Terbukti sudah, senyuman di wajah tampan Jendra masih tetap ada. Apalagi saat menemani Mamanya Zuney ke Depo Farmasi, Mamanya Zuney menceritakan semua hal tentang Zuney. Entah itu hal-hal kecil yang disukainya seperti cokelat, ataupun hal-hal yang dibencinya seperti merasa ditinggalkan.
Zuney kecil memang penuh drama, anaknya pecicilan, sering menangisi hal-hal yang semestinya tidak perlu, contohnya ketika Ayahnya Zuney hendak jumatan, Zuney akan merengek agar diajak jumatan. Hal itu tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi Jendra. Jendra sampai tertawa mendengarnya.
Mamanya Zuney juga berpesan agar Jendra bisa menambah stok sabar ketika berhadapan dengan Zuney, ya…. Meskipun saat ini Jendra sudah dijuluki sebagai manusia paling sabar diantara teman-temannya. Hehe.
“Ohya?” Jendra tertawa lagi ketika Mamanya Zuney menceritakan kebiasaan buruk Zuney yang belum bisa gadis cantik itu ubah sampai saat ini.
“Iya, dia tuh kalau ada barang jatuh, ya udah, dibiarin aja, gak diambil. Duh bener-bener, deh.” Mama Zuney sampai menepuk jidat. Mengingat kelakuan anak semata wayangnya.
Bukan hal yang aneh memang, Jendra juga sudah mengetahui kebiasaan-kebiasaan Zuney ketika di posko. Memang agak sedikit berantakan, tapi itu tidak memengaruhi apapun pada pandangan Jendra terhadap Zuney. Zuney tetap menjadi gadis paling keren yang selalu berhasil membuat Jendra merasa kagum. Kagum pada semangatnya, kagum pada keceriaannya, kagum pada social skill yang dia punya, dan semua hal yang tidak mungkin Jendra jabarkan sekarang.
“Ya pokoknya gitu, Jen. Tante senang kalau Jendra bisa nerima Zuney meski sekarang Jendra udah tau semuanya. Zuney itu anak Tante satu-satunya, dari kecil memang Zuney tumbuh dari limpahan kasih sayang orang-orang di sekelilingnya. Tante bakal berterima kasih kalau Jendra juga bisa sayang sama Zuney.”
“Insya Allah, Tante. Jendra bakal bantu Om sama Tante untuk jagain Zuney.”
Ucapan itu berhasil membuat Mama tersenyum, lalu menepuk pundak Jendra. “Tante titip Zuney sama kamu, ya?”
Perlahan namun pasti, Jendra mengangguk. Menerima amanah yang langsung disampaikan sendiri oleh Mamanya Zuney. Dan… jika Jendra tidak salah tangkap, Mamanya Zuney seakan memberi Jendra sesuatu yang berhasil membuat jantung Jendra berdetak lebih cepat. Sesuatu itu adalah sebuah…. Restu.
***
“Ney… Halo?” Jendra melambaikan tangannya di hadapan wajah Zuney. Sudah sepuluh menit gadis cantik itu termenung sendiri. Menganggurkan coklat panas yang kini telah berubah menjadi dingin.
Zuney memang memandang Jendra, namun isi kepalanya sedang berputar-putar mengingat pembicaraannya dengan Papa semalam, ketika Zuney baru pulang dari rumah sakit.
“Lo butuh jalan-jalan? Gue anterin, deh, Ney.” Jendra terlihat khawatir dengan keadaan Zuney yang sering melamun. “Balik dari rumah sakit, lo jadi aneh gini, Ney.”
‘Waktu tidak memberikan kesempatan untuk mengulang, tapi waktu bias memberi kesempatan untuk melakukan perubahan, Kak’
Itulah sepenggal kalimat yang Papa sampaikan pada Zuney pasca Zuney menceritakan bahwa lelaki tampan yang ada di hadapannya ini berusaha membuatkan semua menu makanan kaya akan asam folat khusus untuknya.
“Ney… Istighfar, Ney…”
Zuney tertawa. “Astaghfirullah, Jendra. Gue gak kesurupan.” Zuney lalu memijat kening. “Besok gue harus udah masuk kerja. Tapi gue masih agak lemes.”
KAMU SEDANG MEMBACA
(MELINGKAR) VOL. 2
FanfictionSEQUEL DARI CERITA SEBELUMNYA, YAITU MEL(INGKAR) Jadi, kalian baca dulu Mel(ingkar) ya ❤ Sulit dimengerti, ketika seseorang yang nyatanya telah pergi, namun kehadirannya masih sungguh terasa. Bagaimana caranya berbicara saja masih teringat jelas...