🌹15

90.5K 3K 65
                                    

Happy Reading!

Makan malam berlangsung dengan tenang. Mawar mengambil makanannya lalu memakannya tanpa suara. Sedang Revan melirik istrinya itu kemudian bergegas mengisi piringnya sendiri. Biasanya Mawar yang akan menyiapkan makanan untuk dirinya.

"Mawar." panggil Widya membuat Mawar menoleh.

"Iya mah?"

"Tambah lagi makanannya. Ibu hamil butuh banyak nutrisi loh." ucap Widya membuat Mawar tersenyum lalu menambah nasi dan lauk. Sedang Revan hanya menahan kesal. Sedari tadi Mawar tidak bicara dengan dirinya.

"Uhukk_uhuk"

"Makan pelan-pelan, Revan." Tegur Widya membuat Revan mengangguk lalu mengambil air minum. Revan melirik Mawar yang hanya fokus dengan makanannya.

Selesai makan, Mawar bergegas mencuci piring. Sebenarnya ia hanya malas masuk ke dalam kamar. Jadi lebih baik ia di dapur membantu pekerja lain membereskan dapur.

"Nyonya, biar kami saja."

"Tidak. Lakukan saja pekerjaan lain." Ucap Mawar lalu mulai membilas piring.

Para pelayan saling pandang lalu melakukan pekerjaan lain. Sesekali ia menatap nyonya baru mereka, siapa tahu wanita hamil itu perlu bantuan.

Selesai mencuci piring, Mawar bergegas menuju ruang keluarga. Mawar menyalakan televisi lalu berbaring di sofa.

"Mawar!!"

Mawar terperanjat mendengar teriakan lalu segera mematikan tv kemudian beranjak dari ruang keluarga.

Mawar melihat tuan Revan lalu berjalan mendekat.

"Masuk ke kamar!" Titah Revan tegas membuat Mawar segera melangkah memasuki kamar.

Mawar berbaring lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Sedang Revan yang juga masuk ke kamar langsung menutup pintu sedikit kasar lalu menguncinya.

Melihat Mawar yang berbaring dengan selimut menutupi tubuh membuat Revan menahan amarahnya lalu berjalan menaiki tempat tidur. Revan berbaring lalu dengan satu kali tarikan melepas selimut yang menutupi tubuh Mawar.

Mawar langsung berbalik membelakangi tuan Revan. Sedang Revan langsung menggeser tubuhnya kemudian menyelimuti tubuh istrinya dengan benar.

Mawar menahan napas saat tangan besar tuan Revan memeluk tubuhnya dengan telapak tangan yang tepat berada di perutnya.

"Kau marah?" Tanya Revan mambuat Mawar segera menjawab.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau menghindariku?" tanya Revan.

"Bukannya mas yang tidak ingin diganggu." Balas Mawar membuat Revan terperanjat.

"Iya. Aku tidak ingin diganggu saat bekerja." Ucap Revan membuat Mawar mengangguk lalu diam.

Revan menghela napas. "Apa kau mengerti maksudku, Mawar?" tanya Revan membuat Mawar bergumam.

"Em_ mas tidak ingin diganggu saat bekerja." Ulang Mawar membuat Revan mengangguk.

"Lalu?" tanya Revan.

"Lalu__em_ apa?" Tanya Mawar bingung membuat Revan mendengus.

"Lakukan apa yang biasa kau lakukan." Ucap Revan membuat Mawar tak paham. Ia memang tidak pernah melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Dari bangun pagi hingga tidur lagi.

"Kau mengerti kan?" tanya Revan membuat Mawar mengangguk ragu.

"Bagus. Sekarang tidur!" Bisik Revan sembari mengeratkan pelukannya.

Pagi harinya, Mawar membuka matanya dan langsung melotot saat perutnya tiba-tiba saja merasa mual.

"Empp__" Mawar menutup mulutnya kemudian berusaha menyingkirkan lengan tuan Revan dari tubuhnya.

"Mas_"

Dug

"ughh_" Revan langsung membuka matanya saat Mawar dengan berani menyikut wajahnya.

"Mawar!" Geram Revan yang beranjak dari tempat tidur.

"Huekk_huekk"

Revan bergegas masuk dan menemukan Mawar yang sedang muntah.

"Hueekk_"

Tanpa merasa jijik. Revan melangkah mendekat lalu mengusap punggung istrinya. Revan juga membantu menahan rambut Mawar yang tergerai.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Revan membuat Mawar mengangguk pelan dengan wajah yang pucat.

"Perlu aku panggilkan dokter?" Tanya Revan khawatir saat tubuh Mawar lemas ke dalam pelukannya.

Mawar berusaha berdiri dengan benar meskipun masih berpegangan dengan tuan Revan.

"Tidak hahh_ hanya__hanya kepala yang pusing." ucap Mawar dengan napas tak beraturan.

"Kau yakin?" tanya Revan membuat Mawar mengangguk lalu mencuci wajahnya dengan tangan gemetar.

Revan menghela napas lalu segera menggendong tubuh Mawar keluar dari kamar mandi. Revan berjongkok di samping tempat tidur lalu mengambil ponselnya.

"Batalkan semua kegiatanku hari ini!" Ucap Revan begitu panggilannya dijawab.

"Baik pak."

Tutt

Revan menatap Mawar yang juga menatap ke arahnya.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Ucap Revan membuat Mawar mengangguk. Ia masih lemas.

Revan berjalan menuju ruang makan.

"Revan, Mawar mana?" tanya Widya yang sudah mulai sarapan bersama sang suami.

"Di kamar." Jawab Revan singkat lalu mengambil piring dan mengisinya dengan berbagai jenis makanan. "Kami akan makan di kamar."Beritahu Revan membuat Widya dan Bram saling pandang.

"Ada apa? Apa Mawar sakit?" tanya Widya khawatir.

Revan menggeleng. "Hanya mual."Jawab Revan lalu membawa makanan kembali ke kamar.

"Itu pasti hanya alasan. Anak itu pasti menyiksa istrinya semalaman." ucap Widya dengan nada kesal lalu melirik suaminya. "Kaya papa dulu. Nggak bisa puasa padahal istri lagi hamil."

"Uhukk" Bram langsung terbatuk dan segera mengambil air minum sedang Widya hanya tertawa.

-Bersambung-

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang