Keping 32 - Latar Biru

86 12 2
                                    

Hari minggu pagi Zuney habiskan dengan merebahkan diri di atas kasur. Tubuhnya benar-benar ia istirahatkan, sebelum menghadapi senin yang membayangkannya saja sudah capek duluan. Seharian itu pula Zuney hanya berbalas pesan dengan Jendra, karena nanti sore, Jendra berjanji akan mengantar Zuney menyiapkan semua berkas untuk keperluan pendaftaran CPPPK.   

            Zuney kembali menutup diri dengan selimut, karena diluar pun hujan turun dengan derasnya. Lalu ingatannya melayang, pada apa-apa yang mesti ia persiapkan. Seketika gadis cantik itu kembali duduk, meraih ikat rambutnya dan berjalan keluar kamar.

            “Pah,” sapanya pada Papa yang sedang membaca koran di meja makan.

            “Lho, udah bangun? Mama bilang, kemaren abis camping, ya?”

            Zuney mengangguk. “Pah, Kakak mau minta izin.”

            Mama datang dengan dua cangkir teh hangat. “Izin nikah?”

            “Ish, Mama, nih.” Zuney cemberut.

            Mama dan Papa terkekeh. Lalu Papa melipat korannya, dan menyeruput teh hangat yang Mama siapkan. “Izin apa, Kak?”

            “Ini, Kakak mau daftar CPPPK, formasi guru kelas. Kakak boleh ikut, gak?”

            Papa dan Mama terlihat saling pandang. “Memang penempatannya di mana, Kak?” tanya Mama dengan wajah khawatir. “Mama khawatir kalau harus ngelepas kamu.”

            “Aku pilih Jawa Barat, kok, Ma. Tapi gak tau ditempatinnya nanti di mana.”

            “Papa bisa bantu apa?”

            Zuney tersenyum, itu artinya Papa memberi restu. Dan jika Papa memberi restu, maka Mama pun mau tidak mau akan mengikuti Papa. “Aku mau bikin pasfoto latar merah, Pa. Sama Jendra, paling.”

            “Oh gitu.” Papa terlihat mengambil dompet dari saku celananya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uarng seratus ribuan. “Nih, Kak. Uang buat semua persiapan pendaftarannya. Papa akan selalu dukung semua mimpi-mimpi Kakak.”

            Zuney tersenyum senang, lalu menerima uang itu. “Makasih, Pa!” serunya seraya memeluk tubuh Papa dengan sangat erat. Lalu Zuney melirik Mama. “Mama dukung, gak?”

            Mama tersenyum dan mengangguk. “Kalau Papa udah dukung, Mama juga pasti dukung.”

            “Mama...” Zuney memeluk Mama. “Doain, ya, Ma. Doa Mama akan selalu jadi keajaiban paling ajaib di hidup Kakak.”

            “Pasti, Kak. Mama doain yang terbaik buat Kakak.”

***

            Perjalanan kali ini, Zuney lah yang menjemput Jendra, karena Jendra sedang tidak ada kendaraan, karena hujan sudah reda, maka Zuney mengeluarkan scoopy merahnya dari garasi. Gadis cantik itu sudah siap dengan helm yang melindungi kepalanya. Dan dengan kecepatan normal, Zuney segera ke rumah Charlo untuk menjemput Jendra.

            Di sana, Jendra sudah menunggu di depan gerbang, sembari menenteng helm fullfacenya. Dan ketika matanya menangkap kehadiran Zuney, pemuda itu tersenyum dan melambaikan tangan. “Ney, SIM C aku kesatuin sama STNK motor, sedangkan motornya lagi dipake Lolo, ngurus souvenir,” ujarnya saat gadis cantik itu sudah menghentikan laju motornya tepat di hadapannya.

            “Oh, apa aku aja yang bawa motornya?”

            “Emang kuat? Aku aja, deh, gapapa. Tapi nanti kalau ada polisi, kita tukeran sebentar.”

(MELINGKAR) VOL. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang