Sudah seminggu ini Zuney selalu pulang sore dari sekolah. Pelaksanaan acara perpisahan anak kelas enam tentunya banyak menguras tenaga maupun pikiran bagi semua warga sekolah. Semua bahu membahu untuk agar semua acara terlaksana dengan lancar dan aman.
Meski Zuney belum pernah mengisi kelas di kelas enam, namun terbukti, Zuney cukup diidolakan sebagai guru di mata mereka. Padahal Zuney hanya pernah bertemu mereka saat Zuney mengawas ujian akhir.
Zuney baru saja selesai melaksanakan shalat dzuhur, lalu melangkah ke tengah lapang, dan di sana sudah ada segerombol anak-anak yang menggunakan kebaya, menanti-nanti kehadiran Zuney.
“Bu Zuney, ini buat ibu.” Salah satu diantara mereka memberi bebrapa tangkai bunga mawar pada Zuney.
“Wah, terima kasih banyak, ya.” Zuney tersenyum lalu menerima bunga mawar itu. “Kalian mau lanjut sekolah di SMP mana?”
“Aku mau ke negeri aja, Bu,” jawab salah satu yang paling tinggi.
Lalu datang lagi satu anak laki-laki yang paling terkenal di sekolah ini karena keaktifannya, dan sering dihukum. Xixixi.
“Bu Zuney, boleh foto bareng, nggak?” tanyanya malu-malu.
Teman-temannya pun tertawa.
Zuney tertawa. “Sigit mau foto sama ibu? Tumben, ah.”
Anak yang diketahui bernama Sigit itu ikut tertawa malu. “Sama mau minta nomor wa ibu, boleh?”
Zuney tertawa lagi. Apalagi ketika melihat Sigit diledeki oleh teman-teman perempuannya.
Setelah selesai dengan murid-muridnya, semua guru diintruksikan untuk melaksanakan rapat penutupan tahun ajaran. Rapat ini tentu saja dipimpin oleh kepala sekolah dengan binaan pemilik yayasan.
Isi rapat tidak jauh dari pemberian apresiasi kepada semua guru yang sudah melakukan amal baktinya selama satu tahun ajaran ini, juga ucapan terima kasih untuk semua kerja kerasnya selama beberapa hari ini demi terlaksananya semua program yayasan.
Pukul setengah lima sore, setelah semua dekor panggung dan segala sesuatu sudah dibereskan, semua guru dipersilakan untuk pulang. Sebelum pulang, Zuney merapikan isi lokernya, membundel semua administrasi selama satu tahun ini, dan menyusunnya dengan rapi, dan siap diberikan apabila kepala sekolah memerlukan untuk kepentingan akreditasi sekolah.
Saat sedang merapikan isi lokernya, tiba-tiba perut bagian bawah Zuney terasa sakit. Zuney mengecek kalender, dan tentunya ini sudah masuk ke waktu datang bulannya. Zuney memegangi perutnya yang terasa kram. Lalu menarik satu kursi untuk dia duduki.
“Kenapa, Bu?” tanya salah satu rekan Zuney.
“Kayaknya datang bulan, Bu. Saya ke toilet dulu, ya.” Zuney lalu berjalan ke arah toilet, dan benar saja dugaannya. Untunglah Zuney selalu membawa persediaan pembalut di tasnya.
Setelah itu, Zuney kembali merapikan lokernya yang sempat tertunda, lalu gadis cantik itu mendapat sebuah pesan dari Jendra yang ternyata sudah ada di depan sekolahnya, membuat kedua alisnya terangkat. Kenapa Jendra bisa ada di depan sekolahnya?
Setelah berjalan ke arag gerbang sekolah, di sana Zuney bisa melihat mobil Charlo yang sedang menunggunya. Lalu Zuney mengetuk kaca mobil dan dengan perlahan kaca itu pun bergerak turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
(MELINGKAR) VOL. 2
FanficSEQUEL DARI CERITA SEBELUMNYA, YAITU MEL(INGKAR) Jadi, kalian baca dulu Mel(ingkar) ya ❤ Sulit dimengerti, ketika seseorang yang nyatanya telah pergi, namun kehadirannya masih sungguh terasa. Bagaimana caranya berbicara saja masih teringat jelas...