Sepulang dari rumah sakit, Jendra mengajak Hakim untuk mampir sebentar ke supermarket. Untunglah Tuhan menciptakan manusia seperti Hakim, yang tidak pernah menolak ajakan temannya.
“Kim, gue pinjem hp lo, dong.”
Hakim yang sedang menggigitu corn eskrim pun merogoh saku celananya. “Buat apa?”
“Searching. Hape gue gak ada kuotanya.”
“Beli, napa, Jen, beliiiii.” Namun tetap saja Hakim memberikan ponselnya pada Jendra. “Gaji BUMN pasti lebih gede dari pada gaji gue.”
“Gue lagi nyicil rumah, Kim. Harus hemat.”
“Si anjir!” Hakim terbatuk. “Aing aja belum kepikir buat beli rumah.”
Jendra hanya tertawa, lalu menerima ponsel Hakim. Mencoba membuka namun terkunci.“Eh, ini passwordnya apaan deh?”
“Passwordnya, Hakim kasep pisan, tanpa spasi.”
Jendra tertawa sekaligus jijik menulis huruf-huruf itu. Lalu pemuda tampan itu terlihat membaca informasi-informasi yang dia temukan. “Oh... daging merah, sayur bayam, sama.... ati ayam?” Jendra kini menatap Hakim. “Ini beneran?”
“Hah?” Hakim malah planga-plongo. “Nyari naon, sih?”
“Makanan yang baik bagi penderita anemia.” Jendra membacakan hasil pencariannya. “Gue harus cari semua ini di mana?”
“Oh... di perabot, Jen.”
“Kok?” Jendra semakin bingung.
Hakim berdecak lidah. “Ya ditempat sayur mayur, atuh! Kaciri pisan tara maturan indung balanja, maneh mah, Jen.”
Hakim mendorong troli belanjaan. “Nah, ini daging merah. Mau daging sapi apa daging babi?”
“Astaghfirullah, Kim. Gue cari buat Zuney, masa gue kasih babi?”
Hakim tertawa. “Aih... Buat calon isteri?”
Jendra menggaruk telinganya yang memerah. “Lo doain aja, Kim.”
“Sini dong hape gue. Mau ada perlu bentar.”
“Oiya, ini. Thanks.” Jendra mengembalikan ponsel Hakim.
Sementara Jendra asyik memilah dan memilih bahan makanan yang sudah dicarinya tadi, Hakim dengan jahilnya mengambil foto Jendra saat sedang berbelanja. Untuk dikirim pada Zuney.
***
Satu pesan masuk ke ponsel Zuney
Hakim
KAMU SEDANG MEMBACA
(MELINGKAR) VOL. 2
FanfictionSEQUEL DARI CERITA SEBELUMNYA, YAITU MEL(INGKAR) Jadi, kalian baca dulu Mel(ingkar) ya ❤ Sulit dimengerti, ketika seseorang yang nyatanya telah pergi, namun kehadirannya masih sungguh terasa. Bagaimana caranya berbicara saja masih teringat jelas...