Keping 17 - Lembang Park Zoo

108 12 7
                                    

Setelah melewati minggu-minggu penuh kelelahan, akhirnya mereka sampai juga di akhir pekan. Sesuai yang sudah Jendra janjikan, mereka akan segera bertemu dengan macan, hewan yang ingin Zuney ternakkan, katanya.

            Zuney masih mengikat tali sepatunya. Gadis cantik itu sudah siap di depan rumah, menunggu Jendra yang katanya akan menjemputnya tepat pukul delapan. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi, namun suara klakson dari mobil terios hitam itu sudah terdengar.

            Dengan semangat Zuney bangkit dari duduknya, dan membuka pagar. Setelah itu, ia mengetuk kaca jendela tempat Jendra berada.

            “Ayo, Ney, kita liat macan!” ujar Jendra tak kalah semangatnya.

            Zuney terkekeh. “Oke!” lalu gadis cantik itu mengitari mobil, dan membuka pintu di sisi yang lain.

            “Hai, Kak Zuney!!!!”

            Zuney yang baru saja duduk pun dikejutkan dengan suara melengking dari kursi belakang. “Lho? Vansa?”

            Yap, betul. Itu adalah Vansa, adiknya Hakim. Apakah Hakim ikut? Oiya tentu! Hanya saja lelaki itu sudah tertidur pulas dengan wajah tertutup kupluk.

            “Aku sama Aa boleh ikut, kan, Kak?” Vansa menyengir. “Abisnya aku mumet, pengen healing.”

            “Boleh, Dek.” Zuney menyengir, lalu melirik Jendra, seolah berprotes.

            “Ya gak apa-apa, Ney, makin rame, makin seru, kan?” Jendra meringis.   

            Zuney tidak ingin mempermasalahkan apapun. Yang penting hari ini ia ingin bertemu macan. Titik.

            Perjalanan mereka lalui dengan gembira. Jalanan Lembang yang sejuk, suguhan rumah-rumah warga yang sebagian besar halamannya dipenuhi oleh tanaman hias, juga lagu-lagu random yang terputar di mobil ini, apalagi sejak Hakim bangun, cowok itu ikut bernyanyi dan lebih menghidupkan suasana.

            Kini tibalah mereka di Lembang Park Zoo. Mobil mereka sudah terparkir di dekat pintu masuk. Jadi mereka tidak perlu lagi untuk menaiki bis wara-wiri. Setelah membayar tiket, mereka diberi gelang berwarna kuning sebagai tanda pengunjung.

            Vansa sudah berlari kecil, sembari menarik kakaknya. Dua kakak-beradik itu nampak lebih antusias dibanding Jendra dan Zuney yang tertawa melihat mereka dari arah belakang.

            “Lo mau liat apa dulu, Ney?” Tanya Jendra seraya menyugar rambutnya yang terkena angin. “Betewe, gue udah cukur rambut, nih.”

            Zuney yang tidak sadar pun segera menoleh. “Ohya? Wah, bagus, rapi. Lo keliatan makin ganteng.”

            Mendengar dirinya dipuji pun membuat Jendra tersenyum. “Lo juga. Cantik hari ini.”

            Zuney tertawa. “Yee! Gue mah tiap hari juga cantik!”

            “Setuju.” Jendra mengangguk-anggukkan kepala sambil mengacungkan jempol, membuat Zuney semakin terbahak.

            Mereka melewati undakan tangga yang tidak terlalu tinggi. Banyak bunga warna-warni yang sengaja ditanami di pinggir-pinggir jalan.

            “Ney, ada bebek-bebekan, mau naik, gak?” tawar Jendra seraya menunjuk ke arah kiri. Di sana terlihat danau yang begitu tenang, dan banyak bebek-bebekan yang bisa disewakan.

(MELINGKAR) VOL. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang