closet yang ada di samping kamar mereka. "Ada banyak baju di sini. Pilih salah satu dan pakai!" titah Revan membuat Mawar menggeleng.

"Tapi mas, itukan pakaian mahal. Nanti kalau kotor bagaimana?" Tanya Mawar. Ia masih ingat bagaimana nyonya Meysa memakinya karena tidak sengaja mengotori gaun mahal nyonyanya.

Revan menghembuskan napas kasar lalu berjalan ke arah istrinya. "Mulai sekarang, kenakan semua yang ada di sana! Jika rusak atau kotor langsung buang saja!" titah Revan sembari menarik lengan Mawar memasuki walk in closet.

Revan mengambil beberapa pakaian yang dirasa cocok di pakai istrinya ke rumah sakit. "Ini saja!" Ucap Revan lalu mengisyaratkan agar Mawar mengganti bajunya dengan yang ia pilih.

"Tapi mas, ini__"

"Mawar!"tegur Revan tajam membuat Mawar langsung menurut. Ia mengambil baju itu dan berjalan menuju kamar mandi.

Sementara Mawar berganti pakaian, Revan mengambil tas, sepatu dan perhiasan sederhana yang cocok untuk dikenakan oleh Mawar.

Begitu Mawar selesai berpakaian, Revan segera memasangkan sepatu tanpa hak di kaki istrinya itu. Kemudian ia juga memasangkan anting-anting dan kalung dengan liontin bunga mawar.

"Cantik!" Puji Revan membuat Mawar tersenyum tipis.

"Terima kasih." Ucap Mawar membuat Revan mendengus.

"Pakaian dan juga perhiasan ini yang cantik." Ralat Revan membuat Mawar diam.

"Ayo!" Ajak Revan. Sekarang mereka siap ke rumah sakit.

"Mas, nanti di rumah sakit. Mas tunggu di luar saja ya." ucap Mawar begitu mereka dalam perjalanan.

"Tidak. Aku akan ikut masuk." Ucap Revan tegas membuat Mawar menggeleng.

"Jangan mas, mas tunggu di luar saja. Kita pura-pura tidak saling kenal." ucap Mawar membuat Revan melotot.

"Saya ini suami kamu, Mawar." Ucap Revan membuat Mawar meremas dress yang ia pakai.

"Tapi mas. Mawar malu kalau__"

Ckeett

"akh" Mawar langsung berpegangan saat mobil yang ia tumpangi mendadak berhenti. Untung saja ia memakai sabuk pengaman.

"Mas, ada apa?" Tanya Mawar polos membuat Revan melepas sabuk pengamannya.

"Turun!"

"Apa?"kaget Mawar.

"Turun, Mawar. Sekarang!" Teriak Revan tegas membuat Mawar dengan tangan gemetar membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil.

Revan langsung menutup pintu mobil begitu Mawar turun lalu segera melajukan mobilnya.

"Mas__" Teriak Mawar yang berlari mengejar mobil tuan Revan.

Revan menatap Mawar yang berlari mengejarnya melalui kaca spion. Berani sekali wanita itu merasa malu karena dirinya. Padahal semua perempuan rela melakukan apa saja untuk menikah dengannya dan Mawar malah malu.

"Mass" Mawar masih berlari. Ia pikir tuan Revan memintanya turun karena ia diminta membeli sesuatu dan bukannya malah ditinggal.

"Mas_ berhent__arghhh" panggilan Mawar seketika terganti dengan suara rintihan karena tubuhnya yang terjatuh ke aspal karena menginjak batu kecil di jalan.

"Shit!" Maki Revan lalu segera turun dari mobil dan berlari ke arah Mawar yang merintih di tengah jalan.

"Sakitt_arghhh" rintih Mawar saat Revan memeluk tubuhnya.

Revan menatap Mawar yang merintih sembari memegang perutnya lalu tatapannya turun ke bawah di mana ada warna merah yang tercetak di dress yang Mawar pakai.

"Mass_sakittt hikss_perutnya sakitt." Isak Mawar membuat Revan segera menggendong tubuh Mawar ke mobil.

Sekarang Revan sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan besar.

-Bersambung-

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang