Beberapa bulan setelahnya...
Terapi penyembuhan yang dijalani Devis berbuah manis. Perlahan luka yang ia derita dikakinya telah pulih. Keduanya sudah mampu menopang kembali berat badannya. Sementara lengan yang terpasang gips berhasil normal kembali seminggu sebelumnya.
"Coba angkat tumitnya dikit, Dewa." Leena begitu antusias memperhatikan proses Devis untuk kembali kesedia kala. Dengan sabar ia membantunya agar dapat berjalan lagi.
"Agak sakit tapi, Leen." Keluh Devis sedikit meringis ketika mempraktekkan instruksi Leena.
"Biar terbiasa, Dewa. Karena lama kamu duduk dikursi roda soalnya." Tukas Leena mencoba menjelaskan.
Devis akhirnya menurut. Dengan dibantu Leena untuk menjaga keseimbangan, kini ia mampu menopang kembali tubuhnya. Senyum sumringah mengembang disana.
"Aku sudah bisa, Leen!" Ucap Devis penuh sukacita. Suara itu disambut Leena dengan perasaan bahagia.
"Akhirnya! Aku percaya kalau kamu akan sembuh, Dewa."
"Terimakasih, Leen."
Dengan sabar Leena terus memapah langkah Devis yang mulai bisa menapak. Begitu antusias ia mendapati seseorang yang kini telah kembali ke dalam hidupnya berangsur pulih.
Ya, setelah menyadari keberadaan Leena begitu berarti, Devis akhirnya memilih membuka kembali perasaannya yang dulu tutup buku. Didorong juga karena permintaan Bundanya yang menginginkan agar dirinya segera mengakhiri masa lajangnya. Hal ini dimaksudkan supaya ada sosok perempuan yang nanti dapat merawatnya jika Bundanya tiada.
"Bunda nggak mau lihat kalau kamu sendirian, Dewa. Menikahlah segera." Pinta Bundanya ketika mereka sedang bercengkrama berdua.
Kala itu Devis menerawang permintaan yang baru saja dilayangkan oleh bundanya. Sedang pikirannya masih tak bisa lepas dari seseorang yang terakhir kali ia buat terluka hatinya.
"Sama siapa, Bunda? Devis belum ada siapa pun untuk bisa dijadikan istri." Jawabnya yang tak berani menatap mata bundanya.
"Leena, Anakku. Dia sangat baik sama kita. Membantu Bunda selama merawat kamu dari awal sampai sekarang." Ucap bundanya yang meyakinkan Devis untuk kembali memasukkan Leena ke dalam kehidupannya.
Sejak saat itulah kebersamaan mereka membuat Devis perlahan kembali menaruh hati untuk mantan pacarnya. Sementara sosok yang begitu amat ia cintai, entah tak diketahui rimbanya sejak keputusannya bersiasat dengan Rival meski saat itu Rival mengabarkan kalau Mirzha sedang bersamanya di Bandung.
"Bunda harus tahu kabar ini, Leen." Tukas Devis yang kini tengah duduk di atas bale dangin di rumah Jide. "Pasti Bunda senang mendapati aku sudah bisa lancar jalannya." Lanjutnya.
"Tentu, Dewa! Aku panggil Bunda dulu kalau begitu." Balas Leena. Devis hanya mengangguk mengiyakan.
"Hati-hati." Jawab Devis kemudian.
Suasana siang kali ini tak begitu terik. Awan sedang menempatkan dirinya tepat di atas bale yang sedang menjadi tempat istirahat Devis. Tak seperti pada umumnya orang berjalan yang tidak begitu melelahkan, namun bagi Devis hal ini sangat menguras tenaga.
Sedang asik menikmati dinginnya keramik bale, seseorang menghampiri Devis yang sedang duduk sendiri.
"Dewa? Sendirian?"
"Eh, iya nih Mbok Ida."
"Leena kemana? Bukannya kalian dari pagi berdua di sini?" Tanya sepupu Devis yang ternyata memperhatikan keberadaan mereka berdua.
"Lagi panggil Bunda. Ada perkembangan yang signifikan, Mbok. Kaki Dewa sudah bisa buat jalan pelan sekarang." Jelas Devis yang terlihat gembira mendapati dirinya telah pulih. Luka patah tulang kaki yang ia derita karena serangan KKB tempo dulu menyisakan keterbatasannya untuk bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story "ASTRA" [COMPLETED]
Romantizmkelanjutan dari kisah AZKAR yang menceritakan perjalanan cinta seorang dokter muda bernama Mirzha dengan rasa tidak biasanya. dan kini, waktu membawanya singgah di Yogyakarta untuk menjalani internsip. di kota inilah ia mengalami kisah pelik yang m...