🌹 10

120K 2.6K 44
                                    

Happy Reading!

Revan mendorong kursi roda yang ditempati oleh istrinya memasuki ruang rawat Arga.

"Kakak." Panggil Arga. Anak itu memang terlihat semakin sehat.

Mawar tersenyum manis. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Mawar sembari menggenggam jemari adiknya.

Arga mengangguk. "Dokter bilang minggu depan aku akan di operasi." ucap Arga senang. Tentu saja, membayangkan bahwa setelah operasi ia bisa kembali hidup normal membuatnya sangat bahagia.

Mawar mengangguk. "Di mana ibu?" tanya Mawar pasalnya pagi tadi ia melihat ibunya datang lewat cctv.

"Ibu harus pulang tapi nanti malam akan datang membawa makanan." Ucap Arga lalu melirik pria yang datang bersama kakaknya. Arga juga bingung kenapa kakaknya berada di kursi roda.

Mawar mengetahui kebingungan adiknya. "Kakak terjatuh saat bekerja, tapi sekarang sudah tidak papa. Tidak perlu khawatir dan ingat jangan beritahu ibu." Ucap Mawar membuat Arga mengangguk.

"Kakak bekerja keras untuk Arga dan ibu. Terima kasih." ucap Arga tulus membuat Mawar mengangguk lalu tersenyum.

"Karena itu kembalilah sehat untuk membalas kerja keras kakak." ucap Mawar.

"Tentu saja, kak. Setelah Arga sehat, Arga akan membantu kakak mencari uang." Ucap Arga antusias membuat Mawar tersenyum manis. Bagaimanapun ia senang karena adiknya terlihat lebih baik.

"Ee_ tapi apa dia teman kakak?" Tanya Arga membuat Mawar menatap tuan Revan yang sedari tadi berdiri dan mendengar percakapan mereka.

"Aa_ dia ini__"

Revan memasang wajah terbaiknya. Pernikahan mereka memang tidak diketahui oleh keluarga Mawar. Tapi bukankah ini adalah waktu yang pas untuk memperkenalkan diri. Terlebih Revan juga tidak memiliki keinginan untuk menyembunyikan pernikahan mereka. Jika saja saat itu Mawar memberi ijin mungkin ia sudah datang dan melamar secara baik, namun entah kenapa wanita itu menolak dan meminta agar pernikahan diwakili oleh wali hakim saja.

"__Tuan Revan, dia majikan kakak." ucap Mawar. Walau bagaimanapun juga akan sangat mengejutkan jika ia memberitahu kebenaran. Terlebih Mawar juga tidak yakin tuan Revan ingin keluarganya tahu seandainya tebakannya benar, tuan Revan hanya ingin anaknya saja.

Arga mengangguk lalu tersenyum ramah. "Terima kasih sudah menjaga kakak saya." Ucap Arga membuat Revan berdehem. Berani sekali dia berbohong, batin Revan kesal.

Sedang Mawar kembali bersikap biasa. "Apa kau meminum obatmu tepat waktu?" Tanya Mawar.

"Tentu saja. Arga kan ingin sembuh." jawab Arga membuat Mawar merasa bangga.

"Bagus, sekarang istirahatlah! Kakak harus pergi." Ucap Mawar membuat Arga berubah sedih.

"Kakak harus pergi? Tidak bisakah kakak di sini lebih lama?" tanya Arga membuat Mawar tersenyum manis.

"Kakak akan datang lagi nanti." Ucap Mawar membuat Arga mengangguk.

"Baiklah_ tapi kakak harus menepati janji."Pinta Arga membuat Mawar mengangguk.

"Tentu saja, dan jangan beritahu ibu kalau kakak datang ke sini." Pesan Mawar membuat Arga bingung.

"Kenapa?" Tanya Arga.

Mawar menatap tuan Revan lalu berkata. "Turuti saja perkataan kakak, oke?" pinta Mawar membuat Arga mengangguk pelan.

"Jaga kesehatan!" Ucap Mawar sebelum keluar dari ruang rawat adiknya.

Revan mendorong kursi roda menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan. "Kenapa tidak jujur?" Tanya Revan membuat Mawar menautkan jarinya.

"Karena__"

"Malu? Sebelumnya kau bilang malu jika keluargamu mengetahui pernikahan kita." potong Revan membuat Mawar menggeleng. Memiliki suami seperti tuan Revan, bagaimana Mawar bisa malu. Bukankah harusnya tuan Revan yang malu memiliki istri seperti dirinya.

Di dalam mobil, Mawar hanya diam. Ia mendadak teringat nyonya Meysa. Apa tuan Revan masih berhubungan dengan nyonya Meysa?

"Tuan_" Panggil Mawar membuat Revan melirik istrinya.

"Ada apa?"

"Nyonya Meysa_"

"Jangan bahas wanita itu." Potong Revan kesal.

"Kenapa?" Tanya Mawar pelan.

"Karena dia sudah bukan istriku lagi, Mawar." ucap Revan membuat Mawar melotot kaget.

"Aku juga sudah mendaftarkan pernikahan kita." Ucap Revan yang kembali membuat Mawar kaget. Apa tebakan nya tentang tuan Revan salah?.

"Tuan_ apa tuan menikahi saya karena anak ini?" Tanya Mawar membuat Revan diam sesaat lalu menjawab.

"Ya."

"Apa tuan akan meninggalkan saya setelah melahirkan?"

"Tidak Mawar. Pertanyaan bodoh macam apa itu?" Bantah Revan membuat Mawar diam.

"Lalu__"

Ckeett

Revan mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi lalu menatap Mawar.

"Dengar Mawar! Maaf membuatmu kecewa tapi aku tidak akan melepaskanmu!" ucap Revan tegas membuat Mawar terhenyak.

"Kita akan membesarkan anak ini." Ucap Revan sembari menyentuh perut datar Mawar. "Dan anak-anak kita selanjutnya." Lanjut Revan membuat Mawar memalingkan wajahnya. Entah apa yang terjadi? Tapi dari tatapannya, tuan Revan sepertinya tidak berbohong.

"Oh dan satu lagi. Sebaiknya segera beritahu keluargamu tentang pernikahan kita atau aku akan datang ke sana dan memberitahunya sendiri." ucap Revan lalu kembali melajukan mobilnya.

Tiba di rumah, Revan langsung menggendong Mawar masuk ke dalam rumah tanpa sadar bahwa sedari tadi ada mobil yang mengikuti mereka.

"Sekarang bagaimana? Kau akan membiarkan mereka bahagia?" Tanya Eva pada putrinya, Mesya.

Mesya tersenyum licik. "Tidak ibu. Sebaliknya, aku akan menghancurkan kehidupan mereka."

"Caranya? Kita tidak mungkin membuat Revan meninggalkan pelacur kecil itu. Kenyataan bahwa pelacur itu hamil sudah membuat kita kalah." Ucap Eva membuat Mesya menggeleng.

"Tidak ibu. Coba pikirkan, jika Revan tidak akan meninggalkan pelacur itu maka kita harus membuat pelacur itu yang meninggalkan Revan." ucap Mesya membuat Eva menatap putrinya bangga.

"Kau benar. Kita hanya harus sedikit berakting." ucap Eva pasalnya beberapa kali bertemu Mawar, ia jelas memahami karakter polos pelacur kecil itu.

"Tapi jangan menganggapnya remeh ibu. Ingat! Mawar berhasil mencuri Revan. Dia tidak sepolos itu." ucap Mesya yang diangguki oleh Eva.

"Baiklah. Ibu akan mencari tahu tentang keluarga pelacur itu." ucap Eva yang diangguki oleh Mesya.

'Lihat saja, Revan. Kau membuangku. Maka akan ku buat kau kehilangan Mawar sekaligus anak yang kau tunggu itu' batin Mesya sembari tersenyum sinis.

-Bersambung-

Menjadi Istri Tuan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang