Happy Reading!
"Apa yang kau beli?" Tanya Revan sembari memeriksa belanjaan istrinya.
Coklat, coklat dan _permen.
Mawar hanya tersenyum tidak enak. Ia menghabiskan hampir 3 juta hanya untuk membeli coklat dan permen. Salahkan bocah kecil bernama Abil tadi yang kembali mengambil banyak coklat dan langsung berlari.
Revan menghela napas lalu memberikan semua coklat dan permen yang Mawar beli ke tangan bodyguard.
"Ayo! Aku akan mengajarimu belanja yang sesungguhnya." ajak Revan lalu menarik tangan Mawar ke arah sebuah toko yang menjual barang mewah.
"Berikan semua tas dan sepatu terbaru yang kalian miliki!" Titah Revan yang duduk dengan nyaman. Sedang di sampingnya, Mawar hanya bisa diam sesekali melirik kiri dan kanan.
Revan mengangguk melihat jejeran tas dan sepatu mewah yang ditunjukkan.
"Sayang_" panggil Revan membuat Mawar tergagap.
"I_iya."
Revan tersenyum lalu mengambil lengan Mawar kemudian mengecup punggung tangan wanita itu dengan tatapan hangat.
"Apa yang kau pikirkan, hm?" Tanya Revan membuat Mawar segera menggeleng.
"Aku tidak__"
"Pilih tas dan sepatu yang kau inginkan!" Titah Revan lembut membuat Mawar melihat ke arah tas-tas mewah.
"Semuanya bagus." Gumam Mawar tapi ia tidak tertarik. Lagipula ia akan pergi ke mana dengan tas-tas mewah seperti itu. "Tapi__"
"Baiklah_ kami beli semuanya."
Mawar melotot lalu menggeleng."Tidak tu_eh mas. Jangan. Ini pasti mahal." bisik Mawar pelan saat menyebut kata mahal.
Revan menggeleng lalu meminta istrinya itu memilih sepatu yang ia inginkan.
Mawar menatap satu persatu sepatu yang berjejer lalu menunjuk satu sepatu. "Yang itu." Ucap Mawar membuat Revan tersenyum. Sepatu tanpa hak memang sangat bagus untuk Mawar yang mengandung.
"Baiklah. Yang itu dan semua sepatu dengan model seperti itu ukuran 37." titah Revan membuat Mawar kembali melotot. Ia hanya perlu satu sepatu.
"Mas" panggil Mawar sembari meremas lengan tuan Revan.
Revan menggeleng lalu menyentuh lengan Mawar meyakinkan bahwa semuanya bisa ia beli.
Mawar terdiam. Di belakang ada dua bodyguard yang membawa belanjaan mereka dan masih ada dua bodyguard lagi yang menganggur.
"Kita harus membeli baju_"
"Tidak."cegah Mawar. "Kita langsung pulang saja mas." ajak Mawar membuat Revan menggeleng lalu secara paksa menarik lengan istrinya itu memasuki sebuah toko pakaian.
"Ambil yang kau suka!" Titah Revan yang kini duduk di kursi tunggu.
Mawar berdiri dengan bingung. Ia tidak tahu harus membeli baju seperti apa.
"Tapi mas_"
Revan menghela napas, kenapa Mawar banyak sekali alasan saat disuruh belanja. Tidak seperti Meysa yang akan dengan senang hati pergi ke mall tanpa diminta.
Revan meminta Mawar untuk mendekat. "Dalam sepuluh menit aku ingin ada pakaian di depanku! Bukan satu tapi sebanyak mungkin. Kau mengerti?"
Mawar mengangguk ragu kemudian melangkah menjauh memilih pakaian. Mawar mengambil beberapa helai pakaian yang menurutnya sangat bagus lalu kembali kehadapan tuan Revan.
Revan menatap semua pakaian yang dipilih oleh Mawar lalu mengangguk. Desain simpel dan tertutup.
Setelah membayar, Revan dan Mawar melangkah menuju toko perhiasan. Namun sebelum memasuki toko seorang wanita menghalangi langkah Mawar.
"Bagaimana rasanya menjadi istri dari tuanmu sendiri?" Ucap wanita itu membuat Mawar diam. Ia melangkah mundur.
Revan menatap Livia tajam. Livia adalah sahabat Meysa.
"Ups_ pasti enak kan? Dasar jalang!"
"Livia!" Geram Revan. Ia mengeratkan genggaman tangannya pada Mawar.
Livia tersenyum sinis lalu menatap sekeliling.
"Kalian lihat! Pria ini meninggalkan istrinya dan menikah dengan mantan pembantu mereka."Teriak Livia membuat Revan melirik bodyguard yang sedari tadi diam di belakang. Sedang beberapa orang yang menatap ke arah mereka sudah saling bisik.
Dua bodyguard langsung memegang lengan Livia. Namun sepertinya Livia tidak ingin berhenti.
"Dia adalah Revan, pengusaha tambang di kota X. Dia mengkhianati istrinya dan meniduri pembantu mereka." teriak Livia lebih kencang membuat Revan melangkah mendekati wanita itu
"Dengar Livia! Jika kau masih ingin hidup sebaiknya jangan ikut campur." bisik Revan dingin
Livia melotot lalu memandang sekeliling. "Dia mengancamku! Dia bilang akan membunuhku!" Teriak Livia tanpa kenal takut membuat Revan menggeram kesal lalu menarik lengan Mawar menjauh dari sana.
Livia tersenyum sinis melihat kepergian Revan. Meskipun Revan sangat berkuasa tapi ia juga tidak mungkin menyakiti dirinya di depan banyak orang.
Keempat bodyguard langsung mengikuti tuannya. Revan membukakan pintu untuk Mawar lalu meminta sopir untuk mengantar istrinya pulang. Dua bodyguard masuk ke dalam mobil dan mengawal dari belakang.
Revan mengepal lalu tersenyum licik."Bawa wanita itu ke tempat biasa!" titah Revan.
"Baik tuan." kedua bodyguard langsung pergi untuk melaksanakan tugas.
Sedang Revan langsung menelpon sahabatnya yang ia percaya untuk mengelola mall miliknya. Ia harus menghentikan semua gosip yang mungkin nanti akan beredar karena ada beberapa pengunjung yang merekam mereka tadi. Selain itu, Revan juga tidak ingin ada Livia lainnya. Dengan kata lain, Revan akan melarang semua orang yang berkaitan dengan Meysa untuk memasuki daerah miliknya, baik itu mall, hotel, restoran atau usaha lain miliknya. Revan juga akan memastikan semua orang yang berkaitan dengan Meysa dan bekerja di perusahaannya dipecat.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Tuan Revan
Любовные романыHarap bijak memilih bacaan! Sinopsis : Mawar seorang gadis berusia 18 tahun yang masuk sebagai pelayan dan berubah menjadi istri tuannya.