🌹18

78.1K 2.5K 77
                                    

Happy Reading!

Revan kembali setelah memberi sedikit pelajaran pada Livia. Ia langsung menuju kamar.

Ceklek

"Mawar." panggil Revan namun wanita itu tidak ada di kamar.

"Ck! Mawar!!" Teriak Revan lebih keras namun tetap tidak ada sahutan.

Revan segera mengambil ponselnya dan menghubungi bodyguard.

"Di mana istriku?" tanya Revan begitu telponnya dijawab.

"Nyonya ada di rumah tuan. Kami mengantar nyonya dengan selamat."

"Dia tidak ada. Sialan!" maki Revan lalu memutus telponnya.

Sebelum Revan mengamuk untungnya Mawar sudah lebih dulu muncul.

"Dari mana?" Tanya Revan kesal.

Mawar menunduk lalu berkata dengan pelan. "Dapur."

Revan mendengus. "Apa yang kau lakukan di dapur hah? Bukannya diam dan istirahat di kamar." ucap Revan tak habis pikir.

Mawar mengikuti langkah tuan Revan. "Maaf mas. Ta_tadi___"

"Sudahlah. Sekarang ganti pakaianmu lalu istirahat!" titah Revan kemudian melangkah menuju ruang kerjanya.

Mawar yang memang sudah selesai membuat kue langsung mengikuti perintah tuan Revan. Memang sebaiknya sekarang ia istirahat mengingat kondisi tubuhnya yang sekarang memang mudah lelah. Untungnya tadi ia sudah meminta tolong pada salah satu pekerja untuk mengantar kue buatannya.

Hampir dua jam terlelap, Mawar terbangun karena suara ponsel yang terus berdering.

'Arga' Batin Mawar lalu segera menjawab panggilan dari adiknya itu.

"Iya Arga. Ini kakak. Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Mawar cepat.

"Mawar, ini ibu nak hiks_"

Mawar melotot.

"Ibu. Ada apa? Kenapa menangis? Apa Arga baik-baik saja?" Tanya Mawar. Ia takut terjadi sesuatu pada adiknya itu.

"Arga baik-baik saja hiks tapi__"

"Tapi apa buk. Ada apa?" tanya Mawar.

"Orang bank datang dan akan menyita rumah kita hikss_"

Mawar kaget. Tentu saja. Kenapa orang bank ingin menyita rumah mereka.

"Ibu_ jawab pertanyaan Mawar. Apa ibu dan bapak menggadaikan rumah kita?"

"Hik__iyaa Mawar hikss"

Mawar menutup matanya lalu meremas ponselnya.

"Baiklah ibu. Mawar akan pulang." Ucap Mawar lalu memutus telponnya.

Rumah kecil mereka tidak mungkin bernilai mahal. Bank mungkin hanya mau membayar sekitar 20 juta, itupun sudah sangat mahal.

Mawar bangun dan beranjak mengambil dompetnya. Isinya hanya ada 50 ribu, itupun adalah hasil jual kue yang tadi sempat ia ambil.

"Tuan Revan. Iya. Aku akan meminjam uang pada tuan Revan." gumam Mawar lalu melangkah menuju ruang kerja tuan Revan.

Tok tok

"Mas" Panggil Mawar.

"Masuk!"

Mawar langsung membuka pintu saat tuan Revan menyuruhnya masuk.

"Mas_" Ucap Mawar lalu mendekati tuannya itu.

"Ada apa?" Tanya Revan tanpa menoleh.

Mawar meremas gaun tidur yang ia pakai. "Itu__em__"

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang