Sulit dimengerti, ketika seseorang yang nyatanya telah pergi, namun kehadirannya masih sungguh terasa. Bagaimana caranya berbicara saja masih teringat jelas, juga semua tentangnya tidak ada yang hilang.
Mencintai seseorang yang sudah pergi terasa sangat sulit. Mustahil untuk bertemu, namun ada penantian yang selalu dilangitkan. Ribuan rindu yang hanya bisa disuarakan dalam kesunyian.
Pukul dua siang, terlihat seorang gadis yang baru saja tiba di rumahnya. Gadis itu kini menaruh map kerjanya di atas meja, lalu menggantungkan layard yang menandakan bahwa dirinya terlibat sebagai pengawas suatu ujian di sekolahnya.
Zunaira Prima Ratnaduhita, begitulah yang tertera di kartunya. Kesibukannya kini adalah mengajar di salah satu yayasan sekolah dasar di kota Bandung. Berhasil mewujudkan impiannya, Zuney bahagia menjalani peran barunya kini, yaitu sebagai salah satu guru kelas yang diamanahkan mendidik dua puluh delapan anak berusia tujuh sampai delapan tahun.
Bukan hal yang sulit untuk menjalani hari-harinya, namun tidak mudah juga. selalu ada titik bahagia dan pusingnya. Namun semuanya selalu membuat Zuney senang. Berinteraksi dengan anak-anak bisa menjadi obat tersendiri bagi dirinya. Apalagi, jika rasa hampa yang kerap kali menghampiri dirinya.
Zuney baru saja akan merebahkan diri ke kasur, namun suara ketukan pintu kamarnya membuat gadis cantik itu kembali bangun. “Iya, Ma?”
Mama datang dengan busana yang sudah rapi. “Ney, Mama sama Papa mau ke undangan dulu. Mau ikut?”
“Enggak, Ma. Zuney nanti sore ada kelas les.”
“Kerja mulu. Sekali-kali ikut sama Mama yuk? Siapa tau dapet jodoh. Udah dua lima lho, Ney.”
Zuney tersenyum hambar. “Ma... Zuney punya pacar.”
“Ney.... Juna pasti pengen liat kamu bahagia, sayang.” Mama melihat sedih ke arah Zuney.
“Sekarang Zuney bahagia kok, Ma.”
Mama menyerah. “Yaudah, Mama sama Papa pergi dulu, ya. Makanan udah ada di dapur, kalau laper tinggal panasin aja.”
Menjadi seorang gadis di usia dua puluh lima bukanlah hal yang mudah. Tekanan sana-sini berhasil membuat siapapun merasa jengah. Memang ada aturannya jika usia segini harus sudah punya calon? Lagi pula, Zuney menikmati hidupnya sekarang. Ia senang. Ia bahagia. Walau.... sepertinya akan lebih bahagia jika Arjuna tetap ada di sampingnya.
Hhh, berbicara tentang Arjuna, entah sudah berapa kali akhir-akhir ini Zuney selalu bertemu dengan Arjuna melalui mimpi. Pernah saat itu, Zuney bermimpi ada di lokasi taman yang indah. Gadis itu duduk berdua dengan Arjuna yang dilihatnya semakin tampan saja.
Zuney mengungkapkan seluruh kerinduannya, dan bukannya senang bisa bertemu dengan Arjuna, Zuney malah menangis tersedu. Pada saat itu Arjuna terus menerus memerhatikan Zuney sambil tersenyum hangat, tanpa memeluk Zuney.
“Ney, jangan sendirian terus, ya? Kamu harus bahagia, karena di sini pun aku udah bahagia.”
Sepenggal kalimat yang paling gadis cantik itu ingat sampai kini, yang selalu berhasil menjatuhkan tetesan air mata di pipinya. Arjuna seolah tahu bahwa hingga saat ini, hatinya masih belum bisa untuk menerima orang baru. Bagaimana Zuney bisa bahagia jika letak bahagianya hanya ada di Arjuna?
Ketika memikirkan Arjuna, kini ponselnya bergetar singkat. Menandakan ada satu notifikasi yang masuk. Ternyata itu dari Ardana. “Wah... tumben ngechatt,” gumam Zuney, karena sudah sekitar satu tahun mereka jarang berkomunikasi karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
(MELINGKAR) VOL. 2
FanficSEQUEL DARI CERITA SEBELUMNYA, YAITU MEL(INGKAR) Jadi, kalian baca dulu Mel(ingkar) ya ❤ Sulit dimengerti, ketika seseorang yang nyatanya telah pergi, namun kehadirannya masih sungguh terasa. Bagaimana caranya berbicara saja masih teringat jelas...